Selasa, 24 Maret 2020

Pengertian VCT (skripsi dan tesis)

VCT adalah nama lain dari Teknik Klarifikasi Nilai (VCT). Istilah VCT dipopulerkan di Indonesia oleh Achmad Kosasih Djihisi melalui buku-bukunya yang mengkaji tentang VCT. Istilah VCT adalah terjemahan dari values clarification technique. Istilah yang umum digunakan di tingkat internasional adalah values clarification. Istilah ini pertamakali digunakan oleh Raths, Harmin & Simon pada tahun 1966. Setelah itu Values Clarification menjadi terkenal, buku-buku dan kajian tentang Values Clarification bermunculan. Guru-guru banyak yang menerapkan Values Clarification dalam pembelajaran di kelas.
Raths, Harmin & Simon (1978); Simon, Howe & Kirschenbaum (1972) Attarian (1996), Agustina Tri Wijayanti (2013), dan Oliha & Audu (2015) mengungkapkan bahwa VCT merupakan model yang mencoba untuk membantu menjawab beberapa permasalahan dan membangun sistem nilai. Maksudnya VCT membantu untuk memperjelas atau mengklarifikasi nilai-nilai siswa dalam kehidupan melalui pemecahan masalah, diskusi, dialog maupun presentasi. Dengan cara seperti itu siswa menemukan sendiri nilai-nilai yang dianggapnya paling tepat sesuai dengan nilai yang diyakini tanpa adanya paksaan dari orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa VCT merupakan model pembelajaran yang membantu seseorang untuk memperjelas nilai-nilainya. Jika seseorang telah berhasil memperjelas nilainya sendiri, maka akan menghasilkan perubahan perilaku. VCT mendorong sescorang untuk berfikir secara kritis dan sistematis tentang nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat atau lingkungan. Peserta didik yang belajar dengan model VCT dilatih untuk menemukan nilai-nilai yang ada dalam diri. Peserta didik akan mempertimbangkan nilai-nilai yang telah dimilikinya dikaitkan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Ciri dari pembelajaran dengan VCT adalah adanya konflik nilai atau keputusan dari kasus yang dilematis. Brown dan Crace (1996: 220) menyebutnya sebagai kontemplasi dan konflik. Maksudnya, dalam pembelajaran yang dengan VCT peserta didik dihadapkan dengan suasana kontemplasi dan konflik. Teknik kontemplasi dan konflik adalah sebuah metode reflektif yang meminta siswa untuk mempertimbangkan sesuatu yang mereka yakini benar (kontemplasi). Hal ini kemudian diikuti oleh dialog yang mengarahkan peserta didik untuk menjelaskan, meyakinkan pendapatnya kepada siswa lain atau mempertahankan pendapatnya di hadapan siswa lain (konflik). Melalui kegiatan kontemplasi dan konflik ini peserta didik akan lebih aktif berpartisipasi dalam mengembangkan pengetahuan tentang kajian yang dibahas dari berbagai sudut pandang.
Pembelajaran dengan VCT didasarkan pada prinsip relativitas moral (Edwards, 2005: 10; Brady, 2008: 87). Artinya, VCT merupakan model pembelajaran nilai yang menunjukan bahwa pendapat orang tidak sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tahap perkembangan moral orang yang berbeda-beda pula. Peserta didik diarahkan untuk menghargai relativitas nilai tersebut melalui pembelajaran yang mengandung dilema moral. Oleh karena itu sangat tepat jika VCT digunakan untuk yang membentuk sikap toleransi peserta didik. Toleransi adalah perilaku mengarahkan pada sikap saling menghargai perbedaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa VCT merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk mencari, kemudian menentukan dan juga mengambil nilai-nilai yang baik berdasarkan analisis nilai yang sudah ada dalam diri siswa, sehingga memungkinkan untuk mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Selanjutnya adalah menyamakan dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan. Untuk lebih memahami maskdu dari VCT di atas, maka selanjutnya akan di bahas lebih rinci mengenani tujuan dan fungsi dari VCT.


Tidak ada komentar: