Teknik belajar mengajar dua tinggal dua
tamu (Two Stay Two Stray)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa dikembangkan dengan teknik
kepala bernomor, dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
semua tingkat usia anak-anak. Struktur two
stay two stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil
dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2008: 61). dari model pembelajaran
kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil yang
beranggotakan empat orang. Kemudian mereka diberi tugas untuk membahas materi
pelajaran bersama teman kelompoknya untuk selanjutnya mereka juga akan bertukar
anggota untuk sementara guna saling membagikan hasil diskusi dan kerja kelompok
untuk didiskusikan kembali dengan anggota kelompok lain, dengan demikian,
struktur dua tinggal dua tamu ini akan memberikan kesempatan kepada kelompok
membagikan hasil informasi kepada kelompok lainnya.
Model
pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray, Huda
(2013: 207) model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan pendidikan. Model two stay two stray merupakan sistem
pembelajaran kelompok, serta memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi
informasi dengan kelompok-kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi
atau bertamu antar kelompok untuk membagi informasi. Model ini juga melatih
siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Pembelajaran kooperatif model two stay two stray siswa digolongkan
pada kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 orang dengan bentuk kelompok
heterogen. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif model two stay two stray adalah suatu model
pembelajaran dengan cara mengelompokan siswa untuk mengerjakan tugas atau
memecahkan masalah tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran (Lie, 2008: 61).
Pada dasarnya model pembelajaran TSTS ini dalam kenyataannya sesuai
dengan katakteristik model pembelajaran kooperatif seperti yang telah banyak
diuraikan diatas. Model TSTS ini
melibatkan peserta didik yang memiliki karakteristik yang berbeda (heterogen)
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang guru sebelumnya dan
disini guru memiliki tugas untuk menjadi fasilitator dan pendamping. Maka
pembelajaran ini dimaksudkan agar peserta didik benar-benar menerima ilmu dari
pengalaman belajar bersama-sama dengan rekan-rekannya baik yang sudah
dikategorikan mampu maupun yang masih dikategorikan lemah dalam memahami mata
pelajaran.
Pada model pembelajaran two stay two stray ini peserta didik
bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan materi yang di sampaikan
oleh guru pada saat pembelajaran, melainkan peserta didik bisa juga belajar
dari peserta didik lainnya. Penerapan model TSTS
ini dapat merangsang dan menggugah potensi peserta didik secara optimal dalam
suasana belajar berkelompok. Pada saat peserta didik belajar dalam kelompok
akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesetaraan, karena
pada saat itu akan terjadi peoses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi
yang saling membutuhkan (Huda, 2012: 207-208).
Dari skema penjelasan mengenai model two stay two stray ini maka dapat
dilihat bahwa belajar dalam kelompok kecil yang sesuai dengan prinsip - prinsip
kooperatif akan sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, karena
peserta didik akan mengerti dan memahami materi dengan lebih baik. Suasana
belajar yang berlangsung dalam interaksi yang langsung, terbuka, saling percaya
dan rileks antara anggota kelompok akan memberi masukan diantara mereka dalam
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan lain yang ingin
dikembangkan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik secara aktif bekerja
sama antar peserta didik yang memiliki karakteristik yang berbeda dalam
mencapai tujuan pembelajaran pembelajaran. Tumbuhnya rasa saling ketergantungan
positif diantara peserta didik ini akan menimbulkan rasa kebersamaan dan
kesatuan tekad untuk sukses bersama dalam belajar, dalam hal ini akan
menimbulkan rasa kebersamaan untuk sukses bersama dalam belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar