Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana
pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada
akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran
kebijakan (Agustino 2008). Ada tiga hal penting dari pengertian implementasi
kebijakan, yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas
atau kegiatan pencapaian tujuan; dan (3) adanya hasil kegiatan.
Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-masalah
pencapaian tujuan formal yang telah ditentukan. Fokus tersebut membawa
konsekuensi pada perhatian terhadap aspek organisasi atau birokrasi sebagai
ukuran efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kebijakan. Implementasi kebijakan
merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan,
karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat
dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan kebijakan.
Pemahaman mengenai implementasi kebijakan publik, tidak hanya
menyoroti perilaku lembaga-lembaga administrasi atau badan-badan yang
bertanggungjawab atas suatu program tetapi perlu memperhatikan secara cermat
berbagai jaringan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat program dan yang
pada akhirnya membawa dampak yang diharapkan maupun tidak diharapkan dari
suatu program.
Baginski dan Soussan (2002) menunjukkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan bagian dari proses pembuatan kebijakan, bukan merupakan kegiatan
yang terpisah. Hal ini dapat terwujud apabila hasil kebijakan dilakukan
komunikasi dan desiminasi serta adanya interpretasi kebijakan yang sama dari
berbagai pihak yang terlibat di tingkat pelaksana. Program-program atau kegiatan
sebagai perwujudan implementasi suatu kebijakan perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan kebijakan dan dampak yang diharapkan.
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam implementasi kebijakan yaitu
pendekatan top down dan pendekatan button up (Agustino 2008). Pendekatan top
down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik yang
ditetapkan oleh pembuat kebijakan di tingkat pusat dilaksanakan oleh birokrat
pada level bawahnya. Pendekatan button up adalah model implementasi kebijakan
di mana formulasi kebijakan berada di tingkat warga, sehingga lebih memahami
dan menganalisis kebijakan-kebijakan yang cocok dengan sumberdaya daerahnya,
sistem sosio-kultur yang ada agar kebijakam tersebut tidak kontradiktif.
Semua kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengawasi
perilaku manusia untuk suatu tujuan tertentu. Apabila kebijakan tersebut tidak
dapat merubah perilaku manusia atau tidak mematuhi kebijakan yang ditentukan,
maka kebijakan tersebut dikatakan tidak efektif. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan atau tidaknya suatu kebijakan, antara lain:
a. Faktor penentu pemenuhan kebijakan
1. Respek anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan pemerintah
2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan
3. Adanya sanksi hukum
4. Adanya kepentingan publik
5. Adanya kepentingan pribadi
6. Masalah waktu
b. Faktor penentu penolakan atau penundaan kebijakan
1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem nilai yang ada
2. Tidak adanya kepastian hukum
3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi
4. Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar