Tingkat berpikir siswa dapat dibagi menjadi
dua yaitu berpikir tingkat dasar dan berpikir tingkat tinggi. Menurut Resnick
dalam Thompson (2008) berpikir tingkat dasar (lower order thinking)
hanya menggunakan kemampuan terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis.
Berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) membuat peserta didik
untuk menginterpretasikan, menganalisa atau bahkan mampu memanipulasi informasi
sebelumnya sehingga tidak monoton. Menurut Krulik & Rudnick dalam Siswono
(2009) secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:
menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking)
dan kreatif (creative thinking).
Berdasarkan tingkat berpikir di atas dan hasil
pengembangan penelitian Siswono (2009) tentang tingkatan berpikir sampai
berpikir kritis yaitu tingkat berpikir kritis 0 (TBK 0), tingkat berpikir
kritis 1 (TBK 1), tingkat berpikir kritis 2 (TBK 2), dan tingkat berpikir
kritis 3 (TBK 3). Tingkat berpikir paling rendah (TBK 0) adalah keterampilan
menghafal (recall thinking) yang terdiri atas keterampilan yang hampir
otomatis atau refleksif.
Sedangkan Moore dan
Parker (2000) dalam Ahyani (2014) berpendapat bahawa berfikir kritis adalah “ketetapan
yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima,
menolak atau menagguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan, dan tingkat
kepercaya an untuk diterima atau ditolak. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap
orang untuk meyikapi permasalahan dalam kehidupan yang nyata. Elder & Paul
(2008) menyebutkan ada enam tingkatan berpikir kritis yaitu :
a.
Berpikir yang tidak direfleksikan (unreflective
thinking)
Pemikir tidak menyadari peran berpikir dalam
kehidupan, kurang mampu menilai pemikirannya, dan mengembangkan beragam
kemampuan berpikir tanpa menyadarinya. Akibatnya gagal menghargai berpikir
sebagai aktivitas yang melibatkan elemen bernalar. Mereka tidak menyadari
standar yang tepat untuk penilaian berpikir yaitu kejelasan, ketepatan,
ketelitian, relevansi, kelogisan.
b.
Berpikir yang menantang (challenged thinking)
Pemikir sadar peran berpikir dalam kehidupan,
menyadari berpikir berkualitas membutuhkan berpikir reflektif yang disengaja,
dan menyadari berpikir yang dilakukan sering kekurangan tetapi tidak dapat
mengidentifikasikan dimana kekurangannya. Pemikir pada tingkat ini memiliki
kemampuan berpikir yang terbatas.
c.
Berpikir permulaan (beginning thinking)
Pemikir mulai memodifikasi beberapa kemampuan
berpikirnya tetapi memiliki wawasan terbatas. Mereka kurang memiliki
perencanaan yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya.
d.
Berpikir latihan (practicing thinking)
Pemikir menganalisis pemikirannya secara aktif
dalam sejumlah bidang namun mereka masih mempunyai wawasan terbatas dalam
tingkatan berpikir yang mendalam.
e.
Berpikir lanjut (advanced thinking)
Pemikir aktif menganalisis pikirannya,
memiliki pengetahuan yang penting tentang masalah pada tingkat berpikir yang
mendalam. Namun mereka belum mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi
secara konsisten pada semua dimensi kehidupannya.
f.
Berpikir yang unggul (accomplished thinking)
Pemikir menginternalisasi kemampuan dasar
berpikir secara mendalam, berpikir kritis dilakukan secara sadar dan
menggunakan intuisi yang tinggi. Mereka menilai pikiran secara kejelasan,
ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan secara intuitif.
Terdapat 12 indikator
kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok kemampuan
berpikir kritis menurut Ennis (Maftukhin, 2012:24):
a.
Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)
Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga
indikator yaitu (1) mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2)
menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan
atau pertanyaan yang menantang.
b.
Memberikan
Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision)
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu
(1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi.
c.
Menyimpulkan (Inference)
Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator
(1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai
keputusan
d.
Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification)
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu
(1) mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengacu
pada asumsi yang tidak dinyatakan.
e.
Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and
Integration)
Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1)
mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi,
dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka
merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu
pikiran mereka, dan (2) menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan
disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.
Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan
berpikir kritis bukan berarti mengumpulkan informasi saja terkadang seseorang
yang mempunyai daya ingat yang baik dan mengetahui banyak akan informasi belum
tentu baik dalam berpikir kritis. Hal ini dikarenakan seseorang yang berpikir
kritis seharusnya mempunyai kemampuan dalam membuat atau menarik kesimpulan
dari segala informasi yang ia ketahui, ia pun dapat mengetahui bagaimana
menggunakan informasi yang ia punya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan,
dan mencari sumber informasi yang relevan untuk membantunya menyelesaikan
sebuah permasalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar