Sabtu, 14 Maret 2020

Aspek-aspek Perilaku Pembelian Kompulsif (skripsi dan tesis)

Menurut Desarbo dan Edward (1996 : 235) aspek yang mempengaruhi seseorang berperilaku kompulsif terbagi ke dalam 2 aspek, yaitu aspek predispostional dan aspek circumstansial.
 1. Aspek Predispostional 
Faktor ini merupakan konstruk-konstruk yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku pembelian kompulsif dan mengindikasikan kecenderungan secara umum yang mengarah pada perilaku pembelian kompulsif. Faktor predispositional terdiri dari : 
 a) Kecemasan : Pada tingkat ini individu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dari pada non kompulsif. Untuk dapat keluar dari kecemasan ini si individu akan termotivasi untuk melakukan perilaku kompulsif. Pembeli kompulsif menggunakan aktivitas berbelanja sebagai cara untuk menghilangkan kecemasannya, dan pola ini dilakukan secara terus-menerus yang dalam artiannya adalah apabila tiap kali si individu mengalami kecemasan yang berlebihan, ia cenderung mengobati kecemasannya dengan berbelanja. 
b) Perfeksionis : Perfeksionis dicirikan dengan harapan yang terlalu berlebihan untuk mendapatkan suatu pencapaian yang lebih besar. Orang-orang yang perfeksionis melakukan pembelian kompulsif untuk mendapatkan kompetensi, kontrol dan harga diri meskipun hanya sementara. 
c) Harga Diri : Harga diri ini didefinisikan sebagai suatu penilaian terhadap diri sendiri bahwa dirinya begitu berharga. Seseorang yang berperilaku kompulsif cenderung memiliki harga diri yang rendah, karena dengan melakukan pembelian kompulsif akan memunculkan perasaan memiliki kekuasaan melalui aktivitas berbelanja. 
d) Fantasi : Pada tingkat ini si individu memiliki khayalan yang terlalu tinggi dan kebebasan akibat dari suatu perilaku yang dilakukannya. Pembelian kompulsif merupakan pelarian dari rasa cemas dan perasaan negatif seseorang yang berarti dengan melakukan pembelian kompulsif maka seakan-akan masalah yang dihadapi menjadi hilang. Disitulah letak fantasi nya. 
 e) Impulsif : Pembelian impulsif terjadi karena adanya ketidakmampuan seseorang untuk menolak melakukan pembelian, rendahnya kontrol tersebut sangat erat kaitannya dengan pembelian kompulsif, dan perilaku impulsif umumnya terjadi karena adanya stimulus eksternal. Pembelian kompulsif dideskripsikan sebagai sebuah impulse control disorder dalam kajian ilmu psikologi. Oleh karena itu, perilaku kompulsif dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak dapat dikendalikan karena begitu kuatnya dorongan untuk berperilaku. 
f) Pencari Kesenangan : Para pembeli kompulsif cenderung melakukan aktivitas belanja sebagai kegiatan untuk mencari kesenangan semata yang berada di antara kontrol dan rendahnya kontrol. 
g) General Kompulsif : Dalam hal ini orang-orang yang cenderung memiliki perilaku kompuslif dapat diketahui dari ciri-ciri: suka menunda pekerjaan, sering mengalami kebimbangan, pola makan tidak teratur, kecanduan obat dan alkohol, dll. 
h) Ketergantungan : Orang-orang yang mudah bergantung pada orang lain memiliki kecenderungan untuk berperilaku kompulsif. 
i) Approval Seeking : Pembeli kompulsif memiliki kebutuhan untuk mendapat pujian dari orang lain dalam rangka untuk membuat diri mereka menjadi bahagia walaupun itu hanya untuk sementara waktu, seperti mendapatkan pujian dari si penjual di dalam toko akan mengakibatkan mereka melakukan pembelian kompulsif. 
j) Locus of Control : Orang yang memiliki hidup yang dikendalikan oleh faktor dari luar memiliki kecenderungan berperilaku kompulsif. 
 k) Depresi : Orang yang memiliki tingkat depresi yang tinggi akan cederung melakukan pembelian kompulsif karena tujuannya untuk keluar dari perasaan depresi yang tidak menyenangkan tersebut. 
2. Faktor Circumstantial Faktor ini merupakan faktor yang dihasilkan dari kondisi individu pada saat ini dan juga mungkin menjadi pemicu munculnya perilaku-perilaku pembelian kompulsif selanjutnya (Desarbo dan Edwards, 1996 : 238), antara lain seperti : 
a) Menghindari Masalah
 Menghindari masalah adalah sebuah kecenderungan umum menggunakan cara-cara tertentu untuk menghindari diri dari sebuah permasalahan, dan para pelaku pembelian kompulsif memiliki kecenderungan untuk menghindari masalah. 
b) Penyangkalan 
Penyangkalan merupakan penyangkalan terhadap permasalahan yang dihadapi. Pembeli kompulsif memiliki kecenderungan untuk menyangkal keberadaan dari permasalahan yang dihadapinya. Bagi mereka, denial adalah cara untuk menghindari rasa cemas, rasa marah, rasa takut atau emosi negatif lainnya yang biasanya tidak ada hubungannya dengan pengalaman berbelanja.
 c) Pengasingan
 Terdapat dugaan bahwa pembelian kompulsif merupakan sebuah gambaran dari perilaku individu yang terisolasi dari lingkungan sosialnya. Isolasi tersebut mendorong individu untuk memiliki perilaku  berlebihan yang tidak diterima secara sosial sehingga menyebabkan mereka mengisolasi dirinya sendiri. Kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain mungkin mendorong para pembeli kompulsif untuk berbelanja pada sebuah toko karena di sana lah merasa merasa mendapatkan perhatian dari tenaga penjual toko.
 d) Materialistis 
Faber dan O’Guinn menggunakan materialism scale yang dikemukakan oleh Belk’s untuk menilai nilai materialisme dalam sampel pembeli kompulsif mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa pembeli kompulsif lebih materialistik dibandingkan dengan populasi umum lainnya. Tetapi meskipun demikian, kepemilikan terhadap suatu barang tidak menjadi perhatian utama bagi mereka. Pembeli Kompulsif lebih fokus pada proses berbelanja daripada barang-barang yang mereka beli. 
Sementara itu, Kurnia (2013: 3) mengungkapkan faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku pembeli kompulsif adalah : 
1. Faktor Keluarga Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu individu untuk melakukan proses sosialisasi melalui pembelajaran, dan penyesuaian diri dalam berpikir dan juga bertindak di dalam masyarakat. Keluarga yang utuh dan harmonis akan memberikan dampak positif bagi individu dan perilakunya. Robert (dalam Kurnia, 2013: 3) menyatakan bahwa pada beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata pembelian kompulsif dipengaruhi oleh perilaku dari anggota keluarga yang lain. 
2. Faktor Psikologi 
Pembelian kompulsif terjadi karena ketegangan psikologi yang menyebabkan meningkatnya keinginan seseorang untuk melakukan pembelian saat itu juga. Dengan kata lain, hasrat untuk melakukan pembelian pada pembeli kompulsif lebih disebabkan oleh dorongan psikologis dari dalam diri mereka. 
3. Faktor Sosiologi 
Robert (dalam Kurnia, 2013: 3) menyatakan bahwa terdapat pengaruh tayangan televisi, teman sebaya, frekuensi berbelanja, serta kemudahan mengakses dan menggunakan kartu kredit pada pembelian kompulsif. 
4. Faktor Situasional 
Faktor situasional merupakan faktor eksternal yang muncul karena seseorang melakukan kontak dengan lingkungan dan produk yang nantinya dapat menyebabkan pembelian impulsif dan pembelian kompulsif. Faktor situasional membuat konsumen melakukan pengambilan keputusan di dalam toko pada saat itu juga (Gor dalam Kurnia, 2013: 3).
 5. Materialisme 
Materialistik adalah tingkatan seseorang dianggap sebagai materialis. Konsumen menganggap suatu kepemilikan sebagai suatu yang berharga, maka ia semakin materialistis. Demikian juga sebaliknya.  Kemudian, Sari (2013: 6) mengungkapkan 5 dimensi dari perilaku pembelian kompulsif yang terdiri dari :
 1. Tendency to Spend 
Yaitu sebagian besar mengarah pada kecenderungan seseorang untuk melakukan aktivitas berbelanja dan lebih sering menghabiskan uang, dimana ada episode tertentu pada aktivitas berbelanjanya. 
2. Drive To Spend
 Mendeskripsikan tentang adanya dorongan, preokupasi (pemusatan pikiran pada satu hal tertentu), kompulsif (dilakukan secara berulang-ulang) dan adanya perilaku impulsif dalam berbelanja. 
3. Feelings about Shopping
 Mendeskripsikan seberapa besar seseorang menikmati aktivitas berbelanja dan menghabiskan waktunya untuk berbelanja. 
4. Dysfunctional Spending 
Mendeskripsikan bahwa disfungsinya lingkungan dapat menyebabkan atau menggiring seseorang untuk melakukan aktivitas berbelanja dan menghabiskan waktunya untuk berbelanja. 
5. Post Purchase Guilt 
Menjelaskan bahwa ada Perasaan menyesal dan pengalaman yang memalukan setelah melakukan aktivitas berbelanja.

Tidak ada komentar: