Selasa, 25 Februari 2020

Parameter Item Tes yang Baik (skripsi dan tesis)


Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa item tes yang baik adalah item yang memenuhi syarat sebagaimana kriteria atau karakteristik item tes yang baik. Karakteristik item yang dimaksud adalah tingkat kesulitan atau kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
  1. Tingkat Kesulitan atau Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Tingkat kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran (dificulty index), yaitu angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dan hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu.
Dalam hal ini, item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat diketahui,  tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sebab, tingkat kesukaran item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item memiliki tingkat kesukaran yang maksimal, maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula bila item itu terlalu mudah maka tidak akan memiliki daya pembeda.
Oleh karena itu, sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam batas yang mampu memberikan daya pembeda. Namun, jika terdapat tujuan khusus dalam penyusunan tes, maka tingkat kesukaran itu bisa dipertimbangkan.  Misalnya, tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda dengan tingkat kesukaran pada tes diagnostik.
Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus sebagai berikut:
TK = U + L
             T
Keterangan:
U  = jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal.
   =  jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal.
T    =  jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group)
Misalkan suatu tes yang terdiri atas N soal yang diberikan kepada 40 siswa. Dari hasil tes tersebut, tiap-tiap soal dianalisis taraf kesukarannya. mula-mula hasil tes itu kita susun kedalam peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar jawaban siswa kelompok pandai), dan 10 lembar jawaban siswa dari kelompok yang kurang pandai. Kemudian kita tabulasikan. Misalkan dari tabulasi soal kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai ada 9 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 4 siswa.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka taraf kesukaran atau TK dari soal adalah:
TK =  U + L  =  9 + 4  =  0,65 atau 65%
             T             20 
Jadi dapat disimpilkan bahwa nilai dari TK atau tingkat kesukarannya adalah 65%.  
Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Daryanto, rumus untuk mencari taraf kesukaran atau indeks kesukaran adalah:
P =    B
         JS
Keterangan:
     =  indeks kesukaran.
    =  banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS    =  jumlah seluruh siswa peserta tes.
Contoh:
Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut terdapat 12 siswa yang mampu mengerjakan soal no. 1 dengan benar. Maka berapa indeks kesukarannya?
Jawab:
P  =    B   
          JS
    =    12
           40
    =   0,30
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
a.          Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.
b.         Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.
c.          Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
  1. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koofisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peerta didik yang menguasai kompetensi dengan pesertan didik yang kurang menguasai kompetensi.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DP  =   U – L
              ½ T
Keterangan:
DP =   indeks DP atau daya pembeda yang dicari.
U = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang mampu      menjawab benar untuk tiap soal.
L    =   jumlah siswa yang termasuk kurang yang menjawab benar untuk tiap soal.
T    =   jumlah siswa keseluruhan.
Contoh:
Dari hasil tes lomba olimpiade IPS, jumlah siswa yang dites adalah 40 siswa, sedangkan tes tersebut terdiri dari 20 soal. Setelah hasil tes tersebut diperiksa, kemudian disusun kedalam peringkat untuk menentukan 25% siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dan 25% siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).
Kemudian hasil tes tersebut ditabulasikan dengan menggunakan format tabulasi jawaban tes, kemudian hasil tabulasi dari kedua kelompok tersebut dimasukkan kedalam format analisis soal tes, sehingga kita dapat menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap soal yang kita analisis.
Misalkan dari tabulasi soal no. 1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang ada 9 siswa. Maka daya pembedanya adalah:
 DP  =   U – L
              ½ T
       =    10 – 9
            ½ x (20)
       =      1
              10
      =     0,10
Jadi dapat disimpulkan bahwa indeks pembedanya adalah 0,10.
Dalam bukunya Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, dijelaskan mengenai klasifikasi daya pembeda, yaitu:
D =  0,00 – 0,20  =  jelek (poor).
D =  0,20 – 0,40  =  cukup (satisfactory).
D =  0,40 – 0,70  =  baik (good).
D =  0,70 – 1,00  =  baik sekali (excellent).
  1. Analisis pengecoh (Efektifitas Distraktor )
Instrumen evaluasi yang berbentuk tes dan objektif, selain harus memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan terdahulu, harus mempunyai distraktor yang efektif. Yang disebut dengan distraktor atau pengecoh adalah opsi-opsi yang bukan merupakan kunci jawaban (jawaban benar).
Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh dihitung dengan rumus:
IP =   P  x   100%
       (N - B) (n - 1)
 Keterangan:
IP =  indeks pengecoh
P  =  jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N =  jumlah peserta didik yang ikut tes
B =  jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n  =  jumlah alternatif jawaban
      1=  bilangan tetap
Catatan:
Jika semua peserta didik menjawab benar pada butir soal tertentu (sesuai kunci jawaban), maka IP = 0 yang berarti soal tersebut jelek. Dengan demikian pengecoh tidak berfungsi. 
Contoh:
50 orang peserta didik dites dengan 10 soal bentuk pilihan ganda. Tiap soal memiliki alternatif jawaban (a, b, c, d, e). Kunci jawaban (jawaban yang benar) no. 8 adalah c. Setelah soal no.8 diperiksa untuk semua peserta didik, ternyata dari 50 orang peserta didik, 20 peserta didik menjawab benar dan 30 peserta didik menjawab salah. Idealnya, pengecoh dipilih secara merata.

Tidak ada komentar: