Jumat, 14 Februari 2020

Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Altruisme (skripsi dan tesis)

 Setiap agama mengajarkan bahwa manusia harus selalu menjaga keharmonisan antara makhluk hidup maupun dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat melanjutkan kehidupan, karena manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain di dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana setiap agama mengajarkan untuk tolong-menolong terhadap sesama manusia sebagai salah satu aktivitas religiusitas. Religiusitas adalah keberagaman yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), namun juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural (Ancok Dkk, 2001) Individu dengan religiusitas yang tinggi tidak hanya meyakini mengenai perbuatan baik dan melakukan amal baik hanya dengan membaca dari kitab, mendengarkan ceramah oleh pemuka agama, atau sekedar menyampaikan dengan ucapan bahwa ia akan berperilaku altruisme, namun ia akan melakukan kerja nyata didalam kehidupannya, sebagai contoh: menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau balas budi yang akan diterimanya, mementingkan kepentingan orang lain terlebih dahulu dan lain-lain. Menurut Malhotra (2010), religiusitas merupakan pengaruh utama melakukan perilaku altruisme, karena orang yang religius berkarakteristik lebih stabil sehingga spontanitas untuk beramal lebih tinggi. Munculnya spontanitas untuk berperilaku altruisme merupakan pertanda bahwa individu mampu menerapkan apa yang telah ia yakini sebagai religiusitas didalam kehidupan sehari-harinya. Dengan kata lain individu tersebut mampu mewujudkan perilaku altruisme karena motivasi dari religiusitas. Hal tersebut juga dapat dilihat dari kelima aspek menurut Glock (dalam Ancok dan Suroso, 1994) yang pertama aspek ideologis dimana individu mempercayai Tuhan serta adanya surga dan neraka, Tuhan adalah sang pencipta kehidupan yang memiliki perintah mengenai hal yang tidak boleh dilakukan dan apa yang boleh untuk dilakukan, apa yang baik dan yang buruk. Individu dengan religiusitas tinggi akan melakukan perilaku altruisme dengan menolong sesamanya yang sedang kesusahan dengan ikhlas dan percaya bahwa akan mendapat pahala guna tabungan untuk menuju ke surga, karena merupakan perbuatan baik yang telah dilakukan. 
Diperkuat oleh Sappington (dalam Sarwono 1999) yang berpengaruh pada perilaku altruisme bukanlah seberapa kuatnya kepercayaan beragama itu sendiri melainkan bagaimana implikasi seseorang tentang pentingnya perilaku menolong telah diajarkan oleh agama (religiusitas). Ke dua aspek intelektual sejauh mana individu mengetahui tentang ajaran‐ajaran agamanya seperti berbuat baik kepada orang lain maka akan mendapatkan balasan yang baik pula, maka invidu dalam kehidupannya berusaha berperilaku altruisme dengan berbuat baik kepada orang lain seperti memberi bantuan kepada korban bencana alam baik berupa materi maupun jasa menjadi seorang relawan. Seperti yang diungkapkan oleh Rogers (1977) bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan agama, maka perilaku tersebut akan berlangsung lama. Dimana dengan pengetahuan agama yang baik akan membentuk religiusitas yang tinggi dalam diri individu untuk melakukan perilaku yang tidak bertentangan dengan nilai norma dan melakukan tindakan postif untuk dapat berperilaku altruisme. Ke tiga aspek ritualitas dimana individu melaksanakan kewajiban sebagai orang beragama mencakup ritual pemujaan, ketaatan, beramal yang dapat dicerminkan salah satunya dengan berperilaku altruisme yakni beramal baik seperti berbagi rezeki kepada anak yatim piatu sebagai cara untuk bersedekah. Ritualitas merupakan salah satu cara bagaimana individu dapat mewujudkan apa yang ia percaya sesuai dengan tindakan nyata dalam kehidupannya. Internalisasi ritualitas dalam setiap individu merupakan wujud nyata dari kualitas keyakinan seseorang. Ke empat aspek pengalaman yaitu seberapa jauh individu merasakan perasaan dan pengalaman religius seperti: ketika ia mengalami kesusahan tanpa disangka-sangka ia mendapat bantuan dari orang yang dulu telah ia bantu. Seperti yang diungkapkan oleh (Ahyadi, 1995) individu akan mencoba menghayati, menginternalisasi dan menerapkan religiusitas dalam dirinya untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada salah satunya perilaku altruisme. Ke lima aspek konsekuensi individu merasa bersemangat dalam melakukan setiap perilaku baik dihidupnya karena mengetahui jika perilaku yang dilakukannya didunia akan mendapat balasan tidak hanya didunia namun juga di akhirat, jika berbuat baik mendapat balasan yang baik pula begitupun sebaliknya, maka individu secara sadar berperilaku altruisme seperti: menolong tanpa mengharapkan balas budi atau imbalan dari orang yang telah ditolong. Individu yang mempunyai religiusitas tinggi mempunyai dasar keyakinan yang akan membuatnya lebih mudah menentukan perilakunya mengenai yang harus dilakukan yaitu perilaku altruisme dan yang harus dihindari, karena pada dasarnya religiusitas telah mencakup aturan tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak. Religiusitas tidak dapat dipisahkan dari perilaku individu didalam kehidupan bermasyarakat dan dalam prakteknya religiusitas memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi edukatif, fungsi kontrol sosial, fungsi pemupuk rasa solidaritas. Religiusitas menjadi faktor integratif bagi individu dalam berperilaku altruisme dapat dilihat dari faktor kontrol sosial yaitu adanya keterkaitan batin antara tuntutan ajaran religius dengan perwujudan keberagamaan individu untuk melakukan perilaku altruisme dengan sesamanya. Dapat disimpulkan bahwa perwujudan keberagamaan atau dengan kata lain religiusitas adalah faktor dan pedoman individu dalam berperilaku altruisme dikehidupannya, individu meyakini bahwa perilaku altruisme adalah suatu perbuatan baik sesuai dengan nilai-nilai moral yang akan ia lakukan sebagai salah satu cara penerapan atas apa yang telah ia percaya dan yakini sebagai kepercayaan religius dan mengaplikasikan keberagamaannya (religiusitas) yang dapat menjadi motivasi untuk terus melakukan perilaku altruisme. 
Seperti yang diungkapkan oleh Coles (2000) bahwa perilaku yang sesuai dengan nilai moral diungkapkan dalam tingkat orang harus berperilaku dan bersikap kepada orang lain. Perilaku tersebut muncul karena adanya pertimbangan kesejahteraan orang lain diatas kepentingan atau keuntungan pribadi (perilaku altruisme) yang berusaha diamalkan atau diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai religi yang dianut (religiusitas). Dari keterkaitan diatas semakin memperjelas bahwa religiusitas mempengaruhi individu dalam berperilaku altruisme seperti yang diungkapkan Sarwono (1999) bahwa religiusitas mempengaruhi seseorang untuk menolong, karena ada nilai-nilai religi yang dianut sehingga seseorang mau menolong orang lain. Peneliti juga menyertakan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai religiusitas dan perilaku altruisme guna memperkuat penjelasan. Penelitian tentang altruisme pernah dilakukan oleh Shah dan Ali (2012) dengan judul Altruism and Belief in just world in young adults: relationship with Religiosity yang bertujuan mengeskplorasikan antara altruisme dan kepercayaan dunia dengan religiusitas pada orang dewasa dan dihasilkan bahwa religiusitas yang tinggi berhubungan positif dengan altruisme yang tinggi pula. Dengan demikian individu yang mempunyai religiusitas tinggi tidak hanya melakukan ritual-ritual keagamaan saja seperti sembahyang dan puasa tetapi hal lain yang juga harus dilakukan adalah menjalin hubungan dan berbuat baik kepada orang lain atau dapat juga dikatakan sebagai beramal baik. Amal baik salah satunya adalah melakukan perilaku altruisme seperti menolong, bekerja sama, berbagi, dan menyumbang (Ancok dan Suroso, 1994). Berdasarkan penjelasan yang sudah disampaikan dapat ditarik kesimpulan adanya hubungan yang positif antara religiusitas dengan perilaku altruisme sehingga semakin tingggi religiusitas, maka perilaku altruisme cenderung semakin tinggi, dan juga sebaliknya semakin rendah religiusitas, maka perilaku altruisme cenderung semakin rendah

Tidak ada komentar: