Menurut Sudjana (2005: 6) disebutkan bahwa: “populasi merupakan totalitas
semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif atau
kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang
lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.”
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekadar banyaknya objek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiiki oleh objek tersebut
Sabtu, 29 Februari 2020
Statistika Nonparametrik (Skripsi dan tesis)
Menurut Siegel (1997: 38) disebutkan bahwa: “uji statistika nonparametrik
adalah statistika yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai
parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya.”
Beberapa asumsi yang berhubungan erat dengan uji statistika nonparametrik
adalah bahwa pengamatan tersebut bebas dan variabel yang diamati kontinu,
tetapi asumsi yang dibuat adalah lebih lemah dan kurang teliti bila dibandingkan
dengan uji parametrik. Oleh karena itu, uji nonparametrik tidak membutuhkan
suatu pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi seperti uji parametrik.
Biasanya uji nonparametrik dipakai untuk menganalisis data dalam skala ordinal
dan nominal.
Menurut Siegel (1997: 40), keunggulan uji statistika nonparametrik antara
lain:
Jika sampelnya terlalu kecil, maka tidak ada alternatif lain menggunakan
uji statistika nonparametrik, kecuali jika sifat distribusi populasinya
diketahui dengan pasti. Uji nonparametrik dapat digunakan untuk
menganalisis data yang pada dasarnya adalah data dalam bentuk ranking.
Jadi peneliti hanya dapat mengatakan terhadap subyek penelitian bahwa
yang satu memiliki lebih atau kurang karakteristik dibandingkan lainnya, tanpa dapat mengatakan seberapa besar lebih atau kurang itu. Uji
nonparametrik lebih mudah dipelajari dan diterapkan dibandingkan dengan
uji parametrik.
Menurut Siegel (1997: 41), kelemahan uji statistika nonparametrik antara
lain:
Jika data telah memenuhi semua anggapan atau asumsi model statistik
parametrik, dan jika pengukurannya mempunyai kuasa (power) seperti
yang diinginkan, maka penggunaan metode nonparametrik akan
merupakan penghamburan data. Tingkat penghamburan atau penyianyiaan itu dinyatakan oleh kekuatan efisiensi kuasa uji nonparametrik.
Perlu dinyatakan bahwa jika suatu uji nonparametrik memiliki efisiensi
kuasa uji yang besar, maka metode parametrik yang sesuai akan efektif
dibandingkan dengan menggunakan metode nonparametrik.
Statistika Parametrik (skripsi dan tesis)
Statistika parametrik adalah alat bantu analisis data dengan berdasar pada
syarat-syarat, bahwa sampelnya harus berdistribusi normal yang diambil secara
random, dan datanya berskala interval dan atau rasio. Syarat-syarat itu biasanya
tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi, seberapa jauh makna hasil suatu uji
parametrik bergantung pada validitas anggapan-anggapan tadi. Uji parametrik
juga menuntut bahwa skor-skor yang dianalisis merupakan hasil suatu pengukuran
yang sedikitnya berkekuatan sebagai skala interval.
Penggunaan analisis statistika parametrik, tergantung dari asumsi-asumsi
dasar berkaitan dengan distribusi dan jenis skala data yang diperoleh dari populasi
maupun sampel penelitiannya.
Ada beberapa persyaratan asumsi dasar untuk
menggunakan statistika parametrik, yaitu:
1. Data yang diperoleh dari observasi harus bersifat independent, di mana
pemilihan salah satu kasus tidak tergantung pada pemilihan kasus
lainnya.
2. Sampel yang diperoleh dari populasi berdistribusi normal, dan diambil
secara random.
3. Sampel-sampelnya memiliki varians yang sama atau mendekati sama,
terutama jika sampelnya kecil
.
4. Variabel-variabel yang digambarkan berupa skala interval atau rasio
(Soepono, 2002: 4).
Data yang berskala nominal atau ordinal tidak memenuhi syarat untuk diolah
dengan statistika parametrik. Namun dalam kenyataannya banyak hal dalam hal
penelitian, seorang peneliti dihadapkan pada suatu di mana persyaratanpersyaratan di atas tidak dapat terpenuhi, untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan penggunaan analisis statistik ini, maka statistik non parametric
lah dapat dipakai sebagai alat bantu untuk menganalisis datanya. Ini merupakan
uji statistik yang tidak memerlukan asumsi tentang distribusi dari populas
Statistika Inferensial (Skripsi dan tesis)
Menurut Sugiyono (2005: 13) disebutkan bahwa: “Statistika Inferensial
adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya
akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel diambil.”
Statistika inferensial memperkenalkan langkah-langkah dalam tiap usaha
untuk mengambil kesimpulan dari fakta yang disajikan sampel. Statistika
inferensial dibagi menjadi dua macam, yakni statistika parametrik dan statistika
nonparametrik.
Statistika inferensial mencakup beberapa langkah yang terprosedur secara
sistematik, mulai dari perumusan masalah, kajian pustaka dan kajian temuan
penelitian yang relevan dengan masalah penelitian, untuk memformulasikan
hipotesis sampai dengan taraf inferensial yang dicerminkan dari hasil analisis
statistik untuk pengujian hipotesis dan penggeneralisasian temuannya.
Menurut Soepono (2002: 3) dijelaskan bahwa: “fungsi statistik dalam
penelitian inferensial adalah sebagai alat bantu yang tidak hanya untuk
mendeskripsikan, tetapi lebih ditekankan pada fungsi analisis untuk menginferensialkan (menemukan ciri-ciri statistik tertentu) untuk suatu populasi
dari suatu sampel secara random dalam rangka pengujian hipotesis penelitian
Statistika Deskriptif (skripsi dan tesis)
Menurut Sugiyono (2005: 12) disebutkan bahwa: “Statistika Deskriptif
adalah statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas. Suatu penelitian yang tidak menggunakan sampel, analisisnya akan
menggunakan statistika deskriptif.” Statistika deskriptif pada hakekatnya merupakan tingkatan awal dan
pengembangan suatu ilmu atau disiplin yang di dalamnya mencakup gambaran
atau koleksi data dari suatu objek atau fenomena yang diamati. Dalam hal ini
penelitian hanya bermaksud untuk membangun konfigurasi atau deskripsi apa
adanya dari suatu fenomena yang berbeda dalam konteks penelitiannya. Penelitian
ini biasanya masih bersifat eksploratif, hasil penelitian ini masih berupa hipotesis
yang masih memerlukan pengujian kebenarannya dalam studi lanjutan
Statistika (skripsi dan tesis)
Dari hasil penelitian (riset) maupun pengamatan, baik yang dilakukan
khusus ataupun berbentuk laporan, sering diminta atau diinginkan suatu uraian,
penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Sebelum kesimpulan
dibuat, keterangan atau data yang telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari,
dianalisis atau diolah dan berdasarkan pengolahan inilah baru kesimpulan dibuat.
Tentulah dimengerti bahwa pengumpulan data atau keterangan, pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati,
mengikuti cara-cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Sudjana (2002: 3) disebutkan bahwa: “Statistika adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan
atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
penganalisisannya yang dilakukan.”
Ada dua jalan untuk mempelajari statistika, yang pertama melalui kajian
statistika matematis atau statistika teoritis, dalam mempelajari statistika
diperlukan dasar matematika yang kuat dan mendalam. Yang dibahas antara lain
penurunan sifat-sifat, dalil-dalil, rumus-rumus, menciptakan model-model dan
segi-segi lainnya yang teoritis dan matematis. Kedua adalah kajian statistika
semata-mata dari segi penggunaannya. Aturan-aturan, rumus-rumus, dan sifatsifat dan sebagainya yang telah diciptakan oleh statistika teoritis, diambil dan
digunakan bagian yang dipandang perlu dalam berbagai bidang pengetahuan
Statistik (skripsi dan tesis)
Kedudukan statistik dalam konteks penelitian, pada dasarnya adalah sebagai
alat bantu untuk memberi gambaran atas suatu peristiwa melalui bentuk yang
sederhana, dapat berupa angka-angka atau berupa grafik-grafik. Akurasi
penggunaan statistik sebagai alat analisis data sangat tergantung pada
pemakainya. Anggapan yang mengatakan bahwa, statistik sebagai alat analisis
yang paling tepat maupun anggapan bahwa tanpa statistik, maka penelitian yang
dilakukan kurang dapat dipertanggungjawabkan, harus dikesampingkan jauh-jauh.
Di samping itu ada pula anggapan bahwa statistik merupakan sesuatu yang sulit
dipelajari, terutama bagi orang-orang sosial, juga tidak benar. Sebab pada
dasarnya statistik adalah suatu ilmu yang mudah dipelajari asal cara
mempelajarinya tepat, dan statistik dapat mendeskripsikan sesuatu yang samar
menjadi jelas.
Banyak persoalan, dari hasil penelitian (riset) ataupun penelitian
pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan, dinyatakan
dan dicatat dalam bentuk bilangan atau angka-angka. Kumpulan angka-angka itu
sering disusun, diatur dan disajikan dalam bentuk daftar atau tabel.
Jadi kata
statistik telah dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disusun dalam tabel atau diagram, yang melukiskan atau
menggambarkan suatu persoalan. Statistik yang menjelaskan sesuatu hal biasanya
diberi nama statistik mengenai hal yang bersangkutan. Kata statistik juga masih
mengandung pengertian lain, yakni dipakai untuk menyatakan ukuran sebagai
wakil dari kumpulan data mengenai suatu hal.
Menurut Sudjana (2005: 2) disebutkan bahwa: “Statistik merupakan
kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disususn dalam tabel dan
atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan.”
Di dalam statistik angka merupakan simbol atau pernyataan verbal atas
objek yang akan dikemukakan. Kegunaan statistik tidak hanya untuk
mendeskripsikan data yang diperoleh pada waktu lampau, misalnya data
mengenai jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat, tingkat produksi
lahan dan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah, akan tetapi dengan
statistik sebagai simbol data, dapat digunakan sebagai pijakan untuk memprediksi
kejadian atau peristiwa di masa yang akan datang serta dapat memberi simpulan
yang tegas dan akurat
Kruskal – Wallis (skripsi dan tesis)
Uji Kruskal – Wallis sering pula disebut Uji H Kruskal – Wallis, adalah rampatan uji jumlah rang (dwisampel Wilcoxon) untuk sejumlah sampel k>=2. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa k sampel bebas berasal dari populasi yang sama. Diperkenalkan oleh W.H. Kruskal dan W.A. Wallis pada tahun 1945, uji ini merupakan padanan cara nonparametrik untuk menguji kesamaan rataan dalam analisis variansi ekafaktor bila si pencoba ingin menghindari bahwa sampel berasal dari populasi normal.
Uji ini mirip dengan uji Anova pada data parametrik hanya saja tidak dipenuhi anggapan k kenormalan dari data. Analisis yang digunakan berdasarkan Rij yaitu ranking data, bukan data itu sendiri.
Langkah – langkah uji Kruskal - Wallis :
1. H0 : Semua K populasi adalah identik
2. H1 : Tidak semua K populasi identik
3. Tentukan taraf nyatanya.
4. Tentukan daerah kritisnya dengan menggunakan tabel chi-kuadrat. Dengan derajat kebebasan v = k-1
5. Melakukan perhitungan uji kruskal – wallis dengan rumus dibawah ini
dengan ni merupakan jumlah data pengamatan disetiap sampel dan ri merupakan jumlah rang dalam satu sampel data pengamatan
Uji Rang-Tanda (skripsi dan tesis)
Uji Rang-Tanda dicetuskan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1945 dan saat ini disebut sebagai uji rang-tanda Wilcoxon. Uji ini memanfaatkan baik tanda maupun besarnya selisih. Uji rang-tanda Wilcoxon digunakan untuk kasus dua sampel yang dependen bila skala ukur memungkinkan kita menentukan besar selisih yang terjadi, jadi bukan sekedar hasil pengamatan yang berbeda saja. Uji rang-tanda Wilcoxon cocok digunakan bila kita dapat mengetahui besarnya selisih antara pasangan-pasangan harga pengamatan X1 dan Y1 berikut arah selisih yang bersangkutan. Apabila kita dapat menentukan besarnya setiap selisih, maka kita dapat menetapkan peringkat untuk masing-masing selisih itu. Melalui penyusunan peringkat selisih – selisih inilah uji Wilcoxon memanfaatkan informasi tambahan yang tersedia.
Asumsi :
Data untuk analisis terdiri atas n buah beda. D1 = Y1 – X1
Sampel X dan sampel Y adalah Variabel- variable acak kontinyu dan beda X1 - Y1, X2 -Y2…dst bersifat kontinyu pula.
Hipotesis nol yang di uji menyatakan bahwa median perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel sama dengan nol.
Uji Tanda (skripsi dan tesis)
Uji tanda digunakan untuk menguji hipotesis mengenai median populasi. Dalam banyak kasus prosedur nonparametrik, rataan digantikan oleh median sebagai parameter lokasi yang relevan untuk diuji.
Uji tanda juga mempunyai asumsi dimana asumsinya adalah distribusinya bersifat binomial. Binomial artinya mempunyai dua nilai. Nilai ini dilambangkan dengan tanda, yaitu positif dan negatif. Ini mengapa ia disebut uji tanda.
Uji tanda banyak digunakan karena uji ini paling mudah untuk dilakukan pengujiannya dan tidak memakan waktu yang lama. Pengerjaan pengujian ini terbilang cukup mudah. Apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai lebih besar dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (+). Sedangkan, apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai kurang dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (-). Dan, apabila nilai pengamatannya sama dengan nilai rataannya maka nilai pengamatan tersebut harus dibuang.
Pengujian uji tanda yang pertama dilakukan adalah menentukan hipotesis nolnya beserta dengan hipotesis tandingannya. Tentukan pula taraf nyatanya beserta nilai proporsi peubah binomial X-nya. Kemudian melakukan penghitungan Z hitung (apabila jumlah sampel lebih dari 30) dengan nilai n merupakan jumlah data pengamatan setelah dibandingkan dengan nilai rataannya dan nilai x adalah jumlah data pengamatan dengan tanda (+). Dengan begitu nilai Z akan didapat dan nilai P (proporsi)nya dapat ditentukan. Keputusan H0 akan ditolak apabila nilai P yang didapat lebih kecil atau sama dengan nilai taraf nyatanya.
Analisis Regresi (skripsi dan tesis)
Regresi adalah salah satu metode statistika yang berguna untuk memodelkan
fungsi hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor. Persamaan
matematik yang memungkinkan untuk meramalkan nilai-nilai suatu variabel
respon dari nilai-nilai satu atau lebih variabel prediktor disebut persamaan regresi
(Walpole, 1995).
Statistika Deskriptif (skripsi dan tesis)
Statistika deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian data sehingga memberikan informasi yang berguna.
Metode ini bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik dari
suatu keadaan dan membuat deksripsi atau gambaran yang sistematis dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari fenomena yang diselidiki. Contoh dari
penyajian data dalam statistika deskriptif adalah tabel, diagram, dan grafik
(Walpole, 1995).
Uji Mann-Whitney (Skripsi dan tesis)
Metode Mann-Whitney test digunakan untuk menguji dua perbedaan median dari dua sampel
yang diambil secara independent, sampel-sampel random tersebut bisa diperoleh dari
populasi-populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal (Andi, Supangat,
2007).
Penggunaan distribusi normal dan distribusi “t” ditunjukkan untuk menguji
perbedaan antara 2 sampel mean yang membutuhkan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Dua macam sampel yang dipilih adalah bersifat independent random sampel.
2. Populasi asalnya harus berdistribusi normal serta memiliki varians yang sama. Pada test tanda (Sign test) sebelumnya analisa tidak didasarkan pada pemenuhan
kedua asumsi tersebut diatas, namun pada situasi tertentu dimana asumsi pertama dapat
dipenuhi (kedua sampel bersifat independen) dan hanya asumsi mengenai normalitas masih
diragukan, maka kita lebih baik menggunakan pengujian dengan metode Mann-Whitney yang
lebih dikenal dengan U test.
Hipotesis nol yang akan diuji adalah bahwa dua sampel independen diambil dari
populasi-populasi yang mempunyai mean yang sama, sedangkan hipotesis alternatifnya
menyatakan bahwa dua sampel independen diambil dari populasi-populasi yang mempunyai
mean yang berbeda.
Bila pengujian dilakukan dengan satu sisi maka hipotesis alternatifnya
menyatakan bahwa mean yang berasal dari suatu populasi tertentu adalah lebih besar atau
lebih kecil dari mean populasinya. (Djarwanto, 1998)
Asumsi yang digunakan pada uji Mann-Whitney : (Siegel, 1997)
1. Dua sampel berukuran n dan m harus independen.
2. Sampel dipilih secara acak.
3. Variabel diukur paling sedikit dalam skala ordinal.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Djarwanto, 2003)
1. Gabungkan kedua sampel independen dan beri rangking pada tiap-tiap anggotanya mulai
dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terbesar. Untuk memudahkan
dapat disusun bentuk array lebih dahulu. Apabila ada dua atau lebih nilai pengamatan
yang sama, digunakan jenjang rata-rata.
2. Hitunglah jumlah rangking masing-masing bagi sampel pertama dan kedua dan notasikan
dengan dan .
3. Untuk uji statistik U, kemudian dihitung: dari sampel pertama dengan pengamatan
(2)
atau sampel kedua dengan pengamatan
4. Dari dua nilai U tersebut yang digunakan adalah nilai U yang lebih kecil. Nilai yang lebih
besar ditandai dengan
. Sebelum pengujian dilakukan perlu diperiksa apakah telah
didapatkan U atau
dengan cara membandingkannya dengan nilai
. Bila nilainya
lebih besar daripada
nilai tersebut adalah
dan nilai U dapat dihitung
5. Bandingkan nilai U statistik dengan nilai U dalam tabel
Menentukan Besar Sampel (skripsi dan tesis)
Menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Bussines (1992:253) memberikan saransaran tentang ukuran sampel sebagai berikut :
1. Ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (pria-wanita, pegawai negeri-swasta) maka jumlah
anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau
regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen)
maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol maka jumlah anggota sampel masing-masing 10
s/d 20.
Detail mengenai ukuran sampel yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis
metode yang digunakan, meskipun ketepatannya perlu digunakan metode statistika dalam
menentukan jumlah sampel yang diambil. Pada umumnya untuk tahap awal ataupun untuk
peneliti pemula, sampel yang diambil sekitar 10% dari total individu populasi yang diteliti
(Sugiarto, 2001) sampel untuk metode yang digunakan.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besar sampel yang
populasinya diketahui adalah dengan menggunakan metode Slovin.
Pemilihan Sampel dari Polulasi Secara Tidak Acak (Nonrandom atau Nonprobability Sampling) (skripsi dan tesis)
Non probability sampling (penarikan sampel secara tak acak) dikembangkan untuk menjawab
kesulitan yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak, terutama dalam kaitannya
dengan pengurangan biaya dan permasalahan yang mungkin timbul dalam pembuatan
kerangka sampel. Hasil dari non probability ini sering kali mengandung bias dan
ketidaktentuan yang bisa berakibat buruk. Permasalahan yang muncul ini tidak dapat
dihilangkan dengan hanya menambah ukuran sampelnya. Alasan inilah yang mengakibatkan
keengganan para statistikawan untuk menggunakan metode ini. Teknik–teknik nonrandom
terdiri atas 3 macam yaitu:
1. Quota Sampling
Untuk teknik sampling ini biasanya digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan
kependudukan seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan. Quota
sampling ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah tahapan di mana peneliti
merumuskan kategori kontrol atau kuota dari populasi yang ditelitinya. Tahapan kedua adalah
penentuan bagaimana sampel akan diambil dapat secara Convenience ( berdasarkan
ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya atau sampel diambil / terpilih karena sampel tersebut ada pada waktu dan tempat yang tepat ) atau judgment ( sampel
diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti).
Perbedaan antara judgment dengan quota sampling terletak pada adanya suatu batasan pada
quota sampling bahwa sampel yang diambil harus sejumlah tertentu yang dijatah dari setiap
subgroup yang telah ditentukan dari suatu populasi.
2. Sampling Kebetulan
Sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap
orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai. Keuntungannya murah, cepat, dan
mudah sedangkan kelemahannya adalah kurang reprensetatif.
3. Sampling Bertujuan
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan
penelitiannya. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah murah, cepat dan mudah serta
relevan dengan tujuan penelitiannya. Kerugiannya adalah tidak representatif untuk
mengambil kesimpulan secara umum
Jenis Dalam Teknik sampling random (Skripsi dan tesis)
Teknik sampling random terdiri atas empat macam dengan uraian seperti berikut ini
(Husaini, Usman,1995):
1. Sampling Random Sederhana
Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan undian,
ordinal, tabel bilangan random, atau komputer. Keuntungannya ialah anggota sampel
mudah dan cepat didapat. Kelemahannya ialah kadang-kadang tidak mendapatkan
data yang lengkap dari populasinya.
2. Sampling Bertingkat
Sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang. Teknik
ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok
yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya
menurut usia, pendidikan, golongan dan sebagainya. Keuntungan menggunakan cara
ini adalah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih
banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya.
3. Sampling Kluster
Sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik sampling ini
digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan dan seterusnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah dapat
mengambil populasi besar yang tersebar di berbagai daerah, pelaksanaannya lebih
murah dan mudah dibandingkan dengan yang lainnya. Kelemahannya adalah jumlah
setiap individu pada setiap pilihan tidak sama, ada kemungkinan penduduk suatu
daerah berpindah ke daerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduuduk
tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.
4. Sampling Sistematis
Teknik ini sebenarnya adalah teknik random sampling sederhana yang dilakukan
secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. Misalnya
setiap kelipatan 5 atau 10 dari daftar pegawai di suatu kantor. Keuntungannya adalah sangat mudah dan cepat. Kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili
populasinya.
5. Sampling Proporsional
Sampling proporsional yaitu sampel yang dihitung berdasarkan perbandingan.
Pemilihan Sampel dari Populasi Secara Acak (Random atau Probability Sampling) (skripsi dan tesis)
Dalam probability sampling, pemilihan sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam arti
sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si peneliti, sehingga setiap
anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel.
Dengan demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk menduga
karakteristik populasi secara obyektif.
Di samping itu, teori-teori probabilitas (peluang) yang dipakai dalam probability
sampling memungkinkan peneliti untuk mengetahui bias yang muncul dan sejauh mana bias
yang muncul tersebut menyimpang dari perkiraan. Selain itu untuk dapat menggunakan
probability sampling, kita membutuhkan kerangka sampel yaitu suatu daftar dari unit-unit
Universitas Sumatera Utara
sampling dalam rangka untuk mendapatkan responden dengan peluang yang telah diketahui
sebelumnya.
Teknik Pengumpulan Data (skripsi dan tesis)
Teknik-teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya
(Husaini, Usman, 2006):
1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitianPada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian
2. Pengamatan
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan
kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran,
untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian
3. Angket
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yaitu suatu teknik pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaanpertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai
kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya
.
4. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
Data Menurut Sumbernya (skripsi dan tesis)
Berdasarkan sumbernya, data dapat digolongkan menjadi:
a. Data Internal dan data eksternal. Data internal adalah data yang bersumber dari suatu
organisasi. Data eksternal adalah data yang bersumber dari luar organisasi.
b. Data Primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui suatu
survey lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data tertentu. Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh suatu lembaga pengumpul data dan
dipublikassikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder akan
mempermudah dan mempercepat jalannya penelitian.
Data Menurut Dimensi Waktu (skripsi dan tesis)
Menurut dimensi waktu, data dapat digolongkan menjadi:
a. Data runtut waktu (time-series), yaitu data yang secara kronologis disusun menurut
waktu. Data runtut waktu digunakan untuk melihat perubahan dalam rentang waktu
tertentu. Data runtut waktu dibedakan menjadi: data harian, data mingguan, data
bulanan, data tahunan.
b. Data silang tempat (cross-section), yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik
waktu. Data silang tempat digunakan untuk mengamati perilaku dalam periode yang
sama. Contoh: data sensus yang diterbitkan setiap 10 tahun sekali, data jumlah
penduduk miskin pada setiap desa pada tahun tertentu. c. Data pooling, yaitu kombinasi antara data runtut waktu dengan data silang tempat.
Data Menurut Jenisnya (skripsi dan tesis)
Menurut jenisnya, data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data
kuantitatif dapat dibedakan menjadi:
1. Data interval, yaitu data yang diukur dengan jarak diantara 2 titik pada skala
yang sudah diketahui. Sebagai contoh: IPK mahasiswa (interval 0 hingga 4).
2. Data rasio, yaitu data yang diukur dengan suatu proporsi. Sebagai contoh:
persentase jumlah pengangguran di propinsi Sumatera Utara, tingkat inflasi
Indonesia pada tahun 2000.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dengan skala numerik. Namun
karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif
umumnya dikuantifikasi agar dapat diproses. Kuantifikasi dapat dilakukan dengan
mengklasifikasikan data dalam bentuk kategori. Data kualitatif dapat dibedakan
menjadi
1. Data nominal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori. Sebagai
contoh, industri di Indonesia oleh BPS digolongkan menjadi
a. Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerjanya 1-4 orang, diberi
kategori 1.
b. Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang, diberi kategori 2.
Angka yang menyatakan kategori ini menunjukkan bahwa posisi data sama
derajatnya. Angka ini sekedar menunjukkan kode kategori yang berbeda.
2. Data ordinal yaitu, data yang dinyatakan dalam bentuk kategori, namun posisi
data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat. Sebagi
contoh, tingkat kosmopolitan petani suatu daerah dikategorikan:
a. Sangat rendah diberi kode 1
b. Rendah diberi kode 2
c. Sedang diberi kode 3
d. Tinggi diberi kode 4
e. Sangat tinggi diberi kode 5
Data (skripsi dan tesis)
Data adalah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan benar melalui berbagai analisis
dapat memberikan berbagai informasi sehingga dengan informasi tersebut kita dapat
mengambil suatu keputusan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka,
matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan
untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Data diperoleh dengan
mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi (Husaini, Usman, 2006).
Kekurangan statistik nonparametrik (skripsi dan tesis)
Kekurangan statistik nonparametrik dibandingkan dengan statistik parametrik ialah :
1. Bila digunakan pada data yang dapat diuji menggunakan statistika parametrik maka
hasil pengujian menggunakan statistika nonparametrik menyebabkan pemborosan
informasi. 2. Pekerjaan hitung menghitung (aritmetik) karena memerlukan ketelitian terkadang
menjemukan.
3. Jika jumlah sampel besar, tingkat efisiensi nonparametrik relatif lebih rendah
dibandingkan dengan metode parametrik.
4. Statistik nonparametrik tidak dapat digunakan untuk membuat prediksi (peramalan).
Kelebihan statistik nonparametrik (skripsi dan tesis)
Kelebihan statistik nonparametrik adalah sebagai berikut (Tavi, Supriana,2010):
1. Asumsi –asumsi dalam statistik nonparametrik relatif lebih longgar. Jika pengujian
data menunjukkan bahwa salah satu atau beberapa asumsi yang mendasari uji statistik
parametrik (misalnya mengenai sifat distribusi data), tidak terpenuhi, maka statistik
nonparametrik lebih sesuai diterapkan dibandingkan statistik parametrik.
2. Perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, sehingga hasil
penelitian dapat dengan cepat diselesaikan.
3. Untuk memahami konsep-konsep dan metode-metodenya tidak memerlukan dasar
matematika yang mendalam.
4. Uji-uji pada statistik nonparametrik dapat diterapkan jika kita menghadapi
keterbatasan data yang tersedia, misalnya jika data telah diukurmenggunakan skala
pengukuran yang lemah.
5. Efisiensi statistik nonparametrik lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode
parametrik untuk jumlah sampel yang sedikit.
6. Asumsi yang digunakan minimum sehingga mengurangi kesalahan penggunaan.
7. Dapat diterapkan pada skala peubah kualitatif (nominal dan ordinal).
Statistik Nonparametrik (skripsi dan tesis)
Metode nonparametrik pertama kali digunakan ketika J.Arbuthnot (1710) mengetahui bahwa
pada tahun 1629 sampai tahun 1710 jumlah laki-laki yang diberi nama baptis di London
melebihi jumlah wanita. Ia memandang hal ini sebagai kenyataan yang kuat bahwa
probabilita dari setiap kelahiran bayi laki-laki atau wanita tidak tepat sama, suatu
ketidakcocokan yang dianggap oleh Arbuthnot berasal dari sesuatu yang aneh (Sprent, 1991).
Statistik nonparametrik disebut juga statistik bebas sebaran. Statistik nonparametrik
tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik nonparametrik dapat
digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak. Statistik nonparametrik
biasanya digunakan untuk melakukan analisis pada data nominal atau ordinal.
Universitas Sumatera Utara
Metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan
dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistik parametrik,
terutama yang berkaitan dengan distribusi normal. Nama lain yang sering digunakan untuk
statistik nonparametrik adalah statistik bebas distribusi. Contoh regresi nonparametrik adalah
uji tanda (sign test), uji jenjang bertanda wilcoxon, metode theil, metode deret fourer, uji
square, uji mann-whitney dan lain- lain.
Perbandingan statistik nonparametrik dan statistik parametrik. Kekurangan dan
kelebihan setiap pemilihan prosedur pengujian data, apakah itu menggunakan nonparametrik
atau parametrik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
Statistik Parametrik (skripsi dan tesis)
Suatu tes statistik parametrik adalah suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syaratsyarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitinya.
Syarat-syarat itu biasanya tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi. Seberapa jauh makna
hasil suatu tes parametrik bergantung pada validitas anggapan-anggapan tadi. Tes-tes
parametrik juga menuntut bahwa skor-skor yang dianalisis merupakan hasil suatu
pengukuran yang sedikitnya berkekuatan sebagai skala interval (Siegel, Sidney,1986:38).
Pada statistik parametrik, pengujian hipotesis (uji parametrik) atau aturan
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tertentu. Misalnya, distribusi
probabilitas untuk pengambilan sampel dan bentuk varians. Asumsi untuk distribusi misalnya
distribusi normal, binomial, distribusi F, dan distribusi student t. Asumsi untuk varians,
misalnya memiliki varians yang homogen, seperti pada korelasi dan regresi. Asumsi-asumsi
tersebut tidak diuji lagi sudah dianggap sudah terpenuhi (Iqbal, Hasan, 2002).
Jumat, 28 Februari 2020
Uji Chi-Square (skripsi dan tesis)
Chi-square atau kai kuadrat (X2
) merupakan salah satu jenis uji komparatif nonparametrik yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel
adalah nominal atau ordinal. Dasar dari uji chi-square adalah membandingkan
perbedaan antara frekuensi observasi dengan frekuensi ekspektasi atau
frekuensi yang diharapkan. Frekuensi observasi adalah frekuensi yang nilainya
didapat dari hasil percobaan. Sedangkan frekuensi harapan adalah frekuensi
yang nilainya dapat dihitung secara teoritis. Perbedaan tersebut untuk
meyakinkan apabila harga dari chi-square sama atau lebih besar dari suatu
harga yang telah ditetapkan pada taraf signifikan tertentu. Uji chi-square sangat
bermanfaat dalam melakukan analisis statistik apabila asumsi-asumsi yang
29
dipersyaratkan untuk penggunaan statistik parametrik tidak dapat terpenuhi.
Syarat-syarat dalam menggunakan uji ini adalah frekuensi responden atau
sampel yang digunakan besar, karena ada beberapa syarat dimana chi-square
dapat digunakan yaitu:
a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan (actual count) sebesar nol.
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2x2, maka tidak boleh ada satu cell saja
yang memiliki frekuensi harapan (expected count) kurang dari lima.
c. Sedangkan apabila bentuk tabel lebih dari 2x2, maka jumlah cell dengan
frekuensi harapan yang kurang dari lima tidak boleh lebih dari 20%.
Adapun kegunaan dari uji chi-square sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara dua variabel.
b. Untuk mengetahui homogenitas antar-sub kelompok.
c. Untuk uji kenormalan data dengan melihat distribusi data.
d. Untuk menganalisis data yang berbentuk frekuensi.
e. Untuk menentukan besar kecilnya korelasi dari variabel-variabel yang
dianalisis.
Bentuk distribusi chi-square tergantung dari derajat kebebasan atau yang biasa
dilambangkan d.f. (degree of freedom). Chi-square memiliki masing-masing nilai
derajat kebebasan yaitu distribusi (kuadrat standard normal) yang merupakan
distribusi chi-square dengan d.f. = 1 dan nilai variabel tidak bernilai negatif.
Karakteristik dari chi-square yaitu nilainya selalu positif karena nilai chi-square
adalah nilai kuadra
Crosstabs (skripsi dan tesis)
Crosstabs atau tabulasi silang merupakan suatu metode analisis deskriptif yang
berbentuk tabel, dimana menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang
digunakan untuk mengidentifikasi serta mengetahui apakah ada korelasi atau
hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lainnya ke
dalam suatu matriks. Hasil crosstabs disajikan ke dalam suatu tabel dengan
variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris serta berisi nilai frekuensi dan
persentase. Tabel yang dianalisis pada crosstabs ini adalah hubungan antara
variabel dalam baris dengan variabel dalam kolom. Penyajian data pada
umumnya adalah data kualitatif. Ciri dari penggunaan crosstabs yaitu data input
yang pada umumnya berskala nominal atau ordinal. Pembuatan crosstabs dapat
disertai dengan pengolahan atau perhitungan tingkat keeratan hubungan
(asosiasi) antar variabel pada crosstabs. Alat statistik yang sering digunakan
untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari sebuah
crosstabs adalah uji chi-square. Selain uji chi-square, ada beberapa alat uji
lainnya yang dapat digunakan seperti kendall, kappa, dan lain sebagainya
Uji Tanda (Sign Test) (skripsi dan tesis)
Uji tanda atau sign test merupakan uji non-parametrik yang digunakan untuk
menguji ada tidaknya perbedaan dari dua buah populasi yang saling berkorelasi,
dimana datanya memiliki skala pengukuran ordinal. Metode analisis ini
menggunakan data yang dinyatakan dalam bentuk tanda (+) positif dan (-)
negatif dari perbedaan antara pengamatan yang berpasangan. Sedangkan nilai 0
tidak diikut sertakan dalam analisis karena nilai 0 berarti tidak terdapat
perubahan sebelum dan sesudah perlakuan. Pada prinsipnya, uji tanda memiliki
tujuan untuk menghitung selisih nilai dari kedua pasang sampel. Apabila Ho
diterima, maka jumlah selisih pasangan data yang positif kurang lebih akan sama
dengan pasangan data yang negatif, sehingga sangat diharapkan jumlah selisih
pasangan data yang positif dan negatif adalah setengah dari total sampel yang
ada. Sedangkan Ho ditolak, jika jumlah selisih pasangan data yang negatif
dengan data yang positif memiliki perbedaan nilai yang sangat tinggi. Supranto
26
(2002)
Kelebihan dan Kekurangan Statistik Non-Parametrik (skripsi dan tesis)a
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode statistik nonparametrik adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Statistik Non-Parametrik
i. Asumsi-asumsi yang digunakan sangatlah sedikit.
ii. Tidak membutuhkan asumsi normalitas atau distribusi data tidak harus
normal. Namun, statistik non-parametrik tidak terikat pada distribusi normal
populasi, tetapi juga dapat digunakan pada populasi berdistribusi normal.
iii. Secara umum konsep dan metode statistik non-parametrik lebih mudah
dikerjakan dan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan statistik parametrik karena statistik non-parametrik tidak membutuhkan perhitungan
matematik yang rumit melainkan lebih sederhana.
iv. Dapat diterapkan pada skala data numerik (nominal) dengan jenjang
(ordinal).
v. Terkadang dalam statistik non-parametrik tidak dibutuhkan urutan atau
jenjang secara formal karena sering dijumpai hasil pengamatan yang
dinyatakan dalam data kualitatif.
vi. Pengujian hipotesis pada statistik non-parametrik dilakukan secara
langsung pada pengamatan yang nyata.
b. Kekurangan Statistik Non-Parametrik
i. Tidak ada sistematika secara jelas.
ii. Statistik non-parametrik terkadang mengabaikan beberapa informasi
tertentu.
iii. Hasil pengujian hipotesis dengan statistik non-parametrik tidak selengkap
statistik parametrik.
iv. Hasil statistik non-parametrik tidak dapat diekstrapolasikan ke populasi
studi yang berbeda dengan statistik parametrik. Hal ini dikarenakan statistik
non-parametrik mendekati eksperimen dengan sampel kecil dan umumnya
membandingkan dua kelompok tertentu
Ciri-Ciri Statistik Non-Parametrik (skripsi dan tesis)
Dalam menganalisis data tentunya harus mengetahui ciri-ciri dari statistik yang
akan digunakan agar dapat lebih mudah dalam menentukan uji yang cocok untuk
digunakan pada kasus tersebut. Berikut ciri-ciri dari statistik non-parametrik:
a. Data tidak berdistribusi normal
b. Umumnya data berskala nominal dan ordinal
c. Umumnya dilakukan pada penelitian sosial
d. Umumnya jumlah sampel kecil
Pengelompokan Kategori Statistik Non-Parametrik (skripsi dan tesis)
Dalam statistik non-parametrik terdapat pengelompokan yang didasarkan dari
kriteria sampel yang diambil pada saat penelitian yaitu sampel tunggal, sampel
independen, dan sampel dependen. Adapun penjelasan dari masing-masing
kriteria sampel adalah sebagai berikut:
a. Sampel Tunggal
Sampel tunggal digunakan untuk menduga dan menguji hipotesis dari
parameter yang ada, contohnya pengukuran nilai sentral. Pada statistik nonparametrik uji yang digunakan untuk menduga nilai sentral, seperti uji tanda
(sampel tunggal) dan uji Wilcoxon. Selain itu, terdapat juga prosedur nonparametrik lainnya, antara lain uji binomial yang digunakan untuk pengukuran
proporsi populasi, uji Trend untuk mengetahui kencenderungan dari populasi
yang ada, dan uji Cox-Stuart untuk menguji data berdasarkan waktu.
b. Sampel Independen
Sampel independen memiliki kegunaan untuk membandingkan antara dua
variabel yang terukur dari sampel yang bebas. Pengambilan sampel ini
berasal dari dua populasi. Pada statistik parametrik dapat menggunakan uji t
untuk membandingkan nilai mean dari dua kelompok independen, sedangkan
alternatif pengujian dalam statistik non-parametrik dapat menggunakan uji, antara lain Wald-Wolfowitz Runs test, Mann-Whitney U-test, dan KolmogorovSmirnov Two-Sample test. Namun, apabila ingin membandingkan lebih dari
dua populasi maka digunakanlah analisis satu arah bertingkat dengan Median
test dan Kruskal-Wallis test.
c. Sampel Dependen
Sampel dependen pada dasarnya digunakan untuk membandingkan dua
variabel yang terukur dari sampel yang berhubungan. Dalam statistik nonparametrik, misalnya untuk mengetahui perbedaan produktivitas kerja, dengan
melakukan pengukuran pada sampel pekerja sebelum mendapatkan pelatihan
dengan sampel pekerja sesudah mendapatkan pelatihan. Hal seperti ini dapat
dilakukan dengan menggunakan pengujian Sign Test dan Wilcoxon’s Matched
Pairs Test. Namun jika variabel memiliki sifat yang dikotomi, maka dapat
digunakan pengujian McNemar’s Chi-square Test. Selain itu, apabila ternyata
terdapat lebih dari dua variabel yang diteliti maka pengujian yang tepat
digunakan yaitu Friedman’s two-way analysis of variance dan Cochran Q test.
Dasar Statistika (skripsi dan tesis)
Pada dasarnya statistika terbagi menjadi dua yakni stastika deskriptif dan
statistika inferensial. Statistika inferensial terbagi menjadi dua yaitu statistik
parametrik dan statistik non-parametrik. Statistik non-parametrik merupakan
analisis yang tidak menggunakan parameter seperti yang terdapat pada statistik
non-parametrik, misalnya: mean, standar deviasi, dan variansi. Statistik nonparametrik juga sering disebut dengan metode distribusi bebas. Statistik nonparametrik menjadi alternatif dari statistik parametrik ketika asumsi-asumsi yang
mendasari dalam statistik parametrik tidak dapat terpenuhi, sebab metode ini
tidak memerlukan asumsi atau mengabaikan asumsi-asumsi yang menjadi
landasan metode statistika parametrik terutama yang berkaitan dengan distribusi
normal. Selain itu, statistik non-parametrik digunakan pada data yang berskala
nominal dan ordinal serta populasi yang bebas distribusi. Semua permasalahan
statistik sebenarnya dapat diselesaikan dengan statistik non-parametrik. Namun
harus dipahami bahwa tidak semua permasalahan statistik dapat diselesaikan
dengan menggunakan statistik parametrik sehingga harus menggunakan statistik
non-parametrik.
Software IBM SPSS (skripsi dan tesis)
Santoso (2010) berpendapat bahwa software SPSS dapat dijadikan sebagai
alternatif pengguna untuk mengolah data dan menginterpretasi output dengan
mudah dalam menyelesaikan permasalahan pada metode non-parametrik. SPSS
(Statistical Product and Service Solution) merupakan program aplikasi bisnis
yang berguna untuk melakukan perhitungan atau menganalisa data statistik
dengan menggunakan komputer. Dalam SPSS yang perlu dilakukan untuk
memulai menganalis data yaitu mendesain variabel yang akan dianalisis,
memasukkan data, dan melakukan perhitungan sesuai dengan tahapan yang
ada pada menu yang tersedia. SPSS memiliki berbagai macam fitur yang
ditawarkan untuk mengolah data dalam berbagai kasus, seperti:
a. IBM SPSS Data Collection : untuk pengumpulan data
b. IBM SPSS Statistics : untuk menganalisis data
c. IBM SPSS Modeler : untuk memprediksi trend
d. IBM Analytical Decision Management : untuk pengambilan keputusan
SPSS banyak diaplikasikan serta digunakan oleh pengguna di segala bidang
bisnis, perkantoran, pendidikan, dan penelitian. Secara spesifik, pemanfaatan
program ini digunakan untuk riset pemasaran, penilaian kredit, peramalan bisnis,
penilaian kepuasan konsumen, pengendalian, serta pengawasan dan perbaikan
mutu suatu produk.
Keunggulan dari SPSS dibandingkan dengan program yang
lainnya adalah kemudahan dalam memasukkan data, kemudahan dalam
mengolah data dengan hanya memilih uji statistik yang sudah tersedia, cepat
dalam menampilkan output, dan output mudah untuk dipahami, dibaca, dan
dicetak. Selain itu, SPSS mampu mengakses data dari berbagai macam format
data yang tersedia seperti base, lotus, access, text file, spreadsheet, bahkan
mengakses database melalui ODBD (Open Data Base Connectivity) sehingga
18
data yang berbagai macam format dapat langsung terbaca SPSS yang
selanjutnya untuk dianalisis. SPSS dapat menguji data yang berjenis data
kualitatif maupun data kuantitatif. Informasi yang diberikan oleh SPSS sangatlah
akurat, hal ini dapat dilihat dengan memperlakukan missing data secara tepat
yaitu dengan memberi alasannya misalnya pernyataan atau pertanyaan yang
tidak relevan dengan kondisi responden, pernyataan atau pertanyaan tidak
dijawab oleh responden, maupun ada pernyataan atau pertanyaan yang
memang harus dilompati. Statistik yang termasuk software dasar SPSS, yakni:
a. Statistik Deskriptif
(Frekuensi, Deskripsi, Tabulasi Silang, Penelusuran, dan Statistik Deskripsi
Rasio)
b. Statistik Bivariat
(Rata-Rata, ANOVA, t-test, Korelasi (Bivariat, Persial, Jarak), dan NonParametrik Test)
c. Prediksi Hasil Numerik
(Regresi Linear)
d. Prediksi untuk mengidentifikasi kelompok
(Diskriminan, Analisis Cluster (Two-Step, K-means, Hierarkis), dan Analisis
Faktor)
Kuesioner (skripsi dan tesis)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi suatu pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden
(Sugiyono, 2013). Kuesioner berdasarkan bentuknya terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Kuesioner Tertutup
Kuesioner yang menyajikan pertanyaan dan alternatif pilihan jawaban
sehingga responden hanya dapat memberikan tanggapan yang terbatas pada
pilihan yang telah diberikan. Contoh dari kuesioner tertutup ini yaitu penilaian
pelayanan pada sebuah cafe dan diberikan beberapan alternatif pilihan
jawaban seperti sangat baik, baik, cukup, dan buruk.
b. Kuesioner Terbuka
Kuesioner yang memberikan kebebasan bagi responden untuk memberikan
jawaban atau tanggapan atas pertanyaan yang telah diberikan, biasanya
responden dapat menulis sendiri jawabannya berupa uraian. Contoh dari
kuesioner terbuka yaitu “menurut anda seberapa pentingkah penggunaan
smartphone?”.
Penggunaan kuesioner banyak digunakan oleh peneliti karena dianggap lebih
efektif dan efisien untuk mengumpulkan data dari responden yang jumlahnya
besar dan dalam ruang lingkup wilayah penelitian yang luas. Pertanyaan pada
kuesioner dapat digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan pengetahuan.
Penentuan Ukuran Sampel (skripsi dan tesis)
Ukuran sampel merupakan banyaknya individu, subjek, atau elemen dari
populasi yang diambil sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2013) mendefinisikan
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari
beberapa anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran dan Bougie, 2010). Apabila
ukuran sampel yang diambil terlalu besar atau terlalu kecil maka akan menjadi
masalah dalam penelitian. Sampel yang baik yaitu sampel yang memberikan
pencerminan optimal atau dapat mewakili terhadap populasinya (representative).
Berikut pendapat para ahli tentang ukuran sampel:
a. Gay dan Diehl (1992) mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang
diambil maka akan semakin representative dan hasilnya dapat di genelisir
atau dapat diterima, namun akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
i. Penelitian bersifat deskriptif maka sampel minimumnya sebesar 10% dari
populasi.
ii. Penelitan yang bersifat korelasional maka sampel minimumnya 30 subyek.
iii. Penelitian kausal-perbandingan maka sampelnya sebanyak 30 subyek per
grup.
iv. Sedangkan penelitian ekperimental maka sampel minimumnya sebanyak
15 subyek per grup.
b. Roscoe (1975) menentukan ukuran sampel yang tepat yaitu sebesar ≥30 dan
≤500 sampel dan jika sampel dipecah ke dalam sub-sampel maka ukuran
sampel minimum 30 untuk setiap kategori yang ada.
Sugiyono (2013) menambahkan bahwa untuk penentuan jumlah sampel dari
populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael untuk tingkat
kesalahan sebesar 1%, 5%, dan 10%.
Metode Pengambilan Sampel (skripsi dan tesis)
Sampling adalah cara pengumpulan data dengan hanya elemen sampel yang
diteliti, hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate, bukan data
sebenarnya. Sedangkan teknik sampling adalah suatu teknik pengambilan
sampel (Sugiyono, 2013). Alasan teknik sampling lebih sering digunakan karena
lebih menghemat waktu, biaya, serta tenaga, terkadang tidak diketahui objek
secara keseluruhan, dan sering terjadi kesalahan dalam pengumpulan data
dikarenakan banyak objek atau elemen yang harus diteliti. Suatu keputusan yang
didasarkan atas data perkiraan hasil penelitian sampel akan selalu menimbulkan
resiko. Resiko ini tidak dapat dihindari namun hanya dapat diperkecil dengan
jalan memperkecil kesalahan sampling yaitu dengan memilih sampling yang
tepat yang dapat mewakili populasi dari sampel yang diambil. Pada dasarnya
teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu probability
sampling dan non-probability sampling.
a. Metode dalam probability sampling
i. Simple Random Sampling
ii. Proportionate Stratified Sampling
iii. Disproportionate Stratified Random Sampling
iv. Cluster Sampling
13
b. Metode dalam non-probability sampling
i. Sampling Sistematis
ii. Sampling Kuota
iii. Sampling Insidental
iv. Sampling Jenuh
v. Purposive Sampling
vi. Snowball Sampling
Sumber Data (skripsi dan tesis)
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber data utama. Data primer biasa disebut juga data asli
yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer dengan cara seperti wawancara, observasi, dan
penyebaran kuesioner.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti pusat statistik, buku, laporan, makalah, jurnal, dan lain sebagainya
Metode Penelitian (skripsi dan tesis)
Metode penelitian merupakan suatu proses dari pencarian solusi permasalahan
setelah melalui pembelajaran dan analisis faktor-faktor situasional (Sekaran dan
Bougie, 2010). Sedangkan Sugiyono (2013) mendefinisikan metode penelitian
adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dalam suatu permasalahan dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Dari pernyataan tersebut terdapat empat kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.
Cara ilmiah artinya kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu:
a. Rasional
Cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian haruslah masuk akal sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia.
b. Empiris
Cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian dapat diamati oleh indera
manusia sehingga orang lain dapat memahami cara-cara yang digunakan.
c. Sistematis
Proses dalam kegiatan penelitian harus menggunakan tahap-tahapan yang
bersifat logis.
Menurut jenis data dan analisisnya, metode penilitian dibedakan menjadi:
a. Penelitian Kualitatif
Penelitian yang datanya adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga
kualitatif (deskriptif). Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata,
kalimat, dan gambar (Sukmadinata, 2009).
Namun, data kualitatif dapat
dirubah menjadi data kuantitatif dengan cara diskoring. Contoh data kualitatif
yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan lain-lain. Metode ini
mendasarkan kesimpulan penelitian pada asumsi-asumsi interpretasi yang
tetap mengacu pada fakta dan teori pendukung.
b. Penelitian Kuantitatif
Penelitian yang datanya adalah data kuantitatif sehingga analisisnya juga
kuantitatif (inferensi). Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang diangkakan seperti: 1, 2, 3, 4, …, dst, atau skor 5 =
sangat setuju, skor 4 = setuju, skor 3 = ragu-ragu, skor 2 = kurang setuju, skor
1 = tidak setuju. Contoh dari aplikasi metode ini adalah survey. Metode ini
12
berdasar pada prinsip pembuktian hipotesis. Penelitian dilakukan untuk
membuktikan apakah hipotesis tersebut benar atau salah.
Metode Demonstrasi (skripsi dan tesis)
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
bahan pelajaran agar tujuan atau kompetensi dasar dapat tercapai. Ada
beberapa prinsip yang perlua diperhatikan dalam penggunaan metode
mengajar ini, prinsip tersebut berkaitan dengan faktor perkembangan
kemampuan siswa, diantaranya:
a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin
tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curriosity).
b. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk
berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan
masalah.
d. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji
kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
e. Medode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan
penemuan (berinkuiri) terhadap suatu topik permasalahan.
f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk mampu menyimak.
g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri
(independent study).
h. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja
sama (cooperative learning).
i. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi
dalam belajarnya (Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009: 108).
Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pemeblajaran
adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,
potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa amat beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. Peristiwa belajar yang disertai
proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar hanya
dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hal ini karena belajar
dengan proses pembelajran melibatkan peran serta guru, bahan belajar, dan
lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan. Pada hakekatnya, pembelajaran
(belajar dan mengajar) merupakan proses komunikasiantara guru dan siswa.
Komunikan pada proses pembelajaran adalah siswa, sedangkan
komunikatornya adalah guru dan siswa. Jika siswa menjadi komunikator
terhadap siswa lainnya dan guru sebagai fasilitator. Akan terjadi proses
interaksi dengan kadar pembelajaran tinggi (Hamdani, 20011: 72).
Seorang guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan
bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi
belajar dalam lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan
wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung
lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang
berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar
dengan sebaik-baiknya (Mulyasa, 2007: 267).
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif
karena perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting
oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati, perhatian siswa lebih
mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
Siswa juga turut aktif bereksperimen, maka siswa memperoleh pengalaman- pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh
pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya (Team Didaktik
Metodik IKIP Surabaya, 1989: 57).
Peristiwa belajar di dalamnya mengandung aktivitas walaupun
kadarnya berbeda-beda. Bagaimana seorang guru dapat mengaktifkan siswa
belajar sangat tergantung pada kepiawaian guru itu sendiri dalam
melaksanakan dan mengelola pembelajaran. Saat ini guru MI/SD dituntut
memiliki kemampuan untuk membelajarkan siswa secara aktif baik fisik,
mental/intelektual, dan emosional. Kadar aktivitas tang tinggi dalam belajar
membuat siswa memperoleh hasil belajar yang lebih bermakna. Siswa
sebaiknya dapat memperoleh pengalaman langsung melalui interaksi
eksplorasi dan melakukan investigasi (penyelidikan) dengan lingkungan
belajar baik lingkungan sosial, pisik maupun lingkungan alam. Sebagai
contoh dalam pembelajarn IPA pokok materi sifat-sifat benda.
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan
bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau
caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu.
Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan
demonstrasi ini guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat
memperhatikan (mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
Selama proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam demonstrasi tersebut. Ada beberapa karakteristik metode
mengajar dan bagaimana hubungannya dengan pengalaman belajar siswa
(Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009: 121)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar (skirpsi dan tesis)
Adapun uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar tersebut adalah sebagai berikut:
Dari Luar
Lingkungan
Alam
Sosial
Instrumental
Guru
Sarana & Fasilitas
Program/Bahan
Kurikulum
Dari Dalam
Fisiologis
Psikologis
Kondisi fisiologis
umum
Kondisi panca
indera
Minat
Kemampuan
kognitif
Motivasi
Bakat
Kecerdasan
f
a
k
t
o
r
1. Faktor dari Luar
Faktor dari luar terdiri dari 2 bagian penting, yaitu:
a. Faktor Environmental input (lingkungan)
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan
lingkungan sosial. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih
baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan
pengap. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal- hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila
ada orang lain yang mondar-mandir di dekatnya. Lingkungan sosial lain
seperti suara mesin, gemuruh pasar dan yang lain-lainnya.
b. Faktor-faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan yang diharapkan. Faktorfaktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan. Faktor-faktor
instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware) seperti
gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor-faktor lunak (software) misalanya
kurikulum, bahan/program yang harus dipelajari, pedoman-pedoman
belajar dan lain sebagainya.
2. Faktor dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu
sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a. Kondisi Fisiologis Anak
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan capai dan lain sebagainya akan sangat membantu
dalam proses dan hasil belajar.
b. Kondisi Psikologis Anak
Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis yang
dianggap uatama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar.
1) Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau
sesorang tidak minat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal
tersebut, sebaliknya kalu sesorang memepelajari sesuatu dengan
mnat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik (Abu Ahmadi dan
joko Tri Prasetya, 1997: 107). Minat merupaka kecenderungan atau
keinginan yang tinggi dan besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk
dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan
kebutuhan. Reber (Muhibin Syah. 2003:151). Maka diharapkan guru
dapat menggunakan metode belajar yang tepat sehingga dapat
menimbulkan minat belajar yang tinggi bagi siswa dalam mngikuti
proses pembelajaran.
2) Kecerdasaan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaaan yang dihadapinya. Intelegensi
yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor bagi anak
dalam belajar . Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
(Hamdani, 2011: 136).
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar sesorang.
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Kepribadian
seorang guru, cara penyajian pelajaran yang menarik perhatian
siswa, fasilitas termasuk media pendidikan, buku-buku referensi
yang memadai, dan perangsang-perangsang lain mengenai belajar,
akan sangat berpengaruh dalam usaha membangkitklan motivasi
belajar bagi para peserta didik (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya,
1997: 110). Adapun motivasi dibagi menjadi dua, motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motovasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri
peserta didik misalnya: cita-cita, semangat belajar dan sebgainya.
Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi dari luar peserta didik yang
datang dari luar seperti, pujian, hadiah, suri taulada dan sebagainya yang
dapat membuat peserta didik lebih bersemangat mengejar keinginannya.
5) Kemampuan-kemampuan Kognitif
Tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar itu meliputi
tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotorik. Kemampuan-kemampuan kognitif yang terutama yaitu
kemampuan sesorang dalam melakukan persepsi, mengingat dan
berfikir sangat mempengaruhi belajar
Hasil Belajar (skripsi dan tesis)
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotoris (Nana Sudjana, 2009: 3).
Hasil belajar atau prestasi merupakan perubahan perilaku baik
peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan
keterampilan yang dialami siswa ketika sedang dalam proses pembelajaran
atau setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil diantaranya meliputi
ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Hasil belajar seseorang dapat dilihat
dari perilakunya, baik pengetahuan dalam bentuk penguasaan, keterampilan
berfikir maupun kemampuan motorik (Sukmadinata, 2004:102-103). Namun
dalam penilaian hasil belajar pada penelitian ini hanya mencakup satu ranah
penilian yaitu ranah kognitif saja karena peneliti hanya mencari nilai hasil tes
dari siswa.
Menurut Bunyamin S. Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat
dikelompokkan kedalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
(Zaenal Arifin, 2009: 39)
1) Domain kognitif (cognitive domain), yaitu kemampuan dalam memahami
pengetahuan.
2) Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang
menunjuk kearah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik
menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap
sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku.
3) Domain psikomotor, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan
dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang
sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan
yang dimiliki siswa. Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan
mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
proses pembelajaran dalam mencapai tujuan instruksional. Pendapat ini
sejalan dengan teori belajar di sekolah (Theory of school lerning) dari Bloom,
bahwa ada 3 (tiga) variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yaitu
karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa (Robertus
Angkoro dan A. Kosasih, 2007: 50-51)
Pembelajaran IPA (skripsi dan tesis)
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau sains yang semula dari bahasa Inggris Science. Kata
Science sendiri berasal dari bahasa Latin Scientia yang berarti saya tahu. IPA
mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, perut
bumi, dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indra maupun yang tidak
dapat diamati indra (Trianto, 2010: 136). Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA
antara lain sebagai berikut:
1) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah-langkah metode ilimiah.
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik
dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan sehari-hari.
IPA sebagai mata pelajaran di SD/MI merupakan materi yang wajib
diajarkan. IPA diberikan pada siswa SD/MI sebagai landasan bagi
pemahaman mata pelajaran tersebut di tingkat yang lebih tinggi. Metode
penyampaian yang kurang apriori terhadap mata pelajaran ini, apalagi IPA
dikenal sebagai mata pelajaran eksak yang penuh dengan rumus dan hafalan
teori yang menjadikan IPA sebagai salah satu pelajaran yang tidak menarik.
Berikut adalah prinsip yang baik dan perlu dilakukan dalam pembelajaran
IPA:
1. Learning to know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk
mengetahui atau memahami. Dengan prinsip ini pembelajaran harus
dikondisikan agar murid aktif dan menciptakan suasana untuk selalu
ingin mengetahui dan memahami sesuatu yang baru. Dengan demikian
pembelajaran hendaknya menciptakan sikap penasaran pada murid,
sehingga murid selalu ingin belajar lebih jauh.
2. Learning to do adalah prinsip belajar untuk mengerjakan sesuatu. Prinsip
ini mewujudkan bahawa murid dalam belajar bukan hanya untuk sekedar
mengetahui, tetapi juga mampu mempraktekkan. Dengan prinsip ini
keserasian dan keseimbangan antara teori dan praktek.
3. Learning to be adalah prinsip belajar untuk mencapai sesuatu. Prinsip ini
mengarahkan murid untuk selalu bekerja keras dalam mencapai sesuatu
yang tidak putus asa. Dengan demikian murid memiliki pandangan dan
bekerja keras, karena dalam dirinya akan muncul perjuanagn dalam
mencapai sesuatu.
4. Lerning to live together adalah prinsip belajar untuk hidup bersama.
Murid merupakan bagian dari sebuah sistem, komunitas dan masyarakat
(Wahidin, 2006: 18).
Dengan demikian proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada
pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan faktafakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu
sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. Untuk itu perlu menggunakan
metode pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru
hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat
menaiki tangga tersebut
Pengertian Belajar (skripsi dan tesis)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Hamdani, 2011: 20). Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas. Proses
belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses, belajar tidak
hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyususnan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam
keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar
apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman
melalui interaksi dengan lingkungan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang berisikan segala aktivitas manusia baik fisik maupun psikis yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berlangsung secara terus- menerus berupa pengetahuan, kemampuan, pemahaman, kebiasaan,
pengalaman, ketrampilan dan hal-hal yang baru dan bersifat konsta. Hasil
belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar
akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Pada dasarnya pembelajaran yang digunakan haruslah mempunyai
kreativitas tersendiri seingga peserta didik yang menjadi subjek dalam belajar
menjadi lebih terpacu dan termotivasi untuk selalu ingin belajar, dalam
pembelajaran harus ada kreativitas yang dimunculkan baik yang terletak pada
guru dan yang dimunculkan dari peserta didik. Kreativitas siswa guru dalam
akan memunculkan loyalitas guru dalam mengajar dibandingkan hanya ada
keinginan untuk menyampaikan materi. Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem
mutu pendidikan. Subsistem yang pertama dan utama dalam peningkatkan
mutu pendidikan adalah faktor guru. Di tangan gurulah hasil pembelajaran
yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak
ditentukan, yakni pembelajaran yang baik sekaligus bernilai sebagai
pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta
didik. Tanpa guru yang dapat dijadikan andalannya, mustahil suatu sistem
pendidikan dapat mencapai hasil sebagaimana diharapakan. Maka prasyarat
utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang
menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan
kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntutan tugasnya. Mutu
pendidikan pada hakekatnya adalah bagaimana proses belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas berlangsung dengan baik dan bermutu.
Jadi, mutu
pendidikan ditentukan di dalam kelas melalui PBM (Kunandar, 2011: 48).
Beberapa ciri belajar menurut Hamdani (2011: 22) adalah sebagai
berikut:
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan . Tujuan ini
digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak ukur keberhasilan
belajar.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal
ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan
tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai
potensi untuk belajar.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang
belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam
aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang tak terpisahkan satu dengan
yang lainnya.
Zaenal Arifin (2009: 10), mengungkapkan yakni dalam mengelola
pembelajaran, pendidik lebih dituntut untuk dalam melaksanakan 4 tugas:
1) Merencanakan, keberhasilan mengajar sangat bergantung pada
kemampuan pendidik dalam merencanakan yang mencakup antara lain
tujuan belajar siswa, cara siswa mencapai tujuan tersebut dan sarana yang
diperlukan.
2) Mengatur, tugas ini adalah mengenai apa yang mencakup rencana dan
pengetahuan tentang bentuk dan macam kegiatan yang harus
dilaksanakan dan bagaimana semua komponen dapat bekerja sama untuk
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3) Mengarahkan, karena salah satu tugas pendidik adalah memberikan
motivasi, mengarahkan dan memberikan inspirasi kepada siswa untuk
belajar dengan adanya pengarahan yang baik.
4) Mengevaluasi, seorang guru bertugas mementau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Dari penjelasan di atas mengenai tugas guru dalam proses belajar
mengajar yakni mulai dari merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi
dan mengevaluasi. Cara belajar yang dipergunakan turut menentukan hasil
belajar yang di hasilkan. Cara yang tepat akan membawa hasil yang
memuaskan, sedangkan cara yang tidak disesuaikan menyebabkan belajar
kurang berhasil.
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan
keinginannya pada proses belajar tak dapat dipungkiri, karena dengan
menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat
belajar. Barang siapa yang bekerja berdasarkan motivasi yang kuat, ia tidak
akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu, guru perlu
memelihara motivasi siswa dengn metode dan cara pembelajaran yang tepat
sehingga proses belajar mengajar menarik, aktif, bermakna dan
menyenangkan bagi siswa
Empat Aspek Pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1998), penelitian tindakan kelas
dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri
dari empat momentum esensial yaitu sebagai berikut:
a. Penyusunan Rencana
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tinadakan yang
secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK
hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang
refleksif. Hasil pengamatan awal terhadap proses yang terjadi dalam
situasi yang ingin diperbaiki dituangkan dalam bentuk catatan-catatan
lapangan yang lengkap yang menggambarkan dengan jelas cuplikan
atau episode proses pembelajaran dalam situasi yang akan ditingkatkan
atau diperbaiki.
b. Tindakan
Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan
secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang
cermat dan bijaksana.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan pada semua kegiatan
yangbditunjukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan
setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang
ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingan.
Pelaksanaan pengamatan atau observasi yang terpenting adalah mencari
data tentang pelaksanaan tindakan, karena itu peneliti harus cermat
menentukan metode, teknik dan mempersiapkan alat yang tepat agar
data yang diperoleh benar (valid) (Achmad Fuad, 2009: 140).
d. Refleksi
Refleksi adalah meningat dan merenungkan suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam
tindakan strategis (Kunandar, 2011: 75). Kegiatan refleksi mencakup
kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi yang diperoleh saat
melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat observasi
secepatnya dianalisis dan diinterpretasi sehingga akan segera diketahui
apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Interpretasi atau
pemaknaan hasil observasi ini menjadi dasar untuk melakukan evaluasi
sehingga dapat disusun langkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan
(Achmad Fuad, 2009: 141).
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)
Prinsip dalam pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut:
a. Tidak boleh menggangu PBM dan tugas menagajar.
b. Tidak boleh terlalu menyita waktu.
c. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya.
d. Masalah yang dikaji benar-benar ada dan dihadapi guru.
e. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan).
f. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
belajar mengajar.
g. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis.
h. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai
akademik dan ilmiah.
i. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang
sederhana, konkret, jelas dan tajam.
j. Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak
menyita aktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan adapat
mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)
PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada
umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah rill
atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK
didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses
belajar mengajar di kelas.
b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK
yang dilakukan guru sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan
(treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses
pembelajaran dikelasnya.
c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK
dilaksanakan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM
yang dilakukan guru di kelasnya. Engan peningkatan mutu pBM, pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan secara makro.
d. Ciclc (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui
urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus
pTK terdiri dari 4 tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan
tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.
e. Action oriented. Dalm PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan
(treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.
g. Spesifics contextual. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan
yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan
karakteristik siswa dalam kelas tersebut
h. Partisipatory (collaborative).PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan
bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus
(Kunandar, 2011: 58-63)
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (skripsi dan tesis)
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action
research, yaitu satu action research yang dilakukan dikelas. Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebgai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat.
Action research digunakan untuk menemukan pemecahan masalah
yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya
di kelas, di kantor, di rumah sakit dan seterusnya. Dilihat dari runag
lingkup, tujuan metode dan prakteknya, action research dapat dianggap
sebagai penelitian micro. Action research adalah penelitian yang bersifat
partisipatif dan kolaboratif. Maksudnya, penelitiannya dilakukan sendiri
oleh peneliti, dan diamati oleh rekan-rekannya.
Action research mendorong para guru agar memikirkan apa yang
mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya, membuat para
guru kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa bergantung pada teori
yang muluk-muluk yang bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar
penelitian yang seringkali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas.
Keterlibatan peneliti action research dalam penelitiannya sendiri itulah
yang membuat dirinya menjadi pakar peneliti untuk kelasnya dan
keperluan sehari-harinya dan tidak membuat ia tergantung pada para pakar
peneliti yang tidak tahu mengenai masalah-masalah kelasnya sehari-hari
(Hamzah B.Uno dkk, 2011: 51)
Pengertian Prestasi Belajar (skripsi dan tesis)
“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih
kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan
secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan. Gagne (1985: hlm. 40) menyatakan bahwa prestasi belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom
dalam Suharsimi Arikunto (1990:hlm. 110) bahwa hasil belajar
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang
dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat
tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai
siswa dalam proses pembelajaran.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra
(1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung
pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku
individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga
dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
50
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim
(2000:hlm. 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar,
apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum
mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami
kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar
yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti
kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal
adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang
belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Winkel (1996:hlm. 226) mengemukakan bahwa prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 :hlm. 77) mengemukakan
bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari
pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif
dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur
dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi
prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9)
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya
yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada
hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan.
52
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara
terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam
kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan
harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk
perguruan tinggi.Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat
dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar
siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan
proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam
pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan
oleh guru ( Asmara. 2009 : hlm. 11 ).
Menurut Hetika ( 2008: hlm. 23 ), prestasi belajar adalah
pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau
kumpulan pengetahuan.
Harjati ( 2008: hlm. 43 ), menyatakan bahwa prestasi
merupakan hasil usaha yang dilakukan dam menghasilkan perubahan
yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan
pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu. Pengtahuan , pengalaman dan keterampilan yang diperoleh
akan membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa,
memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan
siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan
kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman.
Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak
pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang
tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan
prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.Dari beberapa
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan,
sikap, dan keahlian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar (skripsi dan tesis)
Suatu aktivitas timbul karena adanya minat atau keinginan
peserta didik terhadap pembelajaran, untuk itu suatu aktivitas akan
muncul jika ada stimulus atau rangsangan. Berikut beberapa faktor
yang mempengaruhi aktivitas belajar.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pada
diri seseorang, terdiri atas dua bagian, yaitu faktor internal dan factor
eksternal. Secara rinci kedua faktor tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu
yang belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis
(psikhis).
b. Aspek Fisik (Fisiologis)
Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik
yang sehat akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga
aktivitas belajar tidak rendah. Keadaan sakit pada pisik/tubuh
mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat, mudah pusing
dan sebagainya. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar
dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan dirinya. c. Aspek Psikhis (Psikologi)
1. Perhatian
Perhatian adalah keaktipan jiwa dalam menerima suatu
pembelajaran yang di berikan oleh guru ke siswa.
2. Pengamatan
Pengamatan adalah pengamatan dalam pembelajaran sangat
untuk mengetahui masuk tidaknya materi yang di berikan dari guru
ke siswa.
3. Fantasi
Fantasi adalah sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru.
Dengan pantasi ini, maka dalam belajar akan menambah wawasan
siswa.
4. Ingatan
Ingatan (memori) ialah kekuatan jiwa untuk menerima,
menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur
47
dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima kesan-kesan,
menyimpan, dan mereproduksikan.
5. Bakat
Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk
melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.
Sejak lahir manusia mempunyai bakat yang berbeda-beda.
6. Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat
merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.
7. Motif
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas: 1), keadaan keluarga, 2) guru dan
cara mengajar 3), alat-alat pelajaran, 4) motivasi sosial, dan 5)
lingkungan serta kesempatan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
dibawah ini:
a. Keadaan keluarga
Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal (sekolah)
sebelumnya telah mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga.
Di keluargalah setiap orang pertama kali mendapatkan pendidikan.
Pengaruh pendidikan di lingkungan keluarga, suasana di lingkungan
keluarga,.
b. Guru dan cara mengajar
Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang
pergaulan dengan temannya dan lain-lain turut mempengaruhi tinggi
rendahnya kadar aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
c. Alat-alat pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan
yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang
baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alatalat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
d. Lingkungan dan kesempatan
Lingkungan, dimana siswa tinggal akan mempengaruhi
perkembangan belajar siswa, misalnya jarak antara rumah dan
sekolah yang terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan yang
cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan siswa itu sendiri.
Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan
setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negative serta
factor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan
dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada
orang-orang dewasa.(
Menurut Jessica (2009, hlm. 1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas belajar, yaitu:
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih
ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun
faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor
psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan
faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan,
dan pembentukan sikap.
Jenis-jenis Aktivitas Belajar (skripsi dan tesis)
Aktivitas Belajar memerlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.
Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Ada banyak sekali jenis-jenis
dalam melakukan aktivitas dalam belajar, berikut peneliti paparkan.
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh
Paul B. Diedric (Sardiman, 2011, hlm. 101)
Humairoh, Iftitah Dian. (2015).
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi
saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
menyalin.
e. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak.
g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,
berani, tenang.
45
Banyak jenis-jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa
selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut Paul B.
Dierich (dalam Sardiman, 2004: hlm. 101) menggolongkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan
bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan
radio.
4. Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan
berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental
Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktorfaktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional
Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti
berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa.
Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih
banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran tidak
mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas siswa.
Langganan:
Postingan (Atom)