Sabtu, 29 Februari 2020

Populasi (skripsi dan tesis)

Menurut Sudjana (2005: 6) disebutkan bahwa: “populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif atau kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.” Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar banyaknya objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiiki oleh objek tersebut

Statistika Nonparametrik (Skripsi dan tesis)

 Menurut Siegel (1997: 38) disebutkan bahwa: “uji statistika nonparametrik adalah statistika yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya.” Beberapa asumsi yang berhubungan erat dengan uji statistika nonparametrik adalah bahwa pengamatan tersebut bebas dan variabel yang diamati kontinu, tetapi asumsi yang dibuat adalah lebih lemah dan kurang teliti bila dibandingkan dengan uji parametrik. Oleh karena itu, uji nonparametrik tidak membutuhkan suatu pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi seperti uji parametrik. Biasanya uji nonparametrik dipakai untuk menganalisis data dalam skala ordinal dan nominal. Menurut Siegel (1997: 40), keunggulan uji statistika nonparametrik antara lain: Jika sampelnya terlalu kecil, maka tidak ada alternatif lain menggunakan uji statistika nonparametrik, kecuali jika sifat distribusi populasinya diketahui dengan pasti. Uji nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang pada dasarnya adalah data dalam bentuk ranking. 
Jadi peneliti hanya dapat mengatakan terhadap subyek penelitian bahwa yang satu memiliki lebih atau kurang karakteristik dibandingkan lainnya,  tanpa dapat mengatakan seberapa besar lebih atau kurang itu. Uji nonparametrik lebih mudah dipelajari dan diterapkan dibandingkan dengan uji parametrik. Menurut Siegel (1997: 41), kelemahan uji statistika nonparametrik antara lain: Jika data telah memenuhi semua anggapan atau asumsi model statistik parametrik, dan jika pengukurannya mempunyai kuasa (power) seperti yang diinginkan, maka penggunaan metode nonparametrik akan merupakan penghamburan data. Tingkat penghamburan atau penyianyiaan itu dinyatakan oleh kekuatan efisiensi kuasa uji nonparametrik. Perlu dinyatakan bahwa jika suatu uji nonparametrik memiliki efisiensi kuasa uji yang besar, maka metode parametrik yang sesuai akan efektif dibandingkan dengan menggunakan metode nonparametrik. 

Statistika Parametrik (skripsi dan tesis)

 Statistika parametrik adalah alat bantu analisis data dengan berdasar pada syarat-syarat, bahwa sampelnya harus berdistribusi normal yang diambil secara random, dan datanya berskala interval dan atau rasio. Syarat-syarat itu biasanya tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi, seberapa jauh makna hasil suatu uji parametrik bergantung pada validitas anggapan-anggapan tadi. Uji parametrik juga menuntut bahwa skor-skor yang dianalisis merupakan hasil suatu pengukuran yang sedikitnya berkekuatan sebagai skala interval. Penggunaan analisis statistika parametrik, tergantung dari asumsi-asumsi dasar berkaitan dengan distribusi dan jenis skala data yang diperoleh dari populasi maupun sampel penelitiannya. 
Ada beberapa persyaratan asumsi dasar untuk menggunakan statistika parametrik, yaitu: 
1. Data yang diperoleh dari observasi harus bersifat independent, di mana pemilihan salah satu kasus tidak tergantung pada pemilihan kasus lainnya. 
2. Sampel yang diperoleh dari populasi berdistribusi normal, dan diambil secara random.
 3. Sampel-sampelnya memiliki varians yang sama atau mendekati sama, terutama jika sampelnya kecil
. 4. Variabel-variabel yang digambarkan berupa skala interval atau rasio (Soepono, 2002: 4). 
 Data yang berskala nominal atau ordinal tidak memenuhi syarat untuk diolah dengan statistika parametrik. Namun dalam kenyataannya banyak hal dalam hal penelitian, seorang peneliti dihadapkan pada suatu di mana persyaratanpersyaratan di atas tidak dapat terpenuhi, untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan penggunaan analisis statistik ini, maka statistik non parametric lah dapat dipakai sebagai alat bantu untuk menganalisis datanya. Ini merupakan uji statistik yang tidak memerlukan asumsi tentang distribusi dari populas

Statistika Inferensial (Skripsi dan tesis)

Menurut Sugiyono (2005: 13) disebutkan bahwa: “Statistika Inferensial adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel diambil.” Statistika inferensial memperkenalkan langkah-langkah dalam tiap usaha untuk mengambil kesimpulan dari fakta yang disajikan sampel. Statistika inferensial dibagi menjadi dua macam, yakni statistika parametrik dan statistika nonparametrik. Statistika inferensial mencakup beberapa langkah yang terprosedur secara sistematik, mulai dari perumusan masalah, kajian pustaka dan kajian temuan penelitian yang relevan dengan masalah penelitian, untuk memformulasikan hipotesis sampai dengan taraf inferensial yang dicerminkan dari hasil analisis statistik untuk pengujian hipotesis dan penggeneralisasian temuannya. Menurut Soepono (2002: 3) dijelaskan bahwa: “fungsi statistik dalam penelitian inferensial adalah sebagai alat bantu yang tidak hanya untuk mendeskripsikan, tetapi lebih ditekankan pada fungsi analisis untuk menginferensialkan (menemukan ciri-ciri statistik tertentu) untuk suatu populasi dari suatu sampel secara random dalam rangka pengujian hipotesis penelitian

Statistika Deskriptif (skripsi dan tesis)

Menurut Sugiyono (2005: 12) disebutkan bahwa: “Statistika Deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Suatu penelitian yang tidak menggunakan sampel, analisisnya akan menggunakan statistika deskriptif.”   Statistika deskriptif pada hakekatnya merupakan tingkatan awal dan pengembangan suatu ilmu atau disiplin yang di dalamnya mencakup gambaran atau koleksi data dari suatu objek atau fenomena yang diamati. Dalam hal ini penelitian hanya bermaksud untuk membangun konfigurasi atau deskripsi apa adanya dari suatu fenomena yang berbeda dalam konteks penelitiannya. Penelitian ini biasanya masih bersifat eksploratif, hasil penelitian ini masih berupa hipotesis yang masih memerlukan pengujian kebenarannya dalam studi lanjutan

Statistika (skripsi dan tesis)

Dari hasil penelitian (riset) maupun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan, sering diminta atau diinginkan suatu uraian, penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Sebelum kesimpulan dibuat, keterangan atau data yang telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari, dianalisis atau diolah dan berdasarkan pengolahan inilah baru kesimpulan dibuat. Tentulah dimengerti bahwa pengumpulan data atau keterangan, pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. 
Menurut Sudjana (2002: 3) disebutkan bahwa: “Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisannya yang dilakukan.” Ada dua jalan untuk mempelajari statistika, yang pertama melalui kajian statistika matematis atau statistika teoritis, dalam mempelajari statistika diperlukan dasar matematika yang kuat dan mendalam. Yang dibahas antara lain penurunan sifat-sifat, dalil-dalil, rumus-rumus, menciptakan model-model dan segi-segi lainnya yang teoritis dan matematis. Kedua adalah kajian statistika semata-mata dari segi penggunaannya. Aturan-aturan, rumus-rumus, dan sifatsifat dan sebagainya yang telah diciptakan oleh statistika teoritis, diambil dan digunakan bagian yang dipandang perlu dalam berbagai bidang pengetahuan

Statistik (skripsi dan tesis)

Kedudukan statistik dalam konteks penelitian, pada dasarnya adalah sebagai alat bantu untuk memberi gambaran atas suatu peristiwa melalui bentuk yang sederhana, dapat berupa angka-angka atau berupa grafik-grafik. Akurasi penggunaan statistik sebagai alat analisis data sangat tergantung pada pemakainya. Anggapan yang mengatakan bahwa, statistik sebagai alat analisis yang paling tepat maupun anggapan bahwa tanpa statistik, maka penelitian yang dilakukan kurang dapat dipertanggungjawabkan, harus dikesampingkan jauh-jauh. Di samping itu ada pula anggapan bahwa statistik merupakan sesuatu yang sulit dipelajari, terutama bagi orang-orang sosial, juga tidak benar. Sebab pada dasarnya statistik adalah suatu ilmu yang mudah dipelajari asal cara mempelajarinya tepat, dan statistik dapat mendeskripsikan sesuatu yang samar menjadi jelas. Banyak persoalan, dari hasil penelitian (riset) ataupun penelitian pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan, dinyatakan dan dicatat dalam bentuk bilangan atau angka-angka. Kumpulan angka-angka itu sering disusun, diatur dan disajikan dalam bentuk daftar atau tabel. 
Jadi kata statistik telah dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non  bilangan yang disusun dalam tabel atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Statistik yang menjelaskan sesuatu hal biasanya diberi nama statistik mengenai hal yang bersangkutan. Kata statistik juga masih mengandung pengertian lain, yakni dipakai untuk menyatakan ukuran sebagai wakil dari kumpulan data mengenai suatu hal. Menurut Sudjana (2005: 2) disebutkan bahwa: “Statistik merupakan kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disususn dalam tabel dan atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan.” Di dalam statistik angka merupakan simbol atau pernyataan verbal atas objek yang akan dikemukakan. Kegunaan statistik tidak hanya untuk mendeskripsikan data yang diperoleh pada waktu lampau, misalnya data mengenai jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat, tingkat produksi lahan dan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah, akan tetapi dengan statistik sebagai simbol data, dapat digunakan sebagai pijakan untuk memprediksi kejadian atau peristiwa di masa yang akan datang serta dapat memberi simpulan yang tegas dan akurat

Kruskal – Wallis (skripsi dan tesis)


Uji Kruskal – Wallis sering pula disebut Uji H Kruskal – Wallis, adalah rampatan uji jumlah rang (dwisampel Wilcoxon) untuk sejumlah sampel k>=2. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa k sampel bebas berasal dari populasi yang sama. Diperkenalkan oleh W.H. Kruskal dan W.A. Wallis pada tahun 1945, uji ini merupakan padanan cara nonparametrik untuk menguji kesamaan rataan dalam analisis variansi ekafaktor bila si pencoba ingin menghindari bahwa sampel berasal dari populasi normal.
Uji ini mirip dengan uji Anova pada data parametrik hanya saja tidak dipenuhi anggapan k kenormalan dari data. Analisis yang digunakan berdasarkan Rij yaitu ranking data, bukan data itu sendiri.

Langkah – langkah uji Kruskal - Wallis :
1.      H0 : Semua K populasi adalah identik
2.      H1 : Tidak semua K populasi identik
3.      Tentukan taraf nyatanya.
4.     Tentukan daerah kritisnya dengan menggunakan tabel chi-kuadrat.     Dengan derajat kebebasan v = k-1
5.      Melakukan perhitungan uji kruskal – wallis dengan rumus dibawah ini
dengan ni  merupakan jumlah data pengamatan disetiap sampel dan rmerupakan jumlah rang dalam satu sampel data pengamatan

Uji Rang-Tanda (skripsi dan tesis)


Uji Rang-Tanda dicetuskan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1945 dan saat ini disebut sebagai uji rang-tanda Wilcoxon. Uji ini memanfaatkan baik tanda maupun besarnya selisih. Uji rang-tanda Wilcoxon digunakan untuk kasus dua sampel yang dependen bila skala ukur memungkinkan kita menentukan besar selisih yang terjadi, jadi bukan sekedar hasil pengamatan yang berbeda saja. Uji rang-tanda Wilcoxon cocok digunakan bila kita dapat mengetahui besarnya selisih antara pasangan-pasangan harga pengamatan X1 dan Y1 berikut arah selisih yang bersangkutan. Apabila kita dapat menentukan besarnya setiap selisih, maka kita dapat menetapkan peringkat untuk masing-masing selisih itu. Melalui penyusunan peringkat selisih – selisih inilah uji Wilcoxon memanfaatkan informasi tambahan yang tersedia.
Asumsi :
         Data untuk analisis terdiri atas n buah beda. D1 = Y1 – X1
         Sampel X dan sampel Y adalah Variabel- variable acak kontinyu dan beda X- Y1,  X-Y2…dst bersifat kontinyu pula.
         Hipotesis nol yang di uji menyatakan bahwa median perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel sama dengan nol.

Uji Tanda (skripsi dan tesis)


    Uji tanda digunakan untuk menguji hipotesis mengenai median populasi. Dalam banyak kasus prosedur nonparametrik, rataan digantikan oleh median sebagai parameter lokasi yang relevan untuk diuji.
Uji tanda juga mempunyai asumsi dimana asumsinya adalah distribusinya bersifat binomial. Binomial artinya mempunyai dua nilai. Nilai ini dilambangkan dengan tanda, yaitu positif dan negatif. Ini mengapa ia disebut uji tanda.
Uji tanda banyak digunakan karena uji ini paling mudah untuk dilakukan pengujiannya dan tidak memakan waktu yang lama. Pengerjaan pengujian ini terbilang cukup mudah. Apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai lebih besar dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (+). Sedangkan, apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai kurang dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (-). Dan, apabila nilai pengamatannya sama dengan nilai rataannya maka nilai pengamatan tersebut harus dibuang.
Pengujian uji tanda yang pertama dilakukan adalah menentukan hipotesis nolnya beserta dengan hipotesis tandingannya. Tentukan pula taraf nyatanya beserta nilai proporsi peubah binomial X-nya. Kemudian melakukan penghitungan  Z hitung (apabila jumlah sampel lebih dari 30) dengan nilai n merupakan jumlah data pengamatan setelah dibandingkan dengan nilai rataannya dan nilai x adalah jumlah data pengamatan dengan tanda (+). Dengan begitu nilai Z akan didapat dan nilai P (proporsi)nya dapat ditentukan. Keputusan Hakan ditolak apabila nilai P yang didapat lebih kecil atau sama dengan nilai taraf nyatanya.

Analisis Regresi (skripsi dan tesis)


Regresi adalah salah satu metode statistika yang berguna untuk memodelkan
fungsi hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor. Persamaan
matematik yang memungkinkan untuk meramalkan nilai-nilai suatu variabel
respon dari nilai-nilai satu atau lebih variabel prediktor disebut persamaan regresi
(Walpole, 1995).

Statistika Deskriptif (skripsi dan tesis)


Statistika deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian data sehingga memberikan informasi yang berguna.
Metode ini bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik dari
suatu keadaan dan membuat deksripsi atau gambaran yang sistematis dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari fenomena yang diselidiki. Contoh dari
penyajian data dalam statistika deskriptif adalah tabel, diagram, dan grafik
(Walpole, 1995).

Uji Mann-Whitney (Skripsi dan tesis)

Metode Mann-Whitney test digunakan untuk menguji dua perbedaan median dari dua sampel yang diambil secara independent, sampel-sampel random tersebut bisa diperoleh dari populasi-populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal (Andi, Supangat, 2007). Penggunaan distribusi normal dan distribusi “t” ditunjukkan untuk menguji perbedaan antara 2 sampel mean yang membutuhkan asumsi-asumsi sebagai berikut:
 1. Dua macam sampel yang dipilih adalah bersifat independent random sampel. 
2. Populasi asalnya harus berdistribusi normal serta memiliki varians yang sama.  Pada test tanda (Sign test) sebelumnya analisa tidak didasarkan pada pemenuhan kedua asumsi tersebut diatas, namun pada situasi tertentu dimana asumsi pertama dapat dipenuhi (kedua sampel bersifat independen) dan hanya asumsi mengenai normalitas masih diragukan, maka kita lebih baik menggunakan pengujian dengan metode Mann-Whitney yang lebih dikenal dengan U test. Hipotesis nol yang akan diuji adalah bahwa dua sampel independen diambil dari populasi-populasi yang mempunyai mean yang sama, sedangkan hipotesis alternatifnya menyatakan bahwa dua sampel independen diambil dari populasi-populasi yang mempunyai mean yang berbeda. 
Bila pengujian dilakukan dengan satu sisi maka hipotesis alternatifnya menyatakan bahwa mean yang berasal dari suatu populasi tertentu adalah lebih besar atau lebih kecil dari mean populasinya. (Djarwanto, 1998) Asumsi yang digunakan pada uji Mann-Whitney : (Siegel, 1997) 
1. Dua sampel berukuran n dan m harus independen. 
2. Sampel dipilih secara acak. 
3. Variabel diukur paling sedikit dalam skala ordinal.
 Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Djarwanto, 2003) 
1. Gabungkan kedua sampel independen dan beri rangking pada tiap-tiap anggotanya mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terbesar. Untuk memudahkan dapat disusun bentuk array lebih dahulu. Apabila ada dua atau lebih nilai pengamatan yang sama, digunakan jenjang rata-rata. 
2. Hitunglah jumlah rangking masing-masing bagi sampel pertama dan kedua dan notasikan dengan dan . 
3. Untuk uji statistik U, kemudian dihitung: dari sampel pertama dengan pengamatan (2) atau sampel kedua dengan pengamatan 
 4. Dari dua nilai U tersebut yang digunakan adalah nilai U yang lebih kecil. Nilai yang lebih besar ditandai dengan . Sebelum pengujian dilakukan perlu diperiksa apakah telah didapatkan U atau dengan cara membandingkannya dengan nilai . Bila nilainya lebih besar daripada nilai tersebut adalah dan nilai U dapat dihitung
 5. Bandingkan nilai U statistik dengan nilai U dalam tabel

Menentukan Besar Sampel (skripsi dan tesis)

Menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Bussines (1992:253) memberikan saransaran tentang ukuran sampel sebagai berikut : 
1. Ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. 
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (pria-wanita, pegawai negeri-swasta) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
 3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50. 
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka jumlah anggota sampel masing-masing 10 s/d 20.  
Detail mengenai ukuran sampel yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis metode yang digunakan, meskipun ketepatannya perlu digunakan metode statistika dalam menentukan jumlah sampel yang diambil. Pada umumnya untuk tahap awal ataupun untuk peneliti pemula, sampel yang diambil sekitar 10% dari total individu populasi yang diteliti (Sugiarto, 2001) sampel untuk metode yang digunakan. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besar sampel yang populasinya diketahui adalah dengan menggunakan metode Slovin.

Pemilihan Sampel dari Polulasi Secara Tidak Acak (Nonrandom atau Nonprobability Sampling) (skripsi dan tesis)

 Non probability sampling (penarikan sampel secara tak acak) dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak, terutama dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan yang mungkin timbul dalam pembuatan kerangka sampel. Hasil dari non probability ini sering kali mengandung bias dan ketidaktentuan yang bisa berakibat buruk. Permasalahan yang muncul ini tidak dapat dihilangkan dengan hanya menambah ukuran sampelnya. Alasan inilah yang mengakibatkan keengganan para statistikawan untuk menggunakan metode ini. Teknik–teknik nonrandom terdiri atas 3 macam yaitu:
 1. Quota Sampling 
Untuk teknik sampling ini biasanya digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan kependudukan seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan. Quota sampling ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah tahapan di mana peneliti merumuskan kategori kontrol atau kuota dari populasi yang ditelitinya. Tahapan kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil dapat secara Convenience ( berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya atau sampel diambil / terpilih karena sampel tersebut ada pada waktu dan tempat yang tepat ) atau judgment ( sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti). Perbedaan antara judgment dengan quota sampling terletak pada adanya suatu batasan pada quota sampling bahwa sampel yang diambil harus sejumlah tertentu yang dijatah dari setiap subgroup yang telah ditentukan dari suatu populasi. 
2. Sampling Kebetulan 
Sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai. Keuntungannya murah, cepat, dan mudah sedangkan kelemahannya adalah kurang reprensetatif. 
3. Sampling Bertujuan 
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah murah, cepat dan mudah serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Kerugiannya adalah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum

Jenis Dalam Teknik sampling random (Skripsi dan tesis)

Teknik sampling random terdiri atas empat macam dengan uraian seperti berikut ini (Husaini, Usman,1995): 
1. Sampling Random Sederhana Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan undian, ordinal, tabel bilangan random, atau komputer. Keuntungannya ialah anggota sampel mudah dan cepat didapat. Kelemahannya ialah kadang-kadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari populasinya.
 2. Sampling Bertingkat Sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya menurut usia, pendidikan, golongan dan sebagainya. Keuntungan menggunakan cara ini adalah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya.
 3. Sampling Kluster Sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik sampling ini digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah dapat mengambil populasi besar yang tersebar di berbagai daerah, pelaksanaannya lebih murah dan mudah dibandingkan dengan yang lainnya. Kelemahannya adalah jumlah setiap individu pada setiap pilihan tidak sama, ada kemungkinan penduduk suatu daerah berpindah ke daerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduuduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.
 4. Sampling Sistematis Teknik ini sebenarnya adalah teknik random sampling sederhana yang dilakukan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 5 atau 10 dari daftar pegawai di suatu kantor. Keuntungannya adalah  sangat mudah dan cepat. Kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya. 5. Sampling Proporsional Sampling proporsional yaitu sampel yang dihitung berdasarkan perbandingan.

Pemilihan Sampel dari Populasi Secara Acak (Random atau Probability Sampling) (skripsi dan tesis)

 
Dalam probability sampling, pemilihan sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel. Dengan demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk menduga karakteristik populasi secara obyektif. Di samping itu, teori-teori probabilitas (peluang) yang dipakai dalam probability sampling memungkinkan peneliti untuk mengetahui bias yang muncul dan sejauh mana bias yang muncul tersebut menyimpang dari perkiraan. Selain itu untuk dapat menggunakan probability sampling, kita membutuhkan kerangka sampel yaitu suatu daftar dari unit-unit Universitas Sumatera Utara sampling dalam rangka untuk mendapatkan responden dengan peluang yang telah diketahui sebelumnya.

Teknik Pengumpulan Data (skripsi dan tesis)

 Teknik-teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya (Husaini, Usman, 2006):
 1. Wawancara 
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitianPada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian
 2. Pengamatan 
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian  
3. Angket 
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yaitu suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaanpertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya
. 4. Dokumentasi
 Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna

Data Menurut Sumbernya (skripsi dan tesis)

Berdasarkan sumbernya, data dapat digolongkan menjadi: a. Data Internal dan data eksternal. Data internal adalah data yang bersumber dari suatu organisasi. Data eksternal adalah data yang bersumber dari luar organisasi. b. Data Primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui suatu survey lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data tertentu. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh suatu lembaga pengumpul data dan dipublikassikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder akan mempermudah dan mempercepat jalannya penelitian.

Data Menurut Dimensi Waktu (skripsi dan tesis)

Menurut dimensi waktu, data dapat digolongkan menjadi: a. Data runtut waktu (time-series), yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu. Data runtut waktu digunakan untuk melihat perubahan dalam rentang waktu tertentu. Data runtut waktu dibedakan menjadi: data harian, data mingguan, data bulanan, data tahunan. b. Data silang tempat (cross-section), yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu. Data silang tempat digunakan untuk mengamati perilaku dalam periode yang sama. Contoh: data sensus yang diterbitkan setiap 10 tahun sekali, data jumlah penduduk miskin pada setiap desa pada tahun tertentu.  c. Data pooling, yaitu kombinasi antara data runtut waktu dengan data silang tempat.

Data Menurut Jenisnya (skripsi dan tesis)

Menurut jenisnya, data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif 
a. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif dapat dibedakan menjadi: 1. Data interval, yaitu data yang diukur dengan jarak diantara 2 titik pada skala yang sudah diketahui. Sebagai contoh: IPK mahasiswa (interval 0 hingga 4). 2. Data rasio, yaitu data yang diukur dengan suatu proporsi. Sebagai contoh: persentase jumlah pengangguran di propinsi Sumatera Utara, tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2000. 
 b. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dengan skala numerik. Namun karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantifikasi agar dapat diproses. Kuantifikasi dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan data dalam bentuk kategori. Data kualitatif dapat dibedakan menjadi 1. Data nominal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori. Sebagai contoh, industri di Indonesia oleh BPS digolongkan menjadi a. Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerjanya 1-4 orang, diberi kategori 1. b. Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang, diberi kategori 2. Angka yang menyatakan kategori ini menunjukkan bahwa posisi data sama derajatnya. Angka ini sekedar menunjukkan kode kategori yang berbeda. 2. Data ordinal yaitu, data yang dinyatakan dalam bentuk kategori, namun posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat. Sebagi contoh, tingkat kosmopolitan petani suatu daerah dikategorikan: a. Sangat rendah diberi kode 1 b. Rendah diberi kode 2 c. Sedang diberi kode 3 d. Tinggi diberi kode 4 e. Sangat tinggi diberi kode 5

Data (skripsi dan tesis)

Data adalah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan benar melalui berbagai analisis dapat memberikan berbagai informasi sehingga dengan informasi tersebut kita dapat mengambil suatu keputusan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi (Husaini, Usman, 2006). 

Kekurangan statistik nonparametrik (skripsi dan tesis)

Kekurangan statistik nonparametrik dibandingkan dengan statistik parametrik ialah : 1. Bila digunakan pada data yang dapat diuji menggunakan statistika parametrik maka hasil pengujian menggunakan statistika nonparametrik menyebabkan pemborosan informasi.  2. Pekerjaan hitung menghitung (aritmetik) karena memerlukan ketelitian terkadang menjemukan. 3. Jika jumlah sampel besar, tingkat efisiensi nonparametrik relatif lebih rendah dibandingkan dengan metode parametrik. 4. Statistik nonparametrik tidak dapat digunakan untuk membuat prediksi (peramalan). 

Kelebihan statistik nonparametrik (skripsi dan tesis)

Kelebihan statistik nonparametrik adalah sebagai berikut (Tavi, Supriana,2010): 1. Asumsi –asumsi dalam statistik nonparametrik relatif lebih longgar. Jika pengujian data menunjukkan bahwa salah satu atau beberapa asumsi yang mendasari uji statistik parametrik (misalnya mengenai sifat distribusi data), tidak terpenuhi, maka statistik nonparametrik lebih sesuai diterapkan dibandingkan statistik parametrik. 2. Perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, sehingga hasil penelitian dapat dengan cepat diselesaikan. 3. Untuk memahami konsep-konsep dan metode-metodenya tidak memerlukan dasar matematika yang mendalam. 4. Uji-uji pada statistik nonparametrik dapat diterapkan jika kita menghadapi keterbatasan data yang tersedia, misalnya jika data telah diukurmenggunakan skala pengukuran yang lemah. 5. Efisiensi statistik nonparametrik lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode parametrik untuk jumlah sampel yang sedikit. 6. Asumsi yang digunakan minimum sehingga mengurangi kesalahan penggunaan. 7. Dapat diterapkan pada skala peubah kualitatif (nominal dan ordinal).

Statistik Nonparametrik (skripsi dan tesis)

Metode nonparametrik pertama kali digunakan ketika J.Arbuthnot (1710) mengetahui bahwa pada tahun 1629 sampai tahun 1710 jumlah laki-laki yang diberi nama baptis di London melebihi jumlah wanita. Ia memandang hal ini sebagai kenyataan yang kuat bahwa probabilita dari setiap kelahiran bayi laki-laki atau wanita tidak tepat sama, suatu ketidakcocokan yang dianggap oleh Arbuthnot berasal dari sesuatu yang aneh (Sprent, 1991). Statistik nonparametrik disebut juga statistik bebas sebaran. Statistik nonparametrik tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik nonparametrik dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak. Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis pada data nominal atau ordinal. Universitas Sumatera Utara Metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal. Nama lain yang sering digunakan untuk statistik nonparametrik adalah statistik bebas distribusi. Contoh regresi nonparametrik adalah uji tanda (sign test), uji jenjang bertanda wilcoxon, metode theil, metode deret fourer, uji square, uji mann-whitney dan lain- lain. Perbandingan statistik nonparametrik dan statistik parametrik. Kekurangan dan kelebihan setiap pemilihan prosedur pengujian data, apakah itu menggunakan nonparametrik atau parametrik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

Statistik Parametrik (skripsi dan tesis)

 Suatu tes statistik parametrik adalah suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syaratsyarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitinya. Syarat-syarat itu biasanya tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi. Seberapa jauh makna hasil suatu tes parametrik bergantung pada validitas anggapan-anggapan tadi. Tes-tes parametrik juga menuntut bahwa skor-skor yang dianalisis merupakan hasil suatu pengukuran yang sedikitnya berkekuatan sebagai skala interval (Siegel, Sidney,1986:38). Pada statistik parametrik, pengujian hipotesis (uji parametrik) atau aturan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tertentu. Misalnya, distribusi probabilitas untuk pengambilan sampel dan bentuk varians. Asumsi untuk distribusi misalnya distribusi normal, binomial, distribusi F, dan distribusi student t. Asumsi untuk varians, misalnya memiliki varians yang homogen, seperti pada korelasi dan regresi. Asumsi-asumsi tersebut tidak diuji lagi sudah dianggap sudah terpenuhi (Iqbal, Hasan, 2002). 

Jumat, 28 Februari 2020

Uji Chi-Square (skripsi dan tesis)

Chi-square atau kai kuadrat (X2 ) merupakan salah satu jenis uji komparatif nonparametrik yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel adalah nominal atau ordinal. Dasar dari uji chi-square adalah membandingkan perbedaan antara frekuensi observasi dengan frekuensi ekspektasi atau frekuensi yang diharapkan. Frekuensi observasi adalah frekuensi yang nilainya didapat dari hasil percobaan. Sedangkan frekuensi harapan adalah frekuensi yang nilainya dapat dihitung secara teoritis. Perbedaan tersebut untuk meyakinkan apabila harga dari chi-square sama atau lebih besar dari suatu harga yang telah ditetapkan pada taraf signifikan tertentu. Uji chi-square sangat bermanfaat dalam melakukan analisis statistik apabila asumsi-asumsi yang 29 dipersyaratkan untuk penggunaan statistik parametrik tidak dapat terpenuhi. Syarat-syarat dalam menggunakan uji ini adalah frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, karena ada beberapa syarat dimana chi-square dapat digunakan yaitu: a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan (actual count) sebesar nol. b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2x2, maka tidak boleh ada satu cell saja yang memiliki frekuensi harapan (expected count) kurang dari lima. c. Sedangkan apabila bentuk tabel lebih dari 2x2, maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari lima tidak boleh lebih dari 20%. Adapun kegunaan dari uji chi-square sebagai berikut: a. Untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara dua variabel. b. Untuk mengetahui homogenitas antar-sub kelompok. c. Untuk uji kenormalan data dengan melihat distribusi data. d. Untuk menganalisis data yang berbentuk frekuensi. e. Untuk menentukan besar kecilnya korelasi dari variabel-variabel yang dianalisis. Bentuk distribusi chi-square tergantung dari derajat kebebasan atau yang biasa dilambangkan d.f. (degree of freedom). Chi-square memiliki masing-masing nilai derajat kebebasan yaitu distribusi (kuadrat standard normal) yang merupakan distribusi chi-square dengan d.f. = 1 dan nilai variabel tidak bernilai negatif. Karakteristik dari chi-square yaitu nilainya selalu positif karena nilai chi-square adalah nilai kuadra

Crosstabs (skripsi dan tesis)

Crosstabs atau tabulasi silang merupakan suatu metode analisis deskriptif yang berbentuk tabel, dimana menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang digunakan untuk mengidentifikasi serta mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lainnya ke dalam suatu matriks. Hasil crosstabs disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris serta berisi nilai frekuensi dan persentase. Tabel yang dianalisis pada crosstabs ini adalah hubungan antara variabel dalam baris dengan variabel dalam kolom. Penyajian data pada umumnya adalah data kualitatif. Ciri dari penggunaan crosstabs yaitu data input yang pada umumnya berskala nominal atau ordinal. Pembuatan crosstabs dapat disertai dengan pengolahan atau perhitungan tingkat keeratan hubungan (asosiasi) antar variabel pada crosstabs. Alat statistik yang sering digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari sebuah crosstabs adalah uji chi-square. Selain uji chi-square, ada beberapa alat uji lainnya yang dapat digunakan seperti kendall, kappa, dan lain sebagainya

Uji Tanda (Sign Test) (skripsi dan tesis)

Uji tanda atau sign test merupakan uji non-parametrik yang digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan dari dua buah populasi yang saling berkorelasi, dimana datanya memiliki skala pengukuran ordinal. Metode analisis ini menggunakan data yang dinyatakan dalam bentuk tanda (+) positif dan (-) negatif dari perbedaan antara pengamatan yang berpasangan. Sedangkan nilai 0 tidak diikut sertakan dalam analisis karena nilai 0 berarti tidak terdapat perubahan sebelum dan sesudah perlakuan. Pada prinsipnya, uji tanda memiliki tujuan untuk menghitung selisih nilai dari kedua pasang sampel. Apabila Ho diterima, maka jumlah selisih pasangan data yang positif kurang lebih akan sama dengan pasangan data yang negatif, sehingga sangat diharapkan jumlah selisih pasangan data yang positif dan negatif adalah setengah dari total sampel yang ada. Sedangkan Ho ditolak, jika jumlah selisih pasangan data yang negatif dengan data yang positif memiliki perbedaan nilai yang sangat tinggi. Supranto 26 (2002)

Kelebihan dan Kekurangan Statistik Non-Parametrik (skripsi dan tesis)a

Adapun kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode statistik nonparametrik adalah sebagai berikut: a. Kelebihan Statistik Non-Parametrik i. Asumsi-asumsi yang digunakan sangatlah sedikit. ii. Tidak membutuhkan asumsi normalitas atau distribusi data tidak harus normal. Namun, statistik non-parametrik tidak terikat pada distribusi normal populasi, tetapi juga dapat digunakan pada populasi berdistribusi normal. iii. Secara umum konsep dan metode statistik non-parametrik lebih mudah dikerjakan dan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan statistik  parametrik karena statistik non-parametrik tidak membutuhkan perhitungan matematik yang rumit melainkan lebih sederhana. iv. Dapat diterapkan pada skala data numerik (nominal) dengan jenjang (ordinal). v. Terkadang dalam statistik non-parametrik tidak dibutuhkan urutan atau jenjang secara formal karena sering dijumpai hasil pengamatan yang dinyatakan dalam data kualitatif. vi. Pengujian hipotesis pada statistik non-parametrik dilakukan secara langsung pada pengamatan yang nyata. b. Kekurangan Statistik Non-Parametrik i. Tidak ada sistematika secara jelas. ii. Statistik non-parametrik terkadang mengabaikan beberapa informasi tertentu. iii. Hasil pengujian hipotesis dengan statistik non-parametrik tidak selengkap statistik parametrik. iv. Hasil statistik non-parametrik tidak dapat diekstrapolasikan ke populasi studi yang berbeda dengan statistik parametrik. Hal ini dikarenakan statistik non-parametrik mendekati eksperimen dengan sampel kecil dan umumnya membandingkan dua kelompok tertentu

Ciri-Ciri Statistik Non-Parametrik (skripsi dan tesis)

 Dalam menganalisis data tentunya harus mengetahui ciri-ciri dari statistik yang akan digunakan agar dapat lebih mudah dalam menentukan uji yang cocok untuk digunakan pada kasus tersebut. Berikut ciri-ciri dari statistik non-parametrik: a. Data tidak berdistribusi normal b. Umumnya data berskala nominal dan ordinal c. Umumnya dilakukan pada penelitian sosial d. Umumnya jumlah sampel kecil 

Pengelompokan Kategori Statistik Non-Parametrik (skripsi dan tesis)

Dalam statistik non-parametrik terdapat pengelompokan yang didasarkan dari kriteria sampel yang diambil pada saat penelitian yaitu sampel tunggal, sampel independen, dan sampel dependen. Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria sampel adalah sebagai berikut: a. Sampel Tunggal Sampel tunggal digunakan untuk menduga dan menguji hipotesis dari parameter yang ada, contohnya pengukuran nilai sentral. Pada statistik nonparametrik uji yang digunakan untuk menduga nilai sentral, seperti uji tanda (sampel tunggal) dan uji Wilcoxon. Selain itu, terdapat juga prosedur nonparametrik lainnya, antara lain uji binomial yang digunakan untuk pengukuran proporsi populasi, uji Trend untuk mengetahui kencenderungan dari populasi yang ada, dan uji Cox-Stuart untuk menguji data berdasarkan waktu. b. Sampel Independen Sampel independen memiliki kegunaan untuk membandingkan antara dua variabel yang terukur dari sampel yang bebas. Pengambilan sampel ini berasal dari dua populasi. Pada statistik parametrik dapat menggunakan uji t untuk membandingkan nilai mean dari dua kelompok independen, sedangkan alternatif pengujian dalam statistik non-parametrik dapat menggunakan uji,   antara lain Wald-Wolfowitz Runs test, Mann-Whitney U-test, dan KolmogorovSmirnov Two-Sample test. Namun, apabila ingin membandingkan lebih dari dua populasi maka digunakanlah analisis satu arah bertingkat dengan Median test dan Kruskal-Wallis test. c. Sampel Dependen Sampel dependen pada dasarnya digunakan untuk membandingkan dua variabel yang terukur dari sampel yang berhubungan. Dalam statistik nonparametrik, misalnya untuk mengetahui perbedaan produktivitas kerja, dengan melakukan pengukuran pada sampel pekerja sebelum mendapatkan pelatihan dengan sampel pekerja sesudah mendapatkan pelatihan. Hal seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian Sign Test dan Wilcoxon’s Matched Pairs Test. Namun jika variabel memiliki sifat yang dikotomi, maka dapat digunakan pengujian McNemar’s Chi-square Test. Selain itu, apabila ternyata terdapat lebih dari dua variabel yang diteliti maka pengujian yang tepat digunakan yaitu Friedman’s two-way analysis of variance dan Cochran Q test.

Dasar Statistika (skripsi dan tesis)

 Pada dasarnya statistika terbagi menjadi dua yakni stastika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika inferensial terbagi menjadi dua yaitu statistik parametrik dan statistik non-parametrik. Statistik non-parametrik merupakan analisis yang tidak menggunakan parameter seperti yang terdapat pada statistik non-parametrik, misalnya: mean, standar deviasi, dan variansi. Statistik nonparametrik juga sering disebut dengan metode distribusi bebas. Statistik nonparametrik menjadi alternatif dari statistik parametrik ketika asumsi-asumsi yang mendasari dalam statistik parametrik tidak dapat terpenuhi, sebab metode ini tidak memerlukan asumsi atau mengabaikan asumsi-asumsi yang menjadi landasan metode statistika parametrik terutama yang berkaitan dengan distribusi normal. Selain itu, statistik non-parametrik digunakan pada data yang berskala nominal dan ordinal serta populasi yang bebas distribusi. Semua permasalahan statistik sebenarnya dapat diselesaikan dengan statistik non-parametrik. Namun harus dipahami bahwa tidak semua permasalahan statistik dapat diselesaikan dengan menggunakan statistik parametrik sehingga harus menggunakan statistik non-parametrik. 

Software IBM SPSS (skripsi dan tesis)

Santoso (2010) berpendapat bahwa software SPSS dapat dijadikan sebagai alternatif pengguna untuk mengolah data dan menginterpretasi output dengan mudah dalam menyelesaikan permasalahan pada metode non-parametrik. SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan program aplikasi bisnis yang berguna untuk melakukan perhitungan atau menganalisa data statistik dengan menggunakan komputer. Dalam SPSS yang perlu dilakukan untuk memulai menganalis data yaitu mendesain variabel yang akan dianalisis, memasukkan data, dan melakukan perhitungan sesuai dengan tahapan yang ada pada menu yang tersedia. SPSS memiliki berbagai macam fitur yang ditawarkan untuk mengolah data dalam berbagai kasus, seperti: a. IBM SPSS Data Collection : untuk pengumpulan data b. IBM SPSS Statistics : untuk menganalisis data c. IBM SPSS Modeler : untuk memprediksi trend d. IBM Analytical Decision Management : untuk pengambilan keputusan SPSS banyak diaplikasikan serta digunakan oleh pengguna di segala bidang bisnis, perkantoran, pendidikan, dan penelitian. Secara spesifik, pemanfaatan program ini digunakan untuk riset pemasaran, penilaian kredit, peramalan bisnis, penilaian kepuasan konsumen, pengendalian, serta pengawasan dan perbaikan mutu suatu produk. 
Keunggulan dari SPSS dibandingkan dengan program yang lainnya adalah kemudahan dalam memasukkan data, kemudahan dalam mengolah data dengan hanya memilih uji statistik yang sudah tersedia, cepat dalam menampilkan output, dan output mudah untuk dipahami, dibaca, dan dicetak. Selain itu, SPSS mampu mengakses data dari berbagai macam format data yang tersedia seperti base, lotus, access, text file, spreadsheet, bahkan mengakses database melalui ODBD (Open Data Base Connectivity) sehingga 18 data yang berbagai macam format dapat langsung terbaca SPSS yang selanjutnya untuk dianalisis. SPSS dapat menguji data yang berjenis data kualitatif maupun data kuantitatif. Informasi yang diberikan oleh SPSS sangatlah akurat, hal ini dapat dilihat dengan memperlakukan missing data secara tepat yaitu dengan memberi alasannya misalnya pernyataan atau pertanyaan yang tidak relevan dengan kondisi responden, pernyataan atau pertanyaan tidak dijawab oleh responden, maupun ada pernyataan atau pertanyaan yang memang harus dilompati. Statistik yang termasuk software dasar SPSS, yakni: a. Statistik Deskriptif (Frekuensi, Deskripsi, Tabulasi Silang, Penelusuran, dan Statistik Deskripsi Rasio) b. Statistik Bivariat (Rata-Rata, ANOVA, t-test, Korelasi (Bivariat, Persial, Jarak), dan NonParametrik Test) c. Prediksi Hasil Numerik (Regresi Linear) d. Prediksi untuk mengidentifikasi kelompok (Diskriminan, Analisis Cluster (Two-Step, K-means, Hierarkis), dan Analisis Faktor) 

Kuesioner (skripsi dan tesis)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi suatu pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2013). Kuesioner berdasarkan bentuknya terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Kuesioner Tertutup Kuesioner yang menyajikan pertanyaan dan alternatif pilihan jawaban sehingga responden hanya dapat memberikan tanggapan yang terbatas pada pilihan yang telah diberikan. Contoh dari kuesioner tertutup ini yaitu penilaian pelayanan pada sebuah cafe dan diberikan beberapan alternatif pilihan jawaban seperti sangat baik, baik, cukup, dan buruk. b. Kuesioner Terbuka Kuesioner yang memberikan kebebasan bagi responden untuk memberikan jawaban atau tanggapan atas pertanyaan yang telah diberikan, biasanya responden dapat menulis sendiri jawabannya berupa uraian. Contoh dari kuesioner terbuka yaitu “menurut anda seberapa pentingkah penggunaan smartphone?”. Penggunaan kuesioner banyak digunakan oleh peneliti karena dianggap lebih efektif dan efisien untuk mengumpulkan data dari responden yang jumlahnya besar dan dalam ruang lingkup wilayah penelitian yang luas. Pertanyaan pada kuesioner dapat digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan pengetahuan. 

Penentuan Ukuran Sampel (skripsi dan tesis)

Ukuran sampel merupakan banyaknya individu, subjek, atau elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2013) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran dan Bougie, 2010). Apabila ukuran sampel yang diambil terlalu besar atau terlalu kecil maka akan menjadi masalah dalam penelitian. Sampel yang baik yaitu sampel yang memberikan pencerminan optimal atau dapat mewakili terhadap populasinya (representative). Berikut pendapat para ahli tentang ukuran sampel: a. Gay dan Diehl (1992) mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representative dan hasilnya dapat di genelisir atau dapat diterima, namun akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya. i. Penelitian bersifat deskriptif maka sampel minimumnya sebesar 10% dari populasi. ii. Penelitan yang bersifat korelasional maka sampel minimumnya 30 subyek. iii. Penelitian kausal-perbandingan maka sampelnya sebanyak 30 subyek per grup. iv. Sedangkan penelitian ekperimental maka sampel minimumnya sebanyak 15 subyek per grup. b. Roscoe (1975) menentukan ukuran sampel yang tepat yaitu sebesar ≥30 dan ≤500 sampel dan jika sampel dipecah ke dalam sub-sampel maka ukuran sampel minimum 30 untuk setiap kategori yang ada. Sugiyono (2013) menambahkan bahwa untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan sebesar 1%, 5%, dan 10%. 

Metode Pengambilan Sampel (skripsi dan tesis)

 Sampling adalah cara pengumpulan data dengan hanya elemen sampel yang diteliti, hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate, bukan data sebenarnya. Sedangkan teknik sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2013). Alasan teknik sampling lebih sering digunakan karena lebih menghemat waktu, biaya, serta tenaga, terkadang tidak diketahui objek secara keseluruhan, dan sering terjadi kesalahan dalam pengumpulan data dikarenakan banyak objek atau elemen yang harus diteliti. Suatu keputusan yang didasarkan atas data perkiraan hasil penelitian sampel akan selalu menimbulkan resiko. Resiko ini tidak dapat dihindari namun hanya dapat diperkecil dengan jalan memperkecil kesalahan sampling yaitu dengan memilih sampling yang tepat yang dapat mewakili populasi dari sampel yang diambil. Pada dasarnya teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu probability sampling dan non-probability sampling. a. Metode dalam probability sampling i. Simple Random Sampling ii. Proportionate Stratified Sampling iii. Disproportionate Stratified Random Sampling iv. Cluster Sampling 13 b. Metode dalam non-probability sampling i. Sampling Sistematis ii. Sampling Kuota iii. Sampling Insidental iv. Sampling Jenuh v. Purposive Sampling vi. Snowball Sampling

Sumber Data (skripsi dan tesis)

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber data utama. Data primer biasa disebut juga data asli yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer dengan cara seperti wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti pusat statistik, buku, laporan, makalah, jurnal, dan lain sebagainya

Metode Penelitian (skripsi dan tesis)

Metode penelitian merupakan suatu proses dari pencarian solusi permasalahan setelah melalui pembelajaran dan analisis faktor-faktor situasional (Sekaran dan Bougie, 2010). Sedangkan Sugiyono (2013) mendefinisikan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dalam suatu permasalahan dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari pernyataan tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah artinya kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu: a. Rasional Cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian haruslah masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. b. Empiris Cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat memahami cara-cara yang digunakan. c. Sistematis Proses dalam kegiatan penelitian harus menggunakan tahap-tahapan yang bersifat logis. Menurut jenis data dan analisisnya, metode penilitian dibedakan menjadi: a. Penelitian Kualitatif Penelitian yang datanya adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga kualitatif (deskriptif). Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, dan gambar (Sukmadinata, 2009). 
Namun, data kualitatif dapat dirubah menjadi data kuantitatif dengan cara diskoring. Contoh data kualitatif yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan lain-lain. Metode ini mendasarkan kesimpulan penelitian pada asumsi-asumsi interpretasi yang tetap mengacu pada fakta dan teori pendukung. b. Penelitian Kuantitatif Penelitian yang datanya adalah data kuantitatif sehingga analisisnya juga kuantitatif (inferensi). Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan seperti: 1, 2, 3, 4, …, dst, atau skor 5 = sangat setuju, skor 4 = setuju, skor 3 = ragu-ragu, skor 2 = kurang setuju, skor 1 = tidak setuju. Contoh dari aplikasi metode ini adalah survey. Metode ini 12 berdasar pada prinsip pembuktian hipotesis. Penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar atau salah.

Metode Demonstrasi (skripsi dan tesis)

Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran agar tujuan atau kompetensi dasar dapat tercapai. Ada beberapa prinsip yang perlua diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar ini, prinsip tersebut berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya: a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curriosity). b. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni. c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah. d. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis). e. Medode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap suatu topik permasalahan. f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk mampu menyimak. g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study). h. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning). i. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya (Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009: 108). 
Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pemeblajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. Peristiwa belajar yang disertai proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar hanya dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hal ini karena belajar dengan proses pembelajran melibatkan peran serta guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan. Pada hakekatnya, pembelajaran (belajar dan mengajar) merupakan proses komunikasiantara guru dan siswa. Komunikan pada proses pembelajaran adalah siswa, sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa. Jika siswa menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru sebagai fasilitator. Akan terjadi proses interaksi dengan kadar pembelajaran tinggi (Hamdani, 20011: 72). Seorang guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya (Mulyasa, 2007: 267). Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif karena perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati, perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain. Siswa juga turut aktif bereksperimen, maka siswa memperoleh pengalaman- pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya (Team Didaktik Metodik IKIP Surabaya, 1989: 57). Peristiwa belajar di dalamnya mengandung aktivitas walaupun kadarnya berbeda-beda. Bagaimana seorang guru dapat mengaktifkan siswa belajar sangat tergantung pada kepiawaian guru itu sendiri dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran. Saat ini guru MI/SD dituntut memiliki kemampuan untuk membelajarkan siswa secara aktif baik fisik, mental/intelektual, dan emosional. Kadar aktivitas tang tinggi dalam belajar membuat siswa memperoleh hasil belajar yang lebih bermakna. Siswa sebaiknya dapat memperoleh pengalaman langsung melalui interaksi eksplorasi dan melakukan investigasi (penyelidikan) dengan lingkungan belajar baik lingkungan sosial, pisik maupun lingkungan alam. Sebagai contoh dalam pembelajarn IPA pokok materi sifat-sifat benda. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi ini guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut. Ada beberapa karakteristik metode mengajar dan bagaimana hubungannya dengan pengalaman belajar siswa (Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009: 121)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar (skirpsi dan tesis)

Adapun uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut: Dari Luar Lingkungan Alam Sosial Instrumental Guru Sarana & Fasilitas Program/Bahan Kurikulum Dari Dalam Fisiologis Psikologis Kondisi fisiologis umum Kondisi panca indera Minat Kemampuan kognitif Motivasi Bakat Kecerdasan f a k t o r 1. Faktor dari Luar Faktor dari luar terdiri dari 2 bagian penting, yaitu: a. Faktor Environmental input (lingkungan) Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal- hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-mandir di dekatnya. Lingkungan sosial lain seperti suara mesin, gemuruh pasar dan yang lain-lainnya. b. Faktor-faktor Instrumental Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan yang diharapkan. Faktorfaktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan. Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware) seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor-faktor lunak (software) misalanya kurikulum, bahan/program yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar dan lain sebagainya. 2. Faktor dari dalam Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi 2 bagian: a. Kondisi Fisiologis Anak Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai dan lain sebagainya akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. b. Kondisi Psikologis Anak Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis yang dianggap uatama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar. 1) Minat Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau sesorang tidak minat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya kalu sesorang memepelajari sesuatu dengan mnat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik (Abu Ahmadi dan joko Tri Prasetya, 1997: 107). Minat merupaka kecenderungan atau keinginan yang tinggi dan besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Reber (Muhibin Syah. 2003:151). Maka diharapkan guru dapat menggunakan metode belajar yang tepat sehingga dapat menimbulkan minat belajar yang tinggi bagi siswa dalam mngikuti proses pembelajaran. 2) Kecerdasaan Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaaan yang dihadapinya. Intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor bagi anak dalam belajar . Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Hamdani, 2011: 136). 3) Bakat Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar sesorang. 4) Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Kepribadian seorang guru, cara penyajian pelajaran yang menarik perhatian siswa, fasilitas termasuk media pendidikan, buku-buku referensi yang memadai, dan perangsang-perangsang lain mengenai belajar, akan sangat berpengaruh dalam usaha membangkitklan motivasi belajar bagi para peserta didik (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 1997: 110). Adapun motivasi dibagi menjadi dua, motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motovasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri peserta didik misalnya: cita-cita, semangat belajar dan sebgainya. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi dari luar peserta didik yang datang dari luar seperti, pujian, hadiah, suri taulada dan sebagainya yang dapat membuat peserta didik lebih bersemangat mengejar keinginannya. 5) Kemampuan-kemampuan Kognitif Tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Kemampuan-kemampuan kognitif yang terutama yaitu kemampuan sesorang dalam melakukan persepsi, mengingat dan berfikir sangat mempengaruhi belajar

Hasil Belajar (skripsi dan tesis)

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris (Nana Sudjana, 2009: 3). Hasil belajar atau prestasi merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa ketika sedang dalam proses pembelajaran atau setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil diantaranya meliputi ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik pengetahuan dalam bentuk penguasaan, keterampilan berfikir maupun kemampuan motorik (Sukmadinata, 2004:102-103). Namun dalam penilaian hasil belajar pada penelitian ini hanya mencakup satu ranah penilian yaitu ranah kognitif saja karena peneliti hanya mencari nilai hasil tes dari siswa. 
Menurut Bunyamin S. Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. (Zaenal Arifin, 2009: 39) 1) Domain kognitif (cognitive domain), yaitu kemampuan dalam memahami pengetahuan. 2) Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. 3) Domain psikomotor, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan instruksional. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di sekolah (Theory of school lerning) dari Bloom, bahwa ada 3 (tiga) variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa (Robertus Angkoro dan A. Kosasih, 2007: 50-51)

Pembelajaran IPA (skripsi dan tesis)

 Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula dari bahasa Inggris Science. Kata Science sendiri berasal dari bahasa Latin Scientia yang berarti saya tahu. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, perut bumi, dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indra maupun yang tidak dapat diamati indra (Trianto, 2010: 136). Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut: 1) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilimiah. 2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan sehari-hari. IPA sebagai mata pelajaran di SD/MI merupakan materi yang wajib diajarkan. IPA diberikan pada siswa SD/MI sebagai landasan bagi pemahaman mata pelajaran tersebut di tingkat yang lebih tinggi. Metode penyampaian yang kurang apriori terhadap mata pelajaran ini, apalagi IPA dikenal sebagai mata pelajaran eksak yang penuh dengan rumus dan hafalan teori yang menjadikan IPA sebagai salah satu pelajaran yang tidak menarik. 
Berikut adalah prinsip yang baik dan perlu dilakukan dalam pembelajaran IPA: 1. Learning to know merupakan prinsip bahwa belajar adalah untuk mengetahui atau memahami. Dengan prinsip ini pembelajaran harus dikondisikan agar murid aktif dan menciptakan suasana untuk selalu ingin mengetahui dan memahami sesuatu yang baru. Dengan demikian pembelajaran hendaknya menciptakan sikap penasaran pada murid, sehingga murid selalu ingin belajar lebih jauh. 2. Learning to do adalah prinsip belajar untuk mengerjakan sesuatu. Prinsip ini mewujudkan bahawa murid dalam belajar bukan hanya untuk sekedar mengetahui, tetapi juga mampu mempraktekkan. Dengan prinsip ini keserasian dan keseimbangan antara teori dan praktek. 3. Learning to be adalah prinsip belajar untuk mencapai sesuatu. Prinsip ini mengarahkan murid untuk selalu bekerja keras dalam mencapai sesuatu yang tidak putus asa. Dengan demikian murid memiliki pandangan dan bekerja keras, karena dalam dirinya akan muncul perjuanagn dalam mencapai sesuatu. 4. Lerning to live together adalah prinsip belajar untuk hidup bersama. Murid merupakan bagian dari sebuah sistem, komunitas dan masyarakat (Wahidin, 2006: 18). Dengan demikian proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan faktafakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Untuk itu perlu menggunakan metode pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut

Pengertian Belajar (skripsi dan tesis)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hamdani, 2011: 20). Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas. Proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses, belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyususnan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berisikan segala aktivitas manusia baik fisik maupun psikis yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berlangsung secara terus- menerus berupa pengetahuan, kemampuan, pemahaman, kebiasaan, pengalaman, ketrampilan dan hal-hal yang baru dan bersifat konsta. Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Pada dasarnya pembelajaran yang digunakan haruslah mempunyai kreativitas tersendiri seingga peserta didik yang menjadi subjek dalam belajar menjadi lebih terpacu dan termotivasi untuk selalu ingin belajar, dalam pembelajaran harus ada kreativitas yang dimunculkan baik yang terletak pada guru dan yang dimunculkan dari peserta didik. Kreativitas siswa guru dalam akan memunculkan loyalitas guru dalam mengajar dibandingkan hanya ada keinginan untuk menyampaikan materi. Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem mutu pendidikan. Subsistem yang pertama dan utama dalam peningkatkan mutu pendidikan adalah faktor guru. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni pembelajaran yang baik sekaligus bernilai sebagai pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didik. Tanpa guru yang dapat dijadikan andalannya, mustahil suatu sistem pendidikan dapat mencapai hasil sebagaimana diharapakan. Maka prasyarat utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntutan tugasnya. Mutu pendidikan pada hakekatnya adalah bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas berlangsung dengan baik dan bermutu. 
Jadi, mutu pendidikan ditentukan di dalam kelas melalui PBM (Kunandar, 2011: 48). Beberapa ciri belajar menurut Hamdani (2011: 22) adalah sebagai berikut: 1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan . Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak ukur keberhasilan belajar. 2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. 3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar. 4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Zaenal Arifin (2009: 10), mengungkapkan yakni dalam mengelola pembelajaran, pendidik lebih dituntut untuk dalam melaksanakan 4 tugas: 1) Merencanakan, keberhasilan mengajar sangat bergantung pada kemampuan pendidik dalam merencanakan yang mencakup antara lain tujuan belajar siswa, cara siswa mencapai tujuan tersebut dan sarana yang diperlukan. 2) Mengatur, tugas ini adalah mengenai apa yang mencakup rencana dan pengetahuan tentang bentuk dan macam kegiatan yang harus dilaksanakan dan bagaimana semua komponen dapat bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3) Mengarahkan, karena salah satu tugas pendidik adalah memberikan motivasi, mengarahkan dan memberikan inspirasi kepada siswa untuk belajar dengan adanya pengarahan yang baik. 4) Mengevaluasi, seorang guru bertugas mementau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dari penjelasan di atas mengenai tugas guru dalam proses belajar mengajar yakni mulai dari merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi dan mengevaluasi. Cara belajar yang dipergunakan turut menentukan hasil belajar yang di hasilkan. Cara yang tepat akan membawa hasil yang memuaskan, sedangkan cara yang tidak disesuaikan menyebabkan belajar kurang berhasil. Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginannya pada proses belajar tak dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Barang siapa yang bekerja berdasarkan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu, guru perlu memelihara motivasi siswa dengn metode dan cara pembelajaran yang tepat sehingga proses belajar mengajar menarik, aktif, bermakna dan menyenangkan bagi siswa

Empat Aspek Pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)

 Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1998), penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat momentum esensial yaitu sebagai berikut: a. Penyusunan Rencana Perencanaan adalah mengembangkan rencana tinadakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksif. Hasil pengamatan awal terhadap proses yang terjadi dalam situasi yang ingin diperbaiki dituangkan dalam bentuk catatan-catatan lapangan yang lengkap yang menggambarkan dengan jelas cuplikan atau episode proses pembelajaran dalam situasi yang akan ditingkatkan atau diperbaiki. b. Tindakan Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. c. Observasi Pengamatan atau observasi dilakukan pada semua kegiatan yangbditunjukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingan. Pelaksanaan pengamatan atau observasi yang terpenting adalah mencari data tentang pelaksanaan tindakan, karena itu peneliti harus cermat menentukan metode, teknik dan mempersiapkan alat yang tepat agar data yang diperoleh benar (valid) (Achmad Fuad, 2009: 140). d. Refleksi Refleksi adalah meningat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis (Kunandar, 2011: 75). Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat observasi secepatnya dianalisis dan diinterpretasi sehingga akan segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Interpretasi atau pemaknaan hasil observasi ini menjadi dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan (Achmad Fuad, 2009: 141).

Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)

Prinsip dalam pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut: a. Tidak boleh menggangu PBM dan tugas menagajar. b. Tidak boleh terlalu menyita waktu. c. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya. d. Masalah yang dikaji benar-benar ada dan dihadapi guru. e. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan). f. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar. g. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis. h. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah. i. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana, konkret, jelas dan tajam. j. Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak menyita aktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan adapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (skripsi dan tesis)

PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah rill atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas. b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan guru sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran dikelasnya. c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan guru di kelasnya. Engan peningkatan mutu pBM, pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan secara makro. d. Ciclc (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus pTK terdiri dari 4 tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi. e. Action oriented. Dalm PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas. f. Pengkajian terhadap dampak tindakan. g. Spesifics contextual. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut h. Partisipatory (collaborative).PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus (Kunandar, 2011: 58-63)

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (skripsi dan tesis)

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan dikelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebgai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat. Action research digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya di kelas, di kantor, di rumah sakit dan seterusnya. Dilihat dari runag lingkup, tujuan metode dan prakteknya, action research dapat dianggap sebagai penelitian micro. Action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Maksudnya, penelitiannya dilakukan sendiri oleh peneliti, dan diamati oleh rekan-rekannya. Action research mendorong para guru agar memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya, membuat para guru kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa bergantung pada teori yang muluk-muluk yang bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar penelitian yang seringkali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Keterlibatan peneliti action research dalam penelitiannya sendiri itulah yang membuat dirinya menjadi pakar peneliti untuk kelasnya dan keperluan sehari-harinya dan tidak membuat ia tergantung pada para pakar peneliti yang tidak tahu mengenai masalah-masalah kelasnya sehari-hari (Hamzah B.Uno dkk, 2011: 51)

Pengertian Prestasi Belajar (skripsi dan tesis)

“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985: hlm. 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:hlm. 110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 50 Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:hlm. 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai. 
Winkel (1996:hlm. 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 :hlm. 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. 52 Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 : hlm. 11 ).
 Menurut Hetika ( 2008: hlm. 23 ), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Harjati ( 2008: hlm. 43 ), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu. Pengtahuan , pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman. Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar (skripsi dan tesis)

 
Suatu aktivitas timbul karena adanya minat atau keinginan peserta didik terhadap pembelajaran, untuk itu suatu aktivitas akan muncul jika ada stimulus atau rangsangan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pada diri seseorang, terdiri atas dua bagian, yaitu faktor internal dan factor eksternal. Secara rinci kedua faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor internal adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis (psikhis). b. Aspek Fisik (Fisiologis) Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak rendah. Keadaan sakit pada pisik/tubuh mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat, mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan dirinya. c. Aspek Psikhis (Psikologi) 1. Perhatian Perhatian adalah keaktipan jiwa dalam menerima suatu pembelajaran yang di berikan oleh guru ke siswa. 2. Pengamatan Pengamatan adalah pengamatan dalam pembelajaran sangat untuk mengetahui masuk tidaknya materi yang di berikan dari guru ke siswa. 3. Fantasi Fantasi adalah sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan pantasi ini, maka dalam belajar akan menambah wawasan siswa. 4. Ingatan Ingatan (memori) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur 47 dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. 5. Bakat Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Sejak lahir manusia mempunyai bakat yang berbeda-beda. 6. Berfikir Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan. 7. Motif Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri atas: 1), keadaan keluarga, 2) guru dan cara mengajar 3), alat-alat pelajaran, 4) motivasi sosial, dan 5) lingkungan serta kesempatan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini: a. Keadaan keluarga Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal (sekolah) sebelumnya telah mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga. Di keluargalah setiap orang pertama kali mendapatkan pendidikan. Pengaruh pendidikan di lingkungan keluarga, suasana di lingkungan keluarga,. b. Guru dan cara mengajar Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang pergaulan dengan temannya dan lain-lain turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. c. Alat-alat pelajaran Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alatalat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak. d. Lingkungan dan kesempatan Lingkungan, dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan belajar siswa, misalnya jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan yang cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan siswa itu sendiri. Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negative serta factor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.(
Menurut Jessica (2009, hlm. 1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu: 1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. 2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Jenis-jenis Aktivitas Belajar (skripsi dan tesis)

 Aktivitas Belajar memerlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Ada banyak sekali jenis-jenis dalam melakukan aktivitas dalam belajar, berikut peneliti paparkan. Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2011, hlm. 101) Humairoh, Iftitah Dian. (2015).
 a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. e. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang. 45 Banyak jenis-jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: hlm. 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan Visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain. 2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan Menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan Menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan Metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan Mental Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktorfaktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan Emosional Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas siswa.