Komitmen organisasi pada karyawan salah satunya dapat
tercipta oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam
organisasi tersebut. Adanya sikap mendahulukan kebutuhan
karyawan tersebut dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab dan
respect dari karyawan kepada atasannya. Apabila karyawan
merasa kebutuhannya terpenuhi maka karyawan itu akan
melakukan pekerjaan sebaik mungkin sebagai bentuk
tanggungjawabnya dan untuk menyenangkan hati atasannya.
Selain itu sikap respect, kepatuhan dan kepercayaan terhadap
pemimpin juga akan muncul untuk melaksanakan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin tersebut, dan tugas-tugas serta tujuan
organisasi agar dapat berjalan efektif dan efisien. Hakikatnya
hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya
bersifat bimbingan, pemberian arah, pemberian perintah/intruksi,
pemberian motivasi (dorongan) dan pemberian teladan untuk
mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Para servant
leader mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya diatas
dirinya sendiri. Apabila kebutuhan dan kepentingan karyawan
sudah terpenuhi dari pemimpinnya melalui pelayanan yang
diberikan, serta pemimipin berhasil memberikan contoh teladan
pada karyawannya, maka loyalitas dan komitmen organisasi
mulai tertanam dari setiap karyawan pada pekerjaan dan
organisasinya.
Menurut Dennis dan Bocarnea (2005) pemimpin
yang mampu memberikan contoh yang baik akan membuat
karyawan lama kelamaan akan menerapkan perbuatan yang
serupa. Hal ini secara tidak langsung dapat membuat karyawan
merasa memiliki kesamaan nilai dengan atasan sehingga muncul
komitmen afektif. Menurut Allen dan Meyer dalam Luthans
(2006) komitmen afektif merupakan bentuk keterikatan karyawan
dengan perusahaan karena adanya kesamaan visi dan misi.
Washington (2007) mengatakan apabila karyawan telah merasa
memiliki visi, misi, dan nilai yang sama dengan perusahaan maka
ia enggan meninggalkan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Drury (2004) pada 207
karyawan di lima organisasi profit dan non profit di selatan AS
yakni organisasi perawatan anak, yayasan komunitas, dll yang
menunjukkan adanya hubungan kepemimpinan melayani terhadap
komitmen organisasi. Mira dan Margaretha (2014) juga
melakukan penelitian pada 50 karyawan perpustakaan pusat di
40
Universitas Kristen Maranatha yang menunjukkan bahwa
kepemimpinan melayani memiliki pengaruh dan hubungan yang
positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Goh dan
Low (2014) juga menyatakan bahwa kepemimpinan melayani
memiliki pengaruh positif terhadap komitmen 177 responden
pada perusahaan-perusahaan di Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar