Kamis, 30 Januari 2020

Pengaruh Empowering leadership terhadap employee engagement (skripsi dan tesis)

(Zhang dan Bartol, 2010) mengatakan bahwa pemimpin yang empowering sebaiknya mampu memberdayakan kemampuan bawahannya untuk memimpin dirinya sendiri, bertanggung jawab terhadap tindakan dan bawahan memperoleh imbalan sesuai dengan apa yang telah dihasilkan. Dengan memiliki pemimpin yang empowering maka para bawahan akan merasa bangga, percaya diri, memiliki loyalitas yang tinggi, dan berbuat lebih baik dari sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya empowering leadership berarti pemimpin yang mampu berperan sebagai agen perubahan dan mampu mentransformasikan perubahan organisasi ke arah yang lebih baik. (Bruce, 1998; Pamela et al., 2012) menambahkan bahwa secara keseluruhan, fungsi kepemimpinan adalah mampu memerankan agen perubahan. Pemimpin organisasi harus dapat bertindak sebagai agen perubahan bagi anggota-anggotanya (Jones et al., 2005). Dengan kata lain, pemimpin harus siap menjadi agen perubahan bagi pengikutpengikutnya. Seorang agen perubahan adalah individu yang melakukan beragam upaya melalui pengetahuan yang dimiliki dan kekuasaannya untuk mendampingi dan menfasilitasi perubahan di dalam organisasinya. Agen perubahan adalah orang yang berposisi sebagai katalis dan memperkirakan tanggung jawab untuk mengelola aktivitas perubahan (Robbins, 2001). Agen perubahan harus dimulai dari pucuk pimpinan karena harus mempersiapkan anggota-anggotanya untuk siap melakukan perubahan. Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan perubahan dimulai dengan mengubah individual terlebih dahulu, kemudian baru diikuti perubahan organisasi. Inilah yang disebut perubahan dengan pendekatan ”individual out” yang secara strategis mengubah organisasi dengan terlebih dahulu mengubah individu (Black dan Gregersen 2003). Dengan demikian, keberhasilan pemimpin dalam perannya sebagai agen perubahan perlu menfokuskan pada individu (people) terlebih dahulu dengan melakukan penggambaran ulang peta mental semua anggota-anggotanya (Zhou et al., 2004). Apabila individunya telah berubah dan siap menghadapi perubahan, maka peran agen perubahan selanjutnya adalah memotivasi anggotanya agar berperilaku sesuai dan selaras dengan antusiasme organisasi, karena hal ini menjadi dasar untuk mencapai keunggulan bersaing dalam jangka panjang. Peran pemimpin merupakan faktor penting dalam implementasi perubahan organisasi (Mullins, 2005). Pemimpin yang partisipatif merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan implementasi dari perubahan organisasional. Peran pemimpin tersebut berdampak positif pada komitmen karyawan. Karyawan akan lebih memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi. Interaksi yang lebih dekat antara pemimpin-karyawan dengan sub budaya organisasional (supportive dan inovatif) akan diperkuat oleh peran pemimpinnya (Lock et al., 2005). Selanjutnya peran pemimpin tersebut dapat meningkatkan komitmen karyawan. Ditambahkan oleh (Chih dan Lin, 2012) bahwa pemimpin sebagai agen perubahan bisa mempengaruhi komitmen karyawan. Hasil penelitian dari (Lok et al., 2007) juga menjelaskan bahwa ada hubungan kausal dari komitmen organisasional, peran pemimpin dan kepuasan kerja karyawan. Pemimpin yang memiliki orientasi consideration dan task oriented akan memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Pemimpin bisa memiliki peran penting dalam perubahan organsisasi sehingga akan berdampak pada komitmen organisasional (Kalyar et al., 2012) 

Tidak ada komentar: