Sementara itu, kontruksi servant leadership menurut Dennis
(2004) dalam Veri Widodo (2014) yaitu terdiri dari:
1) Kasih Sayang (Love)
Karakteristik pertama dalam servant leadership adalah
kepemimpinan yang mengasihi berdasarkan kasih
sayang.Winston (2002) menyatakan bahwa kasih sayang (love)
mengacu pada bahasa Yunani yaitu cinta moral (agapao
love).Cinta berarti melakukan hal yang benar pada waktu yang
tepat untuk alasan yang benar.
2) Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan menempatkan penekanan pada kerja sama yaitu
mempercayakan kekuasaan kepada orang lain, dan
mendengarkan saran dari follower (Dennis,2004; dalam Irving,
2005).
3) Visi (Vision)
Visi merupakan arah kemana organisasi dan orang-orang yang
dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Visi pemimpin
akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa
depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang
bekerja untuk kepentingan organisasi. 4) Kerendahan hati (Humility)
Dennis (2004; dalam Irving, 2005) mengatakan bahwa
pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menjaga
kerendahan hati dengan menunjukkan rasa hormat terhadap
karyawan serta mengakui kontribusi karyawan terhadap tim.
5) Kepercayaan (Trust)
Servant leadership adalah orang-orang pilihan diantara
sejumlah orang lain dan pilihan itu didasarkan pada beberapa
kelebihan tertentu yang menyebabkan servant leadership
tersebut mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pemimpin.
Dari beberapa tulisan Greenleaf, Spears (1996) dalam Very
Widodo (2014) menyimpulkan bahwa sedikitnya terdapat sembilan
ciri khas kepemimpinan pelayan yang paling dominan, yaitu :
1) Mendengarkan (Listening receptively to what others have to
say)
Secara tradisional, pemimpin dihargai karena keahlian
komunikasi dan kemampuan mereka dalam pembuatan
keputusan. Pemimpin pelayan harus memperkuat keahlian yang
penting ini dengan menunjukkan komitmen yang mendalam
dalam mendengarkan secara intensif ide-ide atau kata-kata
orang lain. Pemimpin pelayan berusaha mengenali dan
memahami dengan jelas kehendak kelompok. Mereka berusaha
mendengarkan secara tanggap apa yang dikatakan (dan tidak dikatakan). Mendengarkan dan memahami apa yang
dikomunikasikan oleh tubuh, jiwa, dan pikiran.
2) Menerima orang lain dan Empati (Acceptance of others and
having empathy for them)
Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan
empati kepada orang lain. Orang perlu diterima dan diakui
sebagai suatu individu yang istimewa dan unik. Setiap individu
tidak ingin kehadirannya dalam suatu organisasi/perusahaan
ditolak oleh orang lain yang berada di sekitar dirinya.
Pemimpin pelayan yang paling sukses adalah mereka yang
mampu menjadi seorang pendengar yang penuh dengan empati.
3) Kemampuan meramalkan (foresight and intuition)
Kemampuan untuk memperhitungkan kondisi yang sudah
terjadi atau meramalkan kemungkinan hasil suatu situasi sulit
didefinisikan, tetapi mudah dikenali.Orang mengetahui kalau
melihatnya. Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang
memungkinkan pemimpin pelayan bisa memahami pelajaran
dari masa lalu, realita masa sekarang dan kemungkinan
konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini
menanamkan inti permasalahan sampai jauh ke dalam pikiran
intuitif.Jadi kemampuan meramalkan adalah salah satu cirri
khas pemimpin pelayan yang dibawa sejak lahir.Semua ciri
khas lainnya bisa dikembangkan secara sadar.Kesadaran
14
(Awareness and perception). Kesadaran akan diri sendiri dan
keberadaan orang lain dapat turut memperkuat pemimpin
pelayan. Kesadaran juga membantu dalam memahami
persoalan yang melibatkan etika dan nilai-nilai.Hal ini
memungkinkan orang dapat memandang sebagian besar situasi
dari posisi yang lebih terintegrasi.
4) Membangun kekuatan Persuasif (Having highly develoved
power of persuasion)
Ciri khas kepemimpinan pelayan lainnya adalah mengandalkan
kemampuan meyakinkan orang lain, bukannya wewenang
karena kedudukan, dalam membuat keputusan di dalam
organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain,
bukannya memaksakan kepatuhan. Elemen ini memberikan
perbedaan yang paling jelas antara model wewenang tradisional
dan model kepemimpinan pelayan.Pemimpin pelayan efektif
dalam membangun konsensus dalam kelompok.
5) Konseptualisasi (An ability to conceptualize and to
communicate concepts)
Pemimpin pelayan berusaha memelihara kemampuan mereka
untuk “memiliki impian besar”.Kemampuan untuk melihat
kepada suatu masalah (atau sebuah organisasi) dari persfektif
konseptualisasi berarti bahwa orang harus berpikir melampaui
realita dari hari ke hari.Manajer tradisional disibukkan oleh
15
kebutuhan untuk mencapai tujuan operasional jangka
pendek.Seorang manajer yang ingin menjadi pemimpin pelayan
harus mampu mengoptimalkan pemikirannya sampai
mencakup pemikiran konseptual yang mempunyai landasan
lebih luas (visioner).Pemimpin pelayan harus mengusahakan
keseimbangan yang rumit antara konseptualisasi dan fokus
sehari-hari.
6) Kemampuan Menyembuhkan (ability to exert a healing
influence upon individual and institutions)
Belajar menyembuhkan merupakan daya yang kuat untuk
perubahan dan integrasi. Salah satu kekuatan besar
kepemimpinan pelayan adalah kemampuan untuk
menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Banyak orang yang
patah semangat dan menderita karena berbagai masalah
emosional. Walaupun hal tersebut merupakan sesuatu yang
alami dalam kehidupan manusia, akan tetapi seorang
pemimpin pelayan harus mampu dan mempunyai kesempatan
menggerakkan hati dan memberi semangat kepada orang-orang
yang berhubungan dengan mereka.
7) Kemampuan Melayani
Peter Block (pengarang buku Stewardship dan Empowered
Manager) mendefinisikan kemapuan melayani (stewardship)
dengan pengertian “memegang sesuatu dengan kepercayaan orang lain”. Dalam suatu organisasi, setiap level manajemen,
dari top management sampai shoop floor semuanya
mempunyai peranan penting dalam memegang organisasi
mereka dengan kepercayaan kepada kebaikan masyarakat yang
lebih besar. Kepemimpinan pelayan, seperti kemampuan
melayani, yang pertama dan terutama adalah memiliki
komitmen untuk melayani kebutuhan orang lain. Hal ini
tentunya menekankan adanya keterbukaan dan kejujuran,
bukan pengendalian atau pengawasan.
8) Memiliki Komitmen pada Pertumbuhan Manusia
Pemimpin pelayan berkeyakinan bahwa manusia mempunyai
nilai intrinsik yang melampaui sumbangan nyata yang telah
mereka berikan selama ini.Dalam sifatnya yang seperti ini,
pemimpin pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan
pribadi, profesional dan spiritual setiap individu di dalam
organisasi. Dalam prakteknya hal ini bisa dikembangkan
dengan cara melakukan pengembangan pribadi dan profesional,
menaruh perhatian pribadi pada gagasan dan saran karyawan
atau anggota, memberikan dorongan kepada keterlibatan
pekerja dalam pengambilan keputusan, toleran terhadap
kesalahan dan sebagainya.
9) Membangun komunitas/masyarakat di tempat kerja (Building
community in the workplace) Membangun komunitas ini mencakup membangun komunitas
yang baik antar karyawan, antar pimpinan dan bawahan dan
membangun komunitas masyarakat dan pelanggan.Pemimpin
pelayan menyadari bahwa pergeseran komitmen lokal ke suatu
lingkungan yang lebih besar merupakan pembentuk utama
kehidupan manusia. Lingkungan kerja yang kondusif secara
internal dan eksternal diharapkan akan meningkatkan
performansi organisasi secara maksimal.
Kemampuan
pemimpin pelayan dalam menciptakan suasana rasa saling
percaya akan membentuk kerjasama yang cerdas dalam suatu
tim kerja. Dengan ketulusan dan keteladan yang dimiliki oleh
pemimpin pelayan, rasa saling percaya dapat ditumbuhkan.
Ciri khas kepemimpinan pelayan seperti yang telah disebutkan
di atas bukanlah suatu harga mati, masih banyak ciri lain yang
dimiliki oleh seorang pemimpin pelayan. Salah satu yang penting
disini adalah bahwa kepemimpinan pelayan itu dimulai dari diri
sendiri, artinya seorang pemimpin dapat melaksanakan
kepemimpinan pelayan jika ada semangat yang tulus dalam dirinya
untuk menjadi yang terdepan dalam pelayanan. Dengan kata lain
keteladanan juga menjadi faktor kunci bagi keberhasilan model
kepemimpinan pelayan. Keinginan akan falsafah manajemen
yang merangsang unjuk kerja yang baik oleh semua karyawan
dengan meningkatkan keadaan yang menguntungkan bagi tanggung jawab, peran serta dan rasa ikut memiliki semua individu
menjadai salah satu ciri pelaksanaan kepemimpinan pelayan.
Harus disadari pula bahwa membina kekuatan dalam sebuah
bisnis datang secara alami kalau pemimpin puncak menerima
kenyataan bahwa proses paling baik dimulai dalam diri sendiri.
Organisasi yang paling produktif adalah organisasi di tempat yang
terdapat sejumlah tindakan sukarela, orang melakukan hal-hal yang
tepat, hal-hal yang mengoptimalkan efektivitas total, pada waktu
yang tepat, sebab mereka mengerti apa yang harus dilakukan,
mereka percaya bahwa ada hal yang tepat untuk dilakukan dan
mereka mengambil tindakan yang dianggap perlu tanpa diberi
perintah.
Hal yang paling penting bagi seorang pemimpin untuk
membangun organisasi yang kuat dan sukses adalah memasukkan
keyakinan ke dalam hati bahwa “manusia adalah yang
pertama”.Kalau pemimpin mendahulukan manusia dan organisasi
dapat bekerja secara produktif, dia harus bersedia menerima
perubahan dalam peranan dari seorang pemimpin menjadi primus
inter pares, yang pertama di antara yang sederajat. Seorang
pemimpin harus memenuhi peranan memudahkan dan mendukung
kemampuan kepemimpinan orang lain, bukannya merasa terancam
oleh kemungkinan perkembangan orang lain.
19
Pelaksanaan konsep kepemimpinan pelayan dengan dilandasi
prinsip keagamaan, etika dan norma diharapkan mampu
mengembalikan kondisi organisasi perusahaan bahkan Bangsa
Indonesia dari keterpurukkannya selama ini dengan lebih
melaksanakan bisnis yang dilandasi etika dan norma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar