Menurut (Pramanos Satrio 2015) yang dikutip dari (Dwiyanti, 2001)
sumber atau penyebab munculnya stres secara umum dikelompokkan
sebagai berikut
:
1) Tidak adanya dukungan sosial
Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan yang
tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.
Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan
pekerjaan maupun lingkungan keluarga.Banyak kasus
menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja
adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril)
dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan
semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh
dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan)
akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan
ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.
2) Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan di kantor
Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya.Banyak orang mengalami
32
stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang
menjadi tanggung jawab dan kewenangannya.Stres kerja juga bisa
terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan
keputusan yang menyangkut dirinya.
3) Pelecehan seksual
Dalam hal ini adalah kontak atau komunikasi yang berhubungan
atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan.
Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti
memegang bagian badan yang sensitif,mengajak kencan dan
semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian
bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus
pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja adalah
perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dari lawan jenis dan janji
promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita.
Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang
tingkat kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan
jenis kelamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang
melindungmya (Baron and Greenberg).
4) Kondisi lingkungan kerja
Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu
panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan
ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam
pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara.
Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil
munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada
kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky).
5) Manajemen yang tidak sehat
Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya
kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang
pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain
(khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana
hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan
di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan,
membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan
semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan
pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres
(Minner)
.
6) Tipe kepribadian
.
Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung mengalami stres
dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini
adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan
pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu
pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap
hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang
34
lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif.
Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami
dilema ketika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A.
Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan
pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan
mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit
jantung (Minner).
7) Peristiwa/ pengalaman pribadi.
Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang
menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit
atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis
atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus
menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada
seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling
rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal.
c. Dampak Stres Kerja
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan
maupun perusahaan. Aamodt (2004) menyebutkan bahwa ada empat
konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh
individu, yaitu:
1) Terganggunya kesehatan fisi
k. Stres yang dialami oleh seseorang
akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. penurunan respon
antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif. Banyak
sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat
antara stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan
pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit
lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk
mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik
saja, tetapi juga psikisnya.
2) Kesehatan psikologis.
Stres berkepanjangan akan menyebabkan
ketegangan dan kekhawatiran yang terus-menerus. Menurut istilah
psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Stres
kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran
dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stres
kronis umumnya terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan
keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau
masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus
merasa tertekan dan kehilangan harapan.
3) Kinerja terganggu.
Pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan
yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja
karyawan. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak
imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan
untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak
karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau
36
pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan
atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.
4) Mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Seseorang
yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran perusahaan disini
muncul untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang
dialami oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus
menanganinya dengan baik bagi karyawan tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawannya.
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan
dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di
luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera
makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar