Perilaku inovatif merupakan proses multi tahapan, dengan aktifitas dan
perilaku individu yang berbeda-beda di setiap tahapannya (Scott & Bruce, 1994).
Lebih lanjut, Janssen (2000) menambahkan bahwa perilaku inovatif ini
merupakan perilaku kompleks yang terdiri dari tiga tahap, yaitu idea generation,
idea promotion, idea realization. Berikut akan dijelaskan setiap tahapan dari
perilaku inovatif, yaitu :
a. Idea Generation
Inovasi individu dimulai dengan adanya kesadaran dari individu
untuk melihat dan mengenali akan adanya peluang baru dari suatu
permasalahan yang muncul (Kanter, dalam Janssen 2000). Janssen (2000)
menambahkan bahwa persepsi mengenai permasalahan dalam pekerjaan,
merasakan adanya keganjilan, atau munculnya tren merupakan pencetus
atau dorongan dalam menghasilkan ide-ide baru. Kemudian dari peluang
tersebut, individu akan mulai untuk memproduksi atau membuat suatu ide
baru yang bermanfaat dalam berbagai domain pekerjaan. Pendalaman suatu
peluang dapat dilakukan dengan mencari cara untuk meningkatkan proses
pelayanan atau memikirkan langkah alternatif dalam proses kerja, produk
atau layanan (Kanter, dalam Janssen 2000). Inovasi dipacu oleh adanya
pengakuan atas suatu peluang baru. Ketika peluang tersebut dihargai,
seseorang perlu mengerahkan tenaga untuk memunculkan ide-ide tersebut. Permasalahan utama yang muncul dalam tahapan ini adalah bagaimana
membuat individu memusatkan perhatiannya dan bagaimana cara memicu tindakan individu untuk mengapresiasi dan memusatkan perhatian pada
gagasan, kebutuhan dan peluang baru.
b. Idea Promotion
Tahap selanjutnya dari proses inovasi adalah idea promotion. Dalam
tahapan ini, individu mencari dukungan untuk ide yang ia bawa serta
berusaha untuk membangun sebuah koalisi untuk mendukung ide inovasi
tersebut. Scott & Bruce, (1994). Ketika individu telah menghasilkan suatu
gagasan, ia harus terlibat dalam aktivitas sosial untuk memperoleh rekan,
penyokong dan pendukung ide di sekitarnya (Janssen, 2000). Kanter
(1988) juga menjelaskan bahwa individu harus dapat membangun
kekuasaan (power) dengan mengajukan gagasan inovasi kepada aliansi
yang berpotensi. Hal ini penting dilakukan karena sebagian besar gagasan
bersifat tidak pasti, bisa saja memerlukan biaya lebih untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan inovasi serta memunculkan
reaksi penolakan terhadap perubahan. Selain itu, keberhasilan dari suatu
inovasi sangat bergantung pada jumlah dan jenis dari kekuatan orangorang yang mendukung ide-ide tersebut. Sebaliknya, kegagalan dari
inovasi biasanya disebabkan oleh dukungan yang tidak pasti dan sumber
daya yang tidak memadai selama tahapan awal pembangunan ide. Janssen
(2000).
c. Idea Realization
Pada tahapan terakhir dari proses inovasi ini, yaitu idea realization,
individu melengkapi idenya dengan membuat suatu produk atau prototype
atau model dari ide inovasi tersebut yang dapat dialami langsung dan diterapkan dalam suatu pekerjaan, kelompok kerja, ataupun organisasi
secara keseluruhan, sehingga nantinya ide tersebut dapat disebarkan,
diproduksi secara massal, ataupun digunakan secara produktif Janssen
(2000). Tahapan ketiga pada proses inovasi ini melibatkan kerja sama
kelompok untuk menyelesaikan ide tersebut dengan mengubahnya menjadi
objek konkret dan nyata (secara fisik atau intelektual) yang dapat di
transfer kepada orang lain. Inovasi yang sederhana umumnya dapat
diimplementasikan oleh individu atau karyawan itu sendiri, sedangkan
inovasi yang lebih kompleks biasanya memerlukan kerjasama kelompok
yang memiliki anggota dengan berbagai variasi pengetahuan, kompetensi
dan peran kerja . Janssen , (2000).
Menurut Kleysen & Street (2001), mengklasifikasikan perilaku inovatif
memiliki 5 aspek, yaitu :
a. Oppurtunity Exploration ; Aspek ini mengacu pada mempelajari atau
mengetahui lebih banyak mengenai peluang untuk berinovasi.
b. Generativity ; Aspek ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep
untuk tujuan pengembangan.
c. Formative Investigation ; Aspek ini mengacu pada pemberian perhatian
untuk menyempurnakan ide, solusi, opini, dan melakukan peninjauan
terhadap ide-ide tersebut.
d. Championing ; Aspek ini mengacu pada adanya praktek-praktek usaha
untuk merealisasikan ide-ide.
e. Application ;Aspek ini mengacu pada mencoba untuk mengembangkan,
menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide inovatif.
Sedangkan De Jong & Hartog (2007) mengemukakan dan menyederhanakan
menjadi empat dimensi perilaku inovatif sebagai berikut:
a. Oppurtunity exploration, proses inovasi ditentukan oleh kesempatan.
Kesempatan akan memicu individu untuk mencari cara untuk
meningkatkan pelayanan, proses pengiriman, atau berusaha memikirkan
sebuah alternatif baru mengenai proses kerja, produk atau pelayanan.
b. Idea generation, membangkitkan sebuah konsep untuk peningkatan. Idea
generation merupakan pengelolaan kembali informasi dan konsep yang
telah ada untuk meningkatkan performansi. Individu yang tinggi dalam
level ini akan dapat melihat solusi dari sebuah masalah dengan cara pikir
yang berbeda.
c. Championing, melibatkan perilaku untuk mencari dukungan dan
membangun koalisi, seperti mengajak dan mempengaruhi karyawan atau
manajemen, dan bernegoisasi mengenai suatu solusi.
d. Application, individu tidak hanya memikirkan ide-ide kreatif terhadap
suatu hal tapi juga mengevaluasi dan mengaplikasikan ide tersebut ke
dalam tindakan nyata
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
individu yang memiliki perilaku inovatif adalah adanya kesadaran dari individu
untuk melihat dan mengenali akan adanya peluang baru dari suatu permasalahan
yang muncul, individu mencari dukungan untuk ide yang ia bawa serta berusaha
untuk membangun sebuah koalisi untuk mendukung ide inovasi tersebut, serta
individu yang mampu melengkapi idenya dengan membuat suatu produk atau
prototype atau model dari ide inovasi tersebut yang dapat dialami langsung dan
24
diterapkan dalam suatu pekerjaan, kelompok kerja, ataupun organisasi secara
keseluruhan, sehingga nantinya ide tersebut dapat disebarkan, diproduksi secara
massal, ataupun digunakan secara produktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar