Kamis, 31 Desember 2020

Citra Perusahaan (skripsi dan tesis)


Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan hasil yang
hendak dicapai bagi dunia Humas atau public relation. pengertian citra
sendii itu abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis,
tetapi wujudnya bias dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti
penerimaan dan tanggapan positif maupun negative yang khususnya
dating dari public (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umunya.9
Menurut Frank Jefkins, dalam bukunga hubungan masyarakat
(intermasa, 1992) ada beberapa jenis citra yang dikenal dalam dunia
aktivitas hubungan masyarakat (public relation) antara lain :10
a. Citra cermin (mirror image)
b. Citra kini (current image)
c. Citra keinginan (wish image)
d. Citra perusahaan (corporate image)
e. Citra serbaneka (multiple image)
f. Citra penampilan (performance image)Dalam hal ini yang dimaksud dengan citra perusahaan (ada pula
yang menyebutnya citra lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelanannya. Citra
perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat
hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas dibidang
keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang
baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja, kesediaan turut memikul
tanggung jawab social, dan komitmen mengadakan riset.11
Public relations atau humas juga memiliki kemampuan dalam
membangun citra atau image organisasi yang akan berkontribusi pada
terwujudnya reputasi organisasi atau institusi. Singkat kata, baik buruknya
sebuah organisasi bisnis atau institusi juga dipengaruhi seberapa maksimal
peran humas. George Belch dalam bukunya menyatakan bahwa humas
menggunakan publisitas dalam kegiatan masyarakat, dan aktivitas publik
lainnya, dapat dicoba untuk memperkuat image organisasi yang
bersangkutan. Citra perusahaan merupakan intangible asset (aset yang
tidak tampak) yang sangat bernilai. Selain tidak mudah ditiru, reputasi
dipercaya dapat memikat konsumen dengan lebih efektif pada saat
konsumen menghadapi penawaran menarik. Reputasi meningkatkan
kepercayaan, kredibilitas, profitabilitas, tameng ketika kempetitor masuk,
sekaligus katalisator untuk keluar dari krisis.

a. Citra positif dan negatif
Seorang tokoh popular (public figure) senantiasa menyandang
reputasi yang baik sekaligus yang buruk. Kedua macam citra
bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku yang bersifat positif
dan negatif. Citra Humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni
sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman
atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seyogianya
“dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru
akan mengacaukan. Suatu citra yang sesungguhnya bias muncul kapan
saja, termasuk disaat terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk.
Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi
penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang
keliru.
Membangun citra yang positif dari suatu perusahaan tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Membangun citra perusahaan
membutuhkan waktu yang lama. Membangun citra bias dilakukan
dengan bemacam-macam strategi, mulai dari menginformasikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan, melakukan kegiatan
media relation sampai melakukan kegiatan-kegiatan CSR (corporate
social responsibility)
Jika terjadi citra negatif, mungkin slah satunya disebabkan oleh
pengalaman buruk konsumen. Dalam hal demikian, terdapat masalah
berkenaan dengan kualitas teknis atau fungsional. Jika itu kesalahan
dalam kinerja tidak baik, itu adalah kesalahan dalam berkomunikasi.
Pembentukan citra dan membangun kepercayaan masyarakat
merupakan suatu kegiatan yang sangat komples. Pembentukan citra
dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan bukan sesederhana
membuat gantungan kunci yang diberikan kepada masyarakat sebagai
souvenir. Selain menginformasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
perusahaan, membangun citra perusahaan dan kepercayaan masyarakat
dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan media relation.
b. Perbedaan Citra dengan Reputasi
Citra dan reputasi adalah hal yang berbeda. Citra dapat
diciptakan sedangkan reputasi harus diusahakan atau dicari. Citra juga
mempunyai peran penting dalam mempengaruhi kepuasan konsumen,
selain tentunya kinerja, harga dan availability.
Citra itu dengan sengaja diciptakan agar bernilai positif. Citra
itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari organisasi, atau
dalam istilah lain disebut favourable opinion. Sebagai suatu lembaga
kepercayaan bagi masyarakat maka citra menjadi lebih penting dalam
situasi organisasi bisnis atau institusi apapun dewasa ini. Suatu
institusi atau organisasi bisnisselalu berusaha untuk menjaga citra yang
dimiliki agar masyarakat pengguna jasa tetap meliliki kepercayaan.
Secara spesifik,

Stakeholder eksternal (skripsi dan tesis)

 


Stakeholder eksternal adalah mereka yang berkepentingan terhadap
perusahaan, dan berada diluar perusahaan. Misalnya :
a. Konsumen : raja yang mempunyai hak untuk memilih barangnya
sendiri konsumen sangat diperebutkan oleh banyak produsen
b. Pemerintah : penentu kebijakan, sedikit sekali produsen yang bias
membujuk pemerintah untuk mengeluarkan peraturn yang
menguntungkan baginya.
c. Penyalur : ia menyalurkan barang-barang yang dikehendaki konsumen.
d. Pers : media yang mana sangat berpengaruh pada masyarakat.
e. Komunitas : masyarakat yang tinggal, hidup, dan berusaha di sekitar
lokasi suatu perusahaan.
Pada dasarnya setiap stakeholder memiliki kebutuhan yang
berbeda, kecuali dalam hal pelayanann, dimana semua stakeholder
memiliki kebutuan yang sama, yaitu mengharapkan mereka dilayani
secara jujur, terbuka, penuh tanggung jawab, wajar, berkualitas, dan adil.
Para pengelolah perusahaan harus bias bersikap professional untuk
memberikan yang terbaik buat kepentingan para stakeholdernya.
a. Fungsi dan Tujuan Stakeholder
Memahami uraian diatas dapat dipahami bahwa stakeholder
dalam perusahaan adalah berbagai pihak yang memiliki hubungan
langsung maupun tidak langsung dengan sukses tidaknya proses
perusahaan berlangsung. Pihak-pihak tersebut antara lain, pemilik,
karyawan, pemasok, customer, dll.
Ketika berbicara tentang stakeholder, setiap perusahaan harus
mampu menciptakan perusahaannya lengkap dengan segala sistem,
perangkat, dan atribut yang dapat memenuhi harapan masyarakat pada
umumnya dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut. Dengan kata lain, perushaan tidak bias berjalan sendiri
“egois”. Perusahaan harus mampu menjalin komunikasi, hubungan
dan jaringan dengan berbagai pihak untuk mendukung mensukseskan
tujuan dan idealitas perusahaan yang diharapkan.
Ditinjau dari sisi fungsi keberadaan stakeholder nyaris sama
dengan fungsi pemimpin. Dengan demikian stakeholder juga harus
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk mewujudkan
tujuan dan idealitas yang diharapkan dalam sebuah perusahaan.
b. Hubungan Perusahaan dengan Stakeholder
Bentuk hubungan antara perusahaan dengan stakeholder yang
terjadi dimasing-masing perusahaan akan berbeda satu dengan yang
lain, tergantung perusahaan itu sendiri bagaimana mereka membangun
hubungan dengan para stakeholdernya. Hubungan perusahaan yang
tidak beretika biasanya cenderung merugikan para stakeholder. Hal ini
disebabkan, para professional yang mengelolah perusahaan tersebut
tidak memiliki intregitas dan niat yang baik pada stakeholder secara
keseluruhan.
Seorang pengelolah bisnis atau sebuah perusahaan pasi
bermaksud untuk mendapat keuntungan semaksimal mungkin buat
dirinya dan para pemangku kepentingan dalm sebuah perusahaan
tersebut. Keuntungan yang maksimal ini sangat tergantng dari loyalitas
stakeholder kepada persusahaan. Khususnya pelanggan, pemasok, dan
karyawan. Dan pada dasarnya setiap stakeholder meliliki kebutuhan
yang bberbeda, kecuali dalam hal pelayanan. Dimana para stakeholder
mengharapkan hal yang sama, yaitu dilayani dengan penuh tanggung
jawab, berkualitas, tidak mengecewakan, jujur, dan adil.
Model hubungan antar stakeholder ini mengandung pengertian
adanya sifat saling menghargai akan masing-masing kepentingan
dengan tidak mendminasi satu dengan lainnya sebagai suatu system
yang berfungsi.4
Seperti halnya hubungan perusahaan dengan karyawan,
karyawan juga termasuk stakeholder internal. Karyawan dalam suatu
perusahaan bias dilibatkan penuh dalam penganbilan keputusan pada
masa berjalannya sebuah perusahaan dibandingkan dengan pemilik
perusahaan sekalipun, sebagai contoh bhwa dalam pengambilan
keputusan pemilik saham akan kurang berbicara dibandingkan dengan
karyawab berkenaan dengan pengambilan keputusan mengenai
jalannya perusahaan.5
Berdasarkan atas pandangan dari perusahaan yang hidup dalam
masyarakat dan idea bertumpu pada anggapan bahwa perusahaan-

4 Bambang Rudito & Melia Famiola, CSR corporate social responsibility, (Bandung,
Rekayasa Sains, 2013), 176-177
5 Bambang Rudito & Melia Famiola, CSR corporate social responsibility, (Bandung,
Rekayasa Sains, 2013), 177
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
perusahaan mempunya hubungan dengan stakeholder mereka secara
aktif dan pasif. Hubungan perusahaan dengan stakeholder dilihat
sebagai hubungan yang mengalami perkembangan, dan hubungan
tersebut diatur secara kontrak baik implisit maupun eksplisit. Kontrakkontrak ini sering tidak disebutkan dan tidak terarah pada negoisasi
yang sedang berjalan, khususnya pada bagian apa harapan yang akan
diperoleh dari hubungan ini dan apa yang akan diterimah dari
hubungan ini.
Hubungan manusiawi (human relation) adalah salah satu
kegiatan internal public relation dalam sebuah perusahaan yang
menitikberatkan kepada hubungan yang bersifat manusiawi. Dengan
kata lain hubungan ini merupakan usaha untuk menciptakan hubungan
yang manusiawi antara perusahaan dengan para stakeholdernya.
Tujuan dari hubungan manusiawi ini adalah menumbuhkan
kepercayaan pada diri public karyawan terhadap masalah yang
dihadapinya melaluli cara bimbingan ( public relation counseling).6
Kemudian dalam situasi kerja, melalui hubungan manusiawi
ini, perusahaan harus mampu menciptakan kondisi seperti berikut :
1) Rasa kesejahteraan diantara perusahaan dengan para
stakeholdernya.
2) Rasa kesetiakawanan diantara perusahaan dengan stakeholdernya.
3) Rasa ketentraman dalam bekerja diantara para stakeholder.Hubungan-hubungan antar stakeholder disinilah dilihat dan
diumpamakan sebagai suatu aliran dalam dalam
organisasi/perusahaan. Seperti halnya sebuah entitas yang berada
dalam hubungan simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang
dilakukan perusahaan. Hubungan stakeholder menyediakan energy,
informasi, dan sumber daya yang penting dalam kehidupan. Dalam
hubungan ini perusahaan menciptakan hubungan modal social, modal
intelektual, modal lingkungan, dan modal finansial dan
keseluruhannya adalah untuk upaya jangka panjang yang
berkelanjutan (sustainability) dan juga pertumbuhan.
c. Saling Ketergantungan Antara Stakeholder
Dalam sebuah perusahaan terdapat saling ketergantungan
antara stakeholder dengan lainnya. Karena saat ini stakeholder tidak
hanya terbatas pada mereka para pelaku dalam perusahaan saja, tetapi
stakeholder juga mencakup pada pihak luar seperti masyarakat sekitar
dan pemerintah.
Dalam realitanya, maanusia adalah makhluk social, maka
mereka tidak bias hidup sendiri atau mereka butuh orang lain dalam
menjalankan aktivitas sehari-harinya. Kenyataan ini pula yang juga
menunjukkan dalam suatu organisasi/perusahaan, dimana stakeholder
juga memiliki ketergantungan dengan lainnya. Saling ketergantungan
inilah merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, dan saling ketergantungan ini mencakup hubungan dan pengaruh para pemangku
kepentingan. Perusahan juga termasuk sebagai stakeholder, maka dari
itu perusaahan juga saling ketergantungan tehadap stakeholder
lainnya.
Pola saling ketergantungan ini terjadi atas dasar adanya
kepentingan dan kekuasaan para stakeholder. Hal ini dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1) Kepentingan dari setiap pemangku kepentingan itu berbeda-beda
2) Kekuatan kekuasaan dari setiap pemangku kekentingan jug
berbeda-beda. Artinya kekuasaan tidak dapat hany berpusat hanya
pada satu stakeholder saja melainkan kepada masing-masing
stakeholder.
3) Terjadi perubahan signifikan dlam kepentingan dan kekuasaan
stakeholder dari waktu ke waktu.
Dari sini kita dapat memahami bahwa adanya
Stakeholder dapat memberikan suatu kontribusi yang baik dalam
menjalankan suatu perusaan dimana perusahaan tersebut juga bergerak
sebagai Stakeholder. Dan stakeholder satu saling membutuhkan atau
ketergantungan dengan stakeholder yang lainnya.
d. Membangun Reputasi diHadapan Stakeholder
Dalam perkembangannya, perusahaan membutuhkan
pengelolan yang spesifik dan terukur, termasuk pengelolaan
reputasinya. Reputasi bagi sebuah organisasi/perusahaan adalah hal
vital, karena hidup dan matinya perusahaan sangat tergantung pada
sejauh mana kemampuan perusahaan mengelolah reputasi baiknya.
Terdapat definisi sederhana tentang reputasi korporat yaitu
penilaian yang dilakukan secara terus menerus oleh stakeholder atas
atribut, lambang, kepemilikan yang berhubungan dengan
organisasi/perusahaan. Masing-masing organisasi/perusahaan akan
mengevaluasi penilaian organisasi/perusahaan dari sudut stakeholder
yang berbeda. Sehingga organisasi/perusahaan memiliki reputasi yang
berbeda diantara masing-masing kelompok stakeholder reputasi
perusahaan dinilai sangat penting karena stakeholder lebih peduli
dengan kosep ini. Stakeholder menyadari bahwa image dan brand
perusahaan memiliki pengaruh terhadap mereka. Reputasi organisasi
dalam benak stakeholder memainkan peran penting dalam bentuk
perilaku mereka dan proses pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan organisasi. Sebagai hasilnya banyak organisasi yang
mempertimbangkan pentingnya pencapaian kualitas reputasi yang
tinggi diantara stakeholder mereka.
Penelitian yang dilakukan Hutton dkk (2001: 255) tentang
peran komunikasi perusahaan disutu orgaisasi, menghasilkan fakta
dalam mengelolah reputasi perusahaan. Dari survey yang dilakukan
ditemukan beberapa peran dari komunikasi peruahaan antara lain
reputasi, mengelolah image dan lain-lain, sebagai peran penting dari
komunikasi.
Pada dasarnya reputasi organisassi adalah tanggung jawab
setiap anggota organisasi. Sehingga top management dan policy
komunikasinya haruslah seiring dengan reputasi. Sehingga aspek
reputasi menjadi value driven dan diletakkan sebgai agenda utama.
Pentingnya reputasi membuat perusahaan yang menyadari hal
ini berlomba untuk menyakinkan stakeholder akan reputasi yang
dimilikinya. Penilaian stakeholder tidak cukup berasal dari asumsi
semata, akan tetapi lebih menyeluruh. Stakeholder akan menilai
reputasi dari informasi mengenai aktivitas perusahaan yang mereka
dapatkan dari berbagai sumber, antara lain dari diri mereka, media,
atau pihak lain. Maka, tidak heran perusahaan yang terkena krisis, rela
mengeluarkan dana besar untuk memperbaiki identitas agar reputasi
yang jatuh tidak dibiarkan berlarut.
Sekaligus reputasi yang harus dibangun dan dimulai dari level
top manajemen lebih dulu, sehingga semua stakeholder melihat bahwa
goodwill dan kesungguhan organisasi yang terepresentasikan dalam
diri top manajemen, adalah hal yang layak dipercaya. Berikutnya
reputasi juga berbasis kinerja, bukan berbasis komunikasi saja.                    Artinya, dengan kinerja yang baik, maka secara tidak langsung
reputasi akan terbentuk dalam melakukan komunikasi ke stakeholder
internal dan stakeholder eksternal, sehingga tidak berbasis pencitraan
dan pereputasian semu/semata saja.

Stakeholder internal (skripsi dan tesis)


Stakeholder internal adalah public yang berada didalam ruang
lingkup perusahaan/organisasi.
Stakeholder internal relative mudah untuk
dikendalikan dan pekerjaan untuk komunikasi intern bias diserahkan
kepada bagian lain seperti bagian kepegawaian, atau dirangkap langsung
oleh eksekutif puncak. Unsur-unsur stakeholder internal terdiri dari :
a. Pemegang saham : atau bias dibilang pemilik perusahaan yang
mempunyai kekuasaan sangat besar.
b. Manajer dan Top Executive : mnajer berada dibawah kendali pemilik,
hanya dengannkapasitas yang memadailah seorang manajer dapat
tampil secara otonom dalam mengelolah perusahaan.
c. Karyawan : orang-orang yang di dlam perusahaan yang tidak
memegang jabatan structural.
d. Keluarga karyawan

Stakeholder (skripsi dan tesis)


Keberlangsungan dan kesuksesan dalam suatu organisasi sangat
tergantung dengan para pihak-pihak yang terkait yaitu stakeholder. Pada
saat krisis menyerang perusahaan/organisasi, pengelolah hubungan dengan
para stakeholder memegang peranan sangat penting. Kesalahan dalam
mengelolah hubungan dengan stakeholder pada saat krisis akan berakibat
buruk pada suatu perusahaan/organisasi.
Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public
Relation, stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam
maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan
keberhasilan suatu peruahaan. Stakeholder bias berarti pula setiap orang
yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.
Stakeholder sendiri merupakan sebuah frasa yang terbentuk dari
dua buah kata, yaitu “stake” dan “holder”. Secara umum, kata
“stake”dapat diterjemahkan sebagai “kepentingan”, sedangkan kata
“holder” dapat diartikan sebagai “pemegang”. Jadi seperti yang telah
diungkapkan diatas, stakeholder artinya adalah pemegang kepentingan.2
Secara garis besar konsep stakeholder dapat didefinisikan sebagai berikut individu atau organisasi atau kelompok baik profit maupun non profit
yang memiliki kepentingan dengan perusahaan sehingga dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”.
Secara umum stakeholder dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu stakeholder internal dan stakeholder eksternal.

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (skripsi dan tesis)


Budaya perusahaan yang disosialisasikan dengan komunikasi yang baik
dapat menentukan kekuatan menyeluruh perusahaan, kinerja dan daya saing
dalam jangka panjang. Karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilainilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian
organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku
keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual.
Didukung dengan sumber daya manusia yang ada, sistem dan teknologi,
strategi perusahaan dan logistik, masing masing kinerja individu yang baik
akan menimbulkan kinerja organisasi yang baik pula ( Moelyono Djokosantoso,
2003 : 4)  

Penilaian Kinerja (skripsi dan tesis)


Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh
seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang
objektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya
“like dan dislike” dari penilai agar objektivitas penilai dapat terjaga. Kegitan
penilai ini penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusankeputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentang kinerja mereka.
Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik
untuk karyawan, yang merupakan kunci pengembangan bagi mereka dimasa
mendatang. Disaat atasan mengidentifikasi kelemahan, potensi dan kebutuhan
pelatihan melalui umpan balik penilaian kinerja, mereka dapat memberitahu
karyawan mengenai kemajuan mereka, mendiskusikan keterampilan apa yang
perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan pengembangan
(Malthis dan Jackson, 2002: 83)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (skripsi dan tesis)


Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yakni
memperoleh keuntungan. Organisasi dapat beroperasi karena kegiatan atau
aktifitas yang dilakukan oleh para karyawan yang ada di dalam organisasi
tersebut. Secara teoritis menurut Mangkunegara (2006:16) mengemukakan
bahwa kinerja dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menentukan kinerja dalam organisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain :
8. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara psikis (rohani) dan fisiknya (jasmani). Dengan
adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu
tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini
merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari untuk mencapai tujuan organisasi.
9. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara
lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang
menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis,
iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier, dan fasilitas kerja yang
relative memadai

Kondisi Yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang Meninggi (skripsi dan tesis)


a) Kondisi Fisik
Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan,
kesehatan yang buruk, atau perubahan yang berasal dari
perkembangan, maka anak akan mengalami emosionalitas
yang meninggi.
i) Kesehatan yang memburuk
ii) Kondisi yang merangsang
iii) Setiap gangguan yang kronis
iv) Perubahan kelenjar
b) Kondisi Psikologis
i) Pelengkapan intelektual yang buruk
ii) Kegagalan mencapai tingkat aspirasi
iii) Kecemasan setelah pengalaman emosonal tertentu yang
sangat kuat
c) Kondisi Lingkungan
i) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan
perselisihan yang terus menerus.
ii) Kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter
iii) Sikap orangtua yang terlalu mencemaskan atau terlalu
melindungi
iv) Suasana otoriter di sekolah (Hurlock, 2009)

Pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut (skripsi dan tesis)


Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut
dalam arti bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini
adalah rasa takut. Yang paling penting diantaranya ialah rasa
malu (shyness), rasa canggung (embrassement), rasa khawatir
(worry), rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan
diterangkan berikut ini :
a) Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh
penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak
dikenal atau tidak sering berjumpa. Dengan bertambahnya
usia, hanya sedikit anak yang menghindarkan diri dari
pengalaman malu yang terjadi. Anak mungkin malu dengan
kehadiran tamu di rumah atau ada guru yang baru. Mereka
juga mungkin akan merasa malu saat orangtua atau teman
sebaya melihat dia menyanyi atau mengikuti drama di
sekolah.
Anak-anak yang lebih tua menunjukan rasa malu dengan
muka memerah, dengan menggagap, dengan berbicara
sesedikit mungkin, dengan tingkah gugup seperti menarik- narik telinga atau baju, dengan menolehkan wajah ke arah
lain, dan kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu
untuk menatap orang lain yang tidak dikenal.
b) Rasa Canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut
terhadap manusia, bukan pada objek atau situasi. Rasa
canggung berbeda dari rasa malu tidak disebabkan karena
adanya orang yang tidak dikenal tetapi lebih disebabkan
oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain terhadap
perilaku atau diri seseorang.
Reaksi paling umum dari rasa canggung adalah muka
memerah, tingkah yang gugup, bicara menggap, dan
penghindaran dari situasi yang semula membangkitkan
emosi.
c) Rasa Khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan
ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan
yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh
rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk
pikiran anak itu sendiri.
Hal-hal yang dikhawatirkan anak sangat dipengaruhi oleh
apa yang bermakna dalam kehidupan mereka pada saat itu.
Kekhawatiran yang paling umum berkisar pada masalah
dirumah, keluarga, hubungan dengan teman sebaya, dan
masalah sekolah. Kekhawatiran tentang sekolah berkisar
pada keterlambatan tiba di sekolah, kegagalan dalam ujian,
mendapat teguran atau hukuman dari guru, menulis
laporan, ketinggalan pelajaran.
d) Rasa Cemas
Rasa cemas adalah keadaan mental yang tidak enak
berkenaan dengan sakit yang mengancam atau tidak
dibayangkan. Meskipun rasa cemas berkembang dari rasa
takut dan khawatir, namun di pelbagai segi berbeda satu
sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar
dibandingkan dengan rasa takut. Rasa cemas tidak
disebabkan oleh situasi yang nyata tetapi tetapi oleh sesuatu
yang dibayangkan.
Rasa cemas seringkali dijumpai pada masa sekolah awal
dan cenderung meningkat dikelas empat dan kelas enam.
Anak-anak merasa cemas tidak bahagia karena merasa tidak
tentram. Mereka mungkin mempermasalahkan diri sendiri
karena mereka bersalah atas ketidakmampuan mereka
memenuhi harapan orangtua, guru, dan teman sebaya, dan
sering merasa kesepian serta disalah mengertikan.

Kebijakan dan praktek manajemen (skripsi dan tesis)


Para manajer yang memberikan lebih banyak umpan balik, autonomi, dan
idenitas tugas pada bawahannya ternyata sangat membantu terciptanya suatu
budaya organisasi yang baik dan berorientasi pada prestasi, dimana karyawan
lebih bertanggung jawab pada sasaran organisasi.
Sedangkan menurut John P. Campell (dalam Hendrawati 2002: 9) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi budaya organisasi:
10. Latihan dan Pengembangan
Yaitu cara meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan karyawan pada masa
sekarang maupun di masa mendatang.
a. Struktur Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian tugas dan tanggung jawab kepada karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan.
11. Imbalan Untuk Karyawan
Pemberian balas jasa yang diberikan kepada karyawan sebagai pengganti atas
pekerjaan yang mereka lakukan.
12. Keamanan Resiko
Suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin
secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada di daerah atau tempat
kerja.
Menurut Kossen (1983: 14) ada delapan faktor yang mempengaruhi
budaya organisasi, yaitu:
a. Kompensasi yang memadai dan wajar.
Kompensasi bagi organisasi perusahaan berarti penghargaan (ganjaran) pada
para pekerja yang telah memberi kontribusi dalam mewujudkan tujuannya
melalui kegiatan yang disebut bekerja. Oleh karena itu, diperlukan kompensasi
yang memadai dan wajar jika organisasi perusahaan menginginkan budaya
yang baik dalam suatu perusahaan.
b. Kondisi kerja yang aman dan sehat.
Di samping menginginkan kompensasi yang memadai dan wajar, para
karyawan dalam bekerja juga menginginkan kondisi yang aman dan sehat.
Kondisi tersebut mencakup masalah pengembangan karyawan, kondisi kerja
yang aman, serikat kerja, tabungan, uang pesangon, jaminan pensiun, asuransi,
sistem penanganan keluhan, dan lain -lain.
c. Kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan
manusia.
Dalam suatu organisasi perusahaan diantaranya terdiri dari sumber daya
manusia yang setiap waktu menginginkan perubahan dalam organisasinya,
karena itu mereka membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan
organisasi yang mereka tempati.
d. Kesempatan untuk pertumbuhan berlanjut dan ketentraman.
Dengan semakin bertumbuhnya suatu organisasi perusahaan maka karyawan
semakin percaya diri dengan perusahaannya tersebut, dari perasaan percaya diri
itu akan berlanjut ketentraman, selanjutnya akan menjadikan budaya yang baik
dalam perusahaan tersebut.
e. Rasa ikut memiliki.
Para karyawan dalam menilai perusahaan dimana ia bekerja diharapkan
mempunyai perasaan ikut memiliki jika menginginkan organisasinya
mengalami kemajuan, dengan begitu para karyawan dapat mencurahkan segala
kemampuannya untuk kepentingan organisasi perusahaan tersebut.
f. Hak-hak karyawan.
Selain mempunyai kewajiban yang harus dikerjakan oleh para karyawan,
manajer juga mempunyai hak-hak yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Jadi
ada hubungan timbal-balik antara karyawan dan organisasi perusahaan tempat
ia bekerja.
g. Ruang kehidupan kerja dan menyeluruh (pengaruh tuntunan pekerjaan pada
kehidupan pribadi).
Karyawan dalam bekerja pasti ada pengaruhnya dalam kehidupan pribadi
mereka, karenanya perusahaan diharapkan memberikan jaminan keamanan dan
memberi ruang gerak yang luas kepada karyawannya.
h. Relevansi sosial dari kehidupan kerja.
Untuk memberikan persepsi yang baik mengenai budaya dalam perusahaan
tempat ia bekerja, para karyawan menginginkan kesesuaian antara pekerjaan
yang dilakukan dengan kehidupan sosial mereka.
Lain halnya dengan Davis (1996: 23), ia menyatakan bahwa ada dua
aspek penting dan budaya organisasi, yaitu tempat kerja itu sendiri dan
perlakuan yang diterima dan manajemen. Karyawan merasakan bahwa budaya
tertentu menyenangkan bila mereka melakukan sesuatu yang berguna yang
memberikan rasa manfaat pribadi.
Menurut Likert dalam Davis, Newstrom, (1996:24) ada bebarapa
indikator dalam budaya organisasi, yaitu meliputi:
1. Kepemimpinan
2. Motivasi
3. Komunikasi
4. Interaksi
5. Pengambilan keputusan
6. Penetapan tujuan
7. Pengendalian
Budaya organisasi perlu tetap konsisten dengan jenis-jenis pelatihan yang
mencoba untuk memupuk perilaku-perilaku yang tidak konsisten dengan
budaya organisasi tidak bakal berhasil. Untuk dapat menciptakan budaya
organisasi yang sehat maka harus didukung oleh dengan faktor-faktor yang ada
dapat direalisasikan pada organisasi, dapat menimbulkan suatu situasi atau
suasana yang dirtimbulkan oleh organisasi, norma, nilai yang berkembang
dalam organisasi dan diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi yang baik adalah sifat lingkungan kerja yang khas dari organisasiitu
dengan yang lainnya. Karena kegitan organisasi di tanggapi baik secara
langsung maupun tidak langsung dintreprestasikan oleh individu. Individu
yang ada di budayanya dan akhirnya akan menentukan bahwa karyawan itu
dapat menentukan pekerjaannya dengan optimal dan berprestasi yang tinggi.
Kebijakan dan administrasi perusahaan penyelia (supervisor) kondisi kerja
antara hubungan pribadi, uang, status dan security dapat dipandang sebagai
faktor-faktor pemilihan. Faktor-faktor ini bukanlah bagian intrinsik dari suatu
pekerjaan tetapi berkaitan dengan kondisi dimana pekerjaan dilaksanakan.
Hezberg mengkaitkan penggunaan istilah budaya bank (hygiene) dalam artian
medis (pencegahan dan environ mental). Hezberg menemukan faktor-faktor
budaya yang baik tidak mengakibatkan pertumbuhan dalam kapasitas keluaran
karyawan, faktor itu hanya mencegah terjadinya kerugian dalam prestasi
karyawan, karena adanya distruksi kerja. Hal ini menyebabkan mengapa
Hezberg menyebut faktor-faktor pemeliharaan (maintenance factors).
Susunan atau budaya organisasi menggambarkan stuktur psikologis dari
organisasi, susunan ini sulit untuk dijelaskan tetapi bisa dirasakan oleh para
anggotanya. Ada organisasi yang penuh kerahasiaan atau misterius dan ada
yang diliputi keterbukaan dan bersifat paternalistic dan ada yang penuh
kecurangan dan ada yang penuh keakraban saling membantu.
Ada tiga hal penting dalam hubungan dengan budaya organisasi yang baik:
a. Bidang persepsi
Budaya organisasi adalah budaya yang dilihat dari para anggota, karyawan atau
pekerja. Jadi selalu budaya yang sebenarnya, misalnya bahwa mereka akan
bertindak sesuai dengan anggapan lain meskipun manajemen melakukan segala
usaha untuk bersikap demokratis atau mementingkan pegawai.
b. Adanya hubungan antara ciri dan kegiatan lain dari organisasi dan budaya.
Ciri yang unik dari organisasi tertentu bersama dengan kegiatan dan perilaku
manajemen, sangat menentukan budaya organisasi dan budaya yang timbul
dalam organisasi merupakan faktor pokok yang menentukan perilaku para
pekerja.
c. Variasi yang membentuk suasana budaya adalah ciri-ciri penentu yang
membedakan lingkungan kerja yang lain.
Kesulitan pokok yang timbul dalam usaha memahami peranan budaya
dalam organisasi adalah ketidakmampuan umum diantara para analisis untuk
mencapai kesepakatan mengenai apa yang sebenarnya membentuk budaya
organisasi tersebut. Jadi walaupun relaltif lebih mudah unsur umum tetapi
masih terdapat perbedaan pendapat yang benar mengenai unsur atau komponen
khusus yang terlibat.

Ciri Khas Penampilan Emosi Anak (skripsi dan tesis)


a) Emosi yang kuat
Anak bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap
situasi yang remeh maupun yang serius. b) Emosi Seringkali Tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi mereka
meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan
emosional seringkali mengakibatkan hukuman, maka
belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
membangkitkan emosi.
c) Emosi Bersifat Sementara
Dengan meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi
lebih menetap.
d) Reaksi Mencerminkan Individualitas
Seorang anak akan lari keluar dari ruangan jika mereka
ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan nangis,
dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi
dibelakang kursi atau dibelakang punggung seseorang.
e) Emosi Berubah Kekuatannya
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi
yang sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi
lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat.
f) Emosi Dapat Diketahui Melalui Gejala Perilaku
Anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional
mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya
secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup
seperti menggigit kuku dan menghisap jempol (Hurlock,
2009).

Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi (skripsi dan tesis)


Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan
bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada
faktor pematangan dan faktor belajar dan tidak bergantung
semata-mata pada salah satunya. Kondisi tersebut antara lain:
a) Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti,
memperhatikan suatu rangsangan, dalam jangka waktu
yang lama, dan memutuskan ketegangan emosi pada satu
objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan menduga
mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-
anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya
tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
b) Peran Belajar
Kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan
emosi pada anak.metode belajar apa saja yang ada dan
bagaimana metode tersebut menunjang perkembangan
emosi anak (Hurlock, 2009)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan (skripsi dan tesis)


Menurut Soetjiningsih ( 2002 ), secara umum terdapat dua
faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan
a. Faktor Genetik
Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetic yang
terkandung di dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas terhadap rangsangan,
umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk
factor genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
1) Factor Lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan
( faktor prenatal ). Faktor prenatal yang berpengaruh antara
lain gizi ibu pada waktu hamil, factor mekanis, toksin atau zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia
embrio.
2) Faktor lingkungan setelah lahir ( postnatal ), dibagi menjadi:
a) Lingkungan biologis
Meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
fungsi metabolisme, dan hormon.
b) Faktor fisik
Meliputi cuaca, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.
c) Faktor psikososial
Meliputi stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman
yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan
kasih sayang, dan kualitas interaksi anak-orang tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat
Meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan
orang tua, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,
stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua, adat istiadat,
agama, urbanisasi, dan kahidupan politik dalam masyarakat
yang mempengaruhi kualitas kepentingan anak dan
anggaran

Ciri-ciri perkembangan secara umum (skripsi dan tesis)


Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susnan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain
perkembangan neuromuskuler, motorik, bicara, emosi, dan social
(Wijaya, 2008). Semua fungsi tersebut berperan penting dalam
kehidupan manusia yang utuh. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2008), ciri-ciri perkembangan anak ada enam, yaitu :
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi secara bersamaan dengan pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi, misal : perkembangan
intelegensia disertai peryumbuhan otak dan serabut saraf.
Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum,
perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya
ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan organ tubuh tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seorang anak tidak akan dapat melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya, contoh: seorang anak
tidak akan berjalan sebelum dia dapat berdiri. Perkembangan awal
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Perkembangan mengikuti pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang
tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah kepala
kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut
sefalokaudal. 2) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal
(gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian-bagian distal seperti
jari-jari yang mempunyai kemampuan gerakan halus. Pola ini
disebut proksimodistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan dilalui seorang anak mengikuti pola yang
teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak dapat terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu membuat lingkaran
sebelum mampu gambar kotak, berdiri sebelum berjalan, dan
sebagainya.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda.
Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal remaja, sedangkan
bagian tubuh yang lain mungkin berkembangan pesat pada masa
lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain

Aspek-aspek perkembangan (skripsi dan tesis)


Menurut Harlimsyah ( 2007 ) perkembangan anak adalah
segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai
aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif, dan
psikososial.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan
fungsi dari organisme (Soetjiningsih, 2002). Perkembangan fisik
berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik yakni
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak (Harlimsyah, 2007 ).
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik
kasar adalah pergerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri misalnya menendang, berlari, naik
turun tangga. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih misalnya
mencorat-coret, menyusun balok, menulis ( Harlimsyah, 2007 ).
b. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berhubungan dengan kemampuan
perasaan yang tertanam sejak awal misalnya orang tua harus bisa
memberikan kehangatan sehingga anak akan merasa nyaman
dimana anak akan belajar dari lingkungannya. Pada orang tua yang
tidak pernah memberikan kehangatan pada anak akan
mempengaruhi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang
berakibat anak bisa merasa takut mencoba, malu bertemu dengan
orang lain ( Harlimsyah, 2007 ).
c. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses
menerima, mengolah, sampai memahami info yang diterima.
Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan
masalah, serta kemampuan berfikir logis. Kemampuan ini
berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai
memahami kata. Hambatan bidang kognitif bisa dilihat dari
seberapa cepat atau lambat anak menangkap informasi yang
diberikan, seberapa sulit anak mengungkapkan pikiran.
(Harlimsyah, 2007 ).
d. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, setiap tahap memiliki krisis personal yang
melibatkan konflik utama yang krisis pada saat itu. Perkembangan
ego sangat dipengaruhi oleh pengaruh sosial, kultural, dan
kesuksesan dari setiap krisis melibatkan perkembangan dari
kebaikan yang khusus. Kesuksesan penguasaan pada setiap konflik
dibangun pada keberhasilan konflik sebelumnya. Teori ini
menunjukkan pentingnya hereditas dan lingkungan yang memiliki
dasar epigenetic. Perkembangan ditentukan oleh prinsip genetik
dan berlangsung terus menerus sepanjang tahap usia (Harlimsyah,
2007 ).

Pengertian Perkembangan (skripsi dan tesis)


Perkembangan berkaitan dengan mengapa dan bagaimana
individu berkembang dan membesarkan, menyesuaikan diri kepada
sekitar dan berubah melalui peredaran masa. Beliau juga berpendat
individu akan mengalami perkembangan sepanjang hayat, yaitu
perkembangan dari segi fisikal, personaliti, sosio emosional dan
kognitif serta bahasa (Slavin, 1997). Psikologi Perkembangan adalah cabang dari psikologi yang
mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara
ontogenik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri , baik perubahan dalam
struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang
rentang hidupnya (life span), yang biasanya dimulai sejak konsepsi
hingga menjelang mati.(Desmita ,2007 )
Kesimpulannya perkembangan adalah perubahan yang dialami
individu secara kualitatif dan tidak dapat diukur namun terlihat jelas
perubahan yang terjad

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)


Menurut Richard M. Steers (dalam Sumantono, 2001: 28 ) ada empat
perangkat faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi, yaitu:
a. Struktur organisasi
Bukti-bukti yang ada bahwa makin tinggi penstrukturan suatu organisasi,
lingkungannya akan terasa penuh ancaman.
b. Ukuran (besarnya) dan posisi kerja seseorang dalam organisasi.
c. Organisasi yang kecil selalu mempunyai budaya yang terbuka, saling
mempercayai dan saling bergantungan. Sedangkan organisasi yang besar
dianggap sebaliknya.
d. Teknologi kerja
Teknologi cenderung menciptakan budaya yang berorientasi pada peraturan
dengan tingkat kepercayaan dan kreativitas rendah. Teknologi yang lebih
dinamis atau berubah-ubah sebaliknya akan menjurus pada komunikasi yang
lebih terbuka, kepercayaan, kreatifitas, dan penerimaan tanggung jawab pribadi
untuk penyelesaian tugas.
e. Kebijakan dan praktek kerja
Para manajer yang memberikan lebih banyak umpan balik, otonomi, dan
identitas tugas pada bawahannya ternyata sangat membantu terciptanya budaya
yang berorientasi pada prestasi, dimana para pekerja merasa lebih bertanggung
jawab atas pencapaian sasaran organisasi dan kelompok.
Menurut Rasimin (dalam Legowo, 1998: 18) mengemukakan bahwa
dalam usaha menciptakan suatu budaya organisasi yang baik dan sehat,
terdapat sejumlah faktor yang besar pengaruhnya bagi usaha pencapaian ini.
Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
8. Struktur organisasi
Semakin besar otonomi serta kebebasan yang dimiliki karyawan, akan semakin
banyak perhatian manajemen terhadap karyawan dan semakin besar
kesempatan yang diberikan oleh manajemen untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan. Dengan demikian, budaya organisasi akan semakin
baik. Ukuran besar kecilnya organisasi akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap tingkat kualitas budaya organisasi. Organisasi yang kecil biasanya
lebih terbuka, hubungan antar anggota lebih dekat dan tergantung, sedangkan
pada organisasi yang besar adalah sebaliknya

Proses Sosialisasi dalam Lingkungan Keluarga (skripsi dan tesis)


Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam mengadakan
sosialisasi. Proses sosialisasi adalah belajar untuk bertingkah laku sesuai
dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat. Dalam
proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, polapola
nilai dan tingkah laku dari orang tua, anggota keluarga lain dan
masyarakat luas dimana individu berkembang sesuai dengan tingkah laku
dan perkembangannya.
Adanya proses sosialisasi inilah yang membuat individu menjadi
pribadi makhluk sosial dan proses yang menyangkut orang tua inilah
yang mengajarkan pada anaknya tentang:
1) Penguasaan diri, adalah proses mengajar anak untuk menguasai diri
dimulai orang melatih anak untuk memelihara kebersihannya. Ini
merupakan tuntutan sosial yang dialami oleh anak dalam melatih
penguasaan diri yang akan berkembang dari sifat fisik sampai yang
bersifat emosional, seperti anak dapat menahan rasa marahnya pada
orang tua dan saudaranya.
2) Nilai-nilai sosial, agar anak dapat memberikan pertolongan dan
melakukan kerja sama
3) Peranan sosial, melalui interaksi dalam keluarga terutama pada orang
tua dan keluarga lainnya serta orang lain (Vembrianto, dalam Lathifa,
2001: 24).

Dimensi-Dimensi Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)


Dimensi budaya organisasi dapat dilihat dari sudut pandang makro
organisasi, juga dapat dilihat dari sudut pandang mikro individual, dilihat dari
sudut pandang makro, terdapat empat set dimensi budaya organisasi, yaitu :
a. Power Distance
Jarak kekuasaan atau ketimpangan kekuasaan didaam masyarakat organisasi
besar maupun kecil.
b. Uncertainly Avoidance
Menerima atau menolak ketidakpastian dalam organisasi.
c. Individualism
Individual atau kolektif dalam hal berperilaku dalam lingkungan organisasi.
d. Masculinity
Maskulin atau feminim dalam hal keseragaman kostum maupun kemampuan
yang dimiliki setiap anggota organisasi.

Peranan dan Fungsi Keluarga (skripsi dan tesis)


Keluarga sebagai lingkungan pertama yang dikenal memegang
peranan penting dalam menentukan kehidupan individu di kemudian hari.
Dalam keluarga inilah pendidikan dan norma-norma diberikan pada anak.
Keluarga memberikan motif-motif yang berguna untuk berkembang dan
berfungsi baik dalam kehidupan bersama. Secara keseluruhan, rumah
merupakan tempat belajar bagi ketrampilan sosial. Jika anak mempunyai
hubungan sosial yang memuaskan dengan anggota keluarga lainnya,
mereka dapat menikmati sepenuhnya hubungan sosial dengan orang luar
rumah, mengembangkan sikap sehat terhadap orang lain dan belajar
berfungsi sukses dengan kelompok sebaya dan dapat berinteraksi dengan
orang lain dalam lingkungan (Purwaningsing dalam Lathifa 2001: 21-22).
Peranan keluarga tidak lepas dari fungsi dan tugas itu sendiri,
namun juga berperan dalam menciptakan persahabatan, kecintaan, rasa
aman, hubungan antar pribadi yang bersifat kekeluargaan. Semua itu
merupakan dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian dan tingkah laku
sosial anak, karena keluarga adalah tempat anak mendapatkan
kesempatan berpartisipasi dalam interaksi setiap anggota keluarga dalam
kelompok keluarga dan juga dengan keluarga lain di lingkungannya.
Simandjuntak (1975), mengatakan jika kita menelaah peranan
keluarga, maka keluarga dapat dikatakan sebagai berikut:
1) Keluarga sebagai milleu yang pertama, dimana dijumpai anak-anak
pada manusia sejak lahir ialah keluarga, dalam pembentukan
mentalnya peranan keluarga sangat besar dan peran ditetapkan secara
kontinyu.
2) Keluarga sebagai pusat ketenangan hidup. Dalam mempertahankan
hidupnya, seorang anak sangat membutuhkan ketenangan dalam
keluarga.
3) Keluarga sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Menyangkut
penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama,
budaya dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi
anak.
4) Keluarga sebagai pusat agama. Kesadaran beragama diperoleh anakanak
dalam keluarga, dengan bimbingan keluarga, anak akan
mengenal surga dan neraka.
Sedangkan fungsi dasar dari keluarga adalah memberikan rasa
memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan baik
di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak
 sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa
tanggung jawab, perhatian serta pemahaman (Yusuf, 2006 : 38).
Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga sosial yang
bersumber kasih sayang, pendidikan, keagamaan, perlindungan, tanggung
jawab, kedisiplinan dan kesopanan yang dilakukan keluarga terhadap
anggota-anggotanya

Pengertian Keluarga (skripsi dan tesis)


Menurut Ahmadi (1982 : 35), keluarga adalah wadah yang sangat
penting diantara individu dan grup dan merupakan kelompok sosial yang
pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Sedangkan dalam
pengertian sehari-hari, keluarga adalah suatu kelompok orang yang terdiri
dari ayah, ibu, anak dan seterusnya yang ada hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
Jadi, keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap anak-anak
karena keluarga adalah tempat tinggal yang lebih lama dibanding tempat
lainya seperti sekolah. Oleh karena itu, peranan keluarga sangat
menentukan dalam menyatukan pribadi anak, sebab anak masih seperti
kertas kosong maka bila dibiasakan dan dididik dengan baik hasilnya pun
akan baik dan mempuanyai hidup yang baik

Tingkatan Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)


Dalam mempelajari Budaya Organisasi ada beberapa tingkatan budaya
organisasi, dari yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampa pada yang
tersembunyi (dasar). Apabila disusun dalam dalam sebuah skema bertingkat
,topik studi tingkatan budaya tersusun dari puncak sebagai berikut : Artefack –
prespektif – nilai – asumsi. Tingkatan budaya organisasi tersebut diungkapkan
oleh Edgar H. Schein, seperti diungkapkan oleh Chandra (1995:76) yaitu :
a. Artefact
Artefact merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefact lisan, perilaku
dan fisik adalah manifestasi nyata dari budaya organisasi.
b. Perspektif
Prespektif adalah atuan-aturan atau norma yang dapat diaplikasikan dalam
konteks tertentu.
c. Nilai
Nilai adalah dasar titik kerangka evaluasi yang dipergunakan anggota untuk
menilai organisasi perbuatan situasi dan hal-hal ini yang ada dalam organisasi.
d. Asumsi
Asumsi adalah keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka
sendiri, tentang orang lain serta, tentang hubungan mereka dengan orang lain
dan juga tentang hakekat organisasi mereka. Asumsi ini sering kali tidak
disadari dan terletak lebih dalam dari pada artefact, perspektif dan nilai.

Konsep Dasar Terbentuknya Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)


Budaya organisasi yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang
dianut kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas oleh anggota
organisasi. Pembentukan budaya organisasi oleh pendiri nya didasarkan pada
visi dan misi tentang bagaimana bentuk organisasi tersebut seharusnya,
terutama para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang
penting dalam pembentukan awal budaya organisasi. Budaya organisasi
merupakan hasil dari interaksi antara :
a. Bias dan asumsi para pendirinya ( Perilaku para pendiri yang dijadikan
sebagai model peran dan menjadi determinan utama keberhasilan )
b. Apa yang dipelajari oleh para anggota pertama organisasi yang dipekerjakan
oleh para pendiri dari pengalaman meraka sendiri.
Penyebarluasan budaya organisasi selain melalui interaksi juga melalui
cerita,ritual,simbol material dan bahasa. Setelah budaya terbentuk, maka
budaya organisasi tersebut harus menetapkan proses seleki, sosialisasi
organisasi, dan tindakan manajemen puncak dalam usaha mempertahankan
budaya organisasinya. Tindakan manajemen puncak dewasa ini menentukan
iklim umum perilaku yang mempengaruhi perilaku organisasi tersebut.
Sosialisasi budaya kepada karyawan harus tepat agar tingkat kesuksesan yang
dicapai dapat maksimal dan dapat mensepahamkan nilai-nilai karyawan baru
dengan nilai-nilai organisasi baik dalam proses seleksi maupun pada preferensi
manajemen puncak.

Fungsi Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)


Selain memberikan identitas pada karyawan, budaya dapat memberikan
komitmen pada setiap anggota yang ada di dalamnya. Budaya juga memiliki
mekanisme kontrol yang memberikan bimbingan bagi karyawan untuk
mengikuti apa yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan adanya mekanisme kontrol, diharapkan budaya telah membantu menciptakan rasa memiliki  organisasi, menciptakan rasa memiliki organisasi, menciptakan jati diri organisasi, menciptakan jati diri organisasi, maupun menciptakan keterikatan organisasi yang ada di dalamnya.
Fungsi budaya organisasi, menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki
dalam Wibowo, (2001 : 73) adalah :
1. Memberi anggota identitas organisasional, menjadikan perusahaan diakui
sebagai perusahaan yang inovatif dengan mengembangkan produk baru.
2. Memfasilitasi komitmen kolektif, perusahaan mampu membuat pekerjanya
bangga menjadi bagian dari padanya.
3. Meningkatkan stabilitas sistem sosial, sehingga mencerminkan bahwa
lingkungan kerja dirasa positif dan diperkuat, konflik dan perubahan dapat
dikelola secara efektif.
4. Membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas
lingkungannya.
Selain itu menurut pandangan Stephen P. Robinns dalam Wibowo (2001 : 528)
adalah :
1. Mempunyai boundrary – defining roles, yaitu menciptakan perbedaan
antara organisasi yang satu dengan yang lain.
2. Menyampaikan rasa identitas untuk anggota organisasi
3. Budaya memfasilitasi komitmen pada sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individual.
4. Meningkatkan stabilitas sistem sosial. Budaya adalah perekat sosial yang
membantu menghimpun organisasi bersama dengan memberikan standar yang
cocok atas apa yang dikatan dan dilakukan pekerja.
5. Budaya melayani sebagai sense-making dan mekanisme kontrol yang
membimbing dan membentuk sikap dan perilaku pekerja.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya
organisasi adalah :
1. Menunjukkan identitas
2. Menunjukkan batasan peran yang jelas.
3. Menunjukkan komitmen kolektif.
4. Membangun stabiltas sistem sosial.
5. Membangun pikiran sehat dan masuk akal.
6. Memperjelas standar perilaku.

Ciri-ciri Masa Remaja (skripsi dan tesis)


Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat dibanding
dengan masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam Desmita (2008 : 190)
dijelaskan bahwa pertumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi 2
tahun lebih awal dari anak laki-laki. Maka untuk mengimbangi
pertumbuhan yang cepat ini, remaja membutuhkan makan dan tidur yang
banyak. Perkembangan fisik dalam proporsi tubuh selama masa remaja,
juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, dimana wajah anak-anak
mulai menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi
luas, mulut melebar dan bibir menjadi lenih penuh.
b. Perkembangan seksual
Perkembangan seksual kadang-kadang menimbulkan masalah dan
menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada remaja laki-laki diantaranya
sperma mulai bereproduksi, ia mengalami masa mimpi pertama yang
tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada remaja perempuan,
bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena sudah mendapatkan menstruasi
yang pertama.
c. Perkembangan kognitif
Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan hipotesis. Pada
masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau
mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Di samping itu, pada tahap ini
remaja juga sudah mampu berpikir sistematik, mampu memikirkan
semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan permasalan
(Desmita, 2008 : 195).
d. Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, masa remaja masuk pada tahap pencarian identitas dan
kebingungan peran karena masa remaja remaja merupakan masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Selama masa ini, remaja mulai
menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti kesukaan dan
ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai di masa
mendatang, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri.
e. Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil. Hurlock (Desmita, 2008 : 212)
menjelaskan adapaun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki
dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan
diri untuk menghadapi keadaa-keadaan itu.
f. Hubungan dengan orang tua
Remaja meluangkan waktunya lebih sedikit dengan keluarga dan
meluangkan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan dunia luar
yang lebih luas, maka remaja berhadapan dengan bermacam-macam
nilai-nilai dan ide-ide. Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif
selama masa remaja, perbedaan ide-ide yang dihadapi sering
mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai dan
pelajaran-pelajaran yang berasal dari orang tua. Akibatnya, tak sedikit
remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan-pandangan
orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri (Desmita, 2008 :
217-218).
g. Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting
dalam kehidupan remaja. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam
Desmita, 2008 220) menekankan bahwa melalui hubungan teman sebaya
anak dan remaja belajar tentang hubungan timbak balik secara simetris.
Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui
peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Mereka juga mempelajari
secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam
rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang
berkelanjutan

Budaya organisasi (skripsi dan tesis)


Budaya organisasi merupakan acuan yang ada dalam suatu organisasi,
karena budaya organisasi sering disebut budaya kerja yang mana berhubungan dengan kinerja karyawan. Budaya perusahaan (corporate learning) memang sulit didefinisikan secara tegas dan sulit diukur, namun hal ini dapat dirasakan oleh anggota atau karyawan yang berada didalamnya.
Budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu, karena mempelejari dan
menguasai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik, untuk dipertimbangkan secara layak, dan karena itu diajarkan pada anggota baru, sebagai cara yang dipersepsikan, berfikir, dan
dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebut (Edgar
schein dalam wibowo, 2010 : 15).
Mangkunegara (2008 : 113), menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai – nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yag dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota – anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan adaptasi internal.
Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat
nilai – nilai atau norma – norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut
bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku
dalam menyelesakan masalah – masalah organisasi (perusahaan). Dalam
budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai – nilai dan menginternalisasi dalam
diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam organisasi. Dengan
demikian budaya organisasi merupakan jiwa para anggota organisasi (Kilman
dkk, 1998)
Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan - tujuan perusahaan,
sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau bertentangan dengan
tujuan – tujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan yang budaya
organisasinya kuat, nilai – nilai bersama dipahami secara mendalam, dianut,
dan diperjuangkan oleh sebagian besar oleh para anggota organisasi (karyawan perusahaan). Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektifitas kinerja perusahaan sebagaimana dinyatakan oleh Deal & Kennedy (1982) Miner (1990), Robinns (1990).
Berdasarkan uraiana diatas maka dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi merupakan nilai – nilai yang harus dipahami oleh setiap karyawan
yang ada pada perusahaan, karena budaya organisasi merupakan suatu alat
adaptasi antara karyawan baru dengan karyawan lama yang mempunyai misi
dan visi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pengertian Remaja (skripsi dan tesis)


Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah yang ada karena adanya
perubahan fisik, psikis dan sosial. Masa peralihan itu banyak menimbulkan
kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan remaja merasa bukan kanak-kanak
lagi tetapi juga belum dewasa dan remaja ingin diperlukan sebagai orang
dewasa (Dariyo, 2004 : 13).
Sedangkan menurut Piaget (dalam Ali dan Asrori, 2009 : 9),
remaja didefinisikan sebagai usia ketika individu secara psikologis
berinteraksi dengan masyarakat dewasa. Pada masa remaja, anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada pada
tingkat yang sama. Antara lain dalam masalah hak dan berintegrasi dalam
masyarakat, termasuk perubahan intelektual yang mencolok dan
perpindahan transformasi intelektual yang khas.
Monks (2004 : 259) mengatakan bahwa remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas. Remaja tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada
diantara anak dan orang dewa. Remaja masih belum mampu menguasai
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Sedangkan menurut Santrock (2002),
remaja merupakan suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual
terjadi secara pesat, terutama pada awal masa remaja. Masa remaja terjadi
secara berangsur-angsur tidak dapat ditentukan secara tepat kapan
permulaan dan akhirnya, tidak ada tanda tunggal yang menandai. Bagi anak
laki-laki ditandai tumbuhnya kumis dan remaja perempuan ditandai
melebarnya pinggul. Hal ini dikarenakan pada masa ini hormon-hormon
tertentu maningkat secara drastis. Pada laki-laki hormon tertosteron yaitu
hormon yang berkaitan dengan perkembangan alat kelamin, pertambahan
tinggi dan perubahan suara. Sedangkan pada perempuan, hormon estradiol
yaitu hormon yang berkaitan dengan perkembangan buah dada, rahim dan
kerangka pada anak perempuan.
Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan individu yang telah
mengalami kematangan secara fisik dimana keadaan tubuh pada umumnya
sudah memperoleh bentuk yang sempurnya yaitu berkisar pada usia 13-18
tahun.

Dampak Kematangan Sosial (skripsi dan tesis)


Hurlock (dalam Wibowo, 2007 : 21-23) menyampaikan tentang
dampak dari kematangan sosial, yaitu:
a. Dampak Positif
Remaja yang memiliki kematangan sosial itu memiliki banyak
manfaat pada dirinya sendiri maupun orang lain, antara lain selalu
memandang diri sendiri dengan lebih positif. Selain itu, individu juga
dapat bersosialisasi dengan baik berkenaan dengan pelaksanaan tugastugas
perkembangan yang diharapkan secara sosial, umunya remaja mulai
mengembangkan ketrampilan baru. Selalu merasa senang dan aman dalam
menjalani hidup, memiliki konsep diri positif dan dapat menyesuaikan
dengan harapan kelompok.
Remaja yang lebih matang memahami diri mereka dengan lebih
positif dan lebih berhasil menjalani reaksi dengan teman-teman sebaya.
Remaja yang telah secara sosial, akan dapat melaksanakan salah satu tugas
perkembangan pada usianya, antara lain mengembangkan ketrampilanketrampilan
baru. Ketrampilan baru ini adalah langkah untuk memasuki
dunia dewasanya untuk menghadapi tuntutan hidup dan pergaulannya
nanti.
b. Dampak Negatif
Dampak negatif dari kematangan sosial yang cepat dapat
meningkatkan kerentaan pada remaja perempuan dengan adanya beberapa
masalah. Remaja perempuan yang matang lebih awal akan cenderung
mengalami depresi, memiliki gangguan makan, menuntut kemandirian
lebih awal dan memiliki prestasi akademis dan pekerjaan yang lebih
rendah pada masa dewasanya nanti.
Secara umum kematangan yang cepat pada remaja dapat
menyebabkan perbedaan antara peranan-peranan yang diharapkan
masyarakan dengan kemampuan yang dimiliki remaja. Harapan-harapan
yang dituntut oleh masyarakat tentang peranan-peranan remaja dalam
pekerjaan sangat bertentangan dengan keinginan dan kecakapan remaja.
Hal ini membawa ketegangan dalam diri remaja, yang mana hal ini dapat
menyebabkan stressor bagi remaja itu sendiri.

Faktor yang mempengaruhi Kematangan Sosial (skripsi dan tesis)


Sikap dan tingkah laku seseorang sehari-hari yaitu dalam pergaulan
dengan orang lain, partisipasi sosial yang merupakan salah satu ciri dari
kematangan sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain
(dalam Lathifa, 2001: 10-11):
a. Faktor Intern. Merupakan faktor bawaan yang mencakup semua hal
yang diperoleh sejak lahir misalnya bentuk fisik, bakat, intelegensi,
kepribadian. Dengan intelegensinya, orang menyesuaikan diri dengan
lingkungan, sesuai dengan pendapat Binet yang mengatakan bahwa
fungsi intelegensi adalah untuk memberi kemampuan untuk
mengajakkan penyesuaian dengan maksud dan tujuan, semakin tinggi
taraf intelegensi sesorang maka ia semakin dapat menyesuaikan caracaranya
untuk mencapai tujuannya. Menurut Mortimer menyatakan
bahwa orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan cenderung
mempunyai penyesuaian atau kematangan sosial baik.
b. Faktor Eksteren. Merupakan faktor yang berasal dari dalam dan di luar
lingkungan rumah, yang keduanya saling mempengaruhi. Misalnya,
pengaruh keluarga yang merupakan faktor sosial yang pertama dalam
kehidupan individu untuk menyatakan diri sebagai manusia sosial yang
melakukan interaksi dengan keluarga. Pengalaman dalam berinteraksi
dengan keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya
terhadap orang lain.

Ciri-ciri Kematangan Sosial (skripsi dan tesis)


Proses kematangan sosial ditandai oleh kematangan-kematangan
potensi dari organism, baik fisik maupun psikis untuk terus maju menuju
pemekaran atau perkembangan secara maksimal. Oleh karena itu prestasi
dari penggunaan dan pengendalian ketrampilan atau fungsi tergantung pada
derajat kematangan, sebab kematangan ini mempengaruhi kualitas hasil
belajar (Kartono, 1990). Kematangan sosial akan menimbulkan kesiapan
pada diri untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya untuk dapat benarbenar
bersosialisasi dengan baik.
Menurut Hurlock (1990), adapun ciri-ciri tertentu yang menandai
adanya kematangan sosial, yaitu:
a. Kemandirian
Menurut Hurlock, pada umumnya seseorang ingin mandiri setelah
perkembangan mereka memungkinkan untuk belajar mandiri. Pada
kematangan sosial seorang remaja akan melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang lain, terutama dari orang tuanya. Keinginan
untuk mandiri tersebut timbul dengan sendirinya karena diakibatkan oleh
pergaulan yang semakin luas. Kemandirian pada anak dapat dilihat dari
berkurangnya keinginan untuk mendapatkan bantuan dan perlindungan.
b. Partisipasi Sosial
Pengalaman sosial awal mempengaruhi tingkat partisipasi sosial seorang
remaja, yang selanjutnya ia akan memperhalus perilaku sosialnya dan
mempelajari pola perilaku yang lebih dapat diterima oleh kelompok
teman-temannya. Remaja mulai mengambil bagian dari lingkungan
sosialnya. Adanya partisipasi sosial juga dapat dilihat dengan adanya
tingkah laku penyesuaian remaja terhadap situasi baru dan tidak
canggung dengan kehadiran orang lain. Semakin baik partisipasi sosial
yang ditunjukkan oleh remaja maka akan semakin mempermudah anak
diterima dalam suatu kelompok sosial.
c. Pengontrol Emosi
Pengendalian diri ditandai dengan kemampuan anak untuk
mengendalikan perasaannya, disamping itu anak mulai dapat menilai
dirinya berdasarkan pandangan orang lain dan dapat mengerti perasaan
orang lain. Dengan berusaha sekuat-kuatnya untuk mengendalikan atau
mengarahkan pengaruh terhadap sesuatu, maka konsep ilmiah tentang
pengendalian emosi berarti mengarahkan energi ke sasaran ekspresi yang
tampak, juga mengarahkan energi yang ditimbulkan oleh tubuh mereka
agar menjadi persiapan untuk menuju kearah perilaku yang bermanfaat
dan dapat diterima secara sosial. Tercapainya pengendalian emosi sangat
penting jika menginginkan remaja berkembang secara normal. Semakin
dini seseorang belajar mengendalikan emosi semakin mudah pula bagi
mereka untuk mengendalikan emosi.
d. Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompoknya pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan dengan
baik mempelajari berbagai ketrampilan sosial, seperti kemampuan untuk
menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman
maupun orang yang belum dikenal sehingga sikap orang lain terhadap
mereka menyenangkan.
Sedangkan menurut Anderson (dalam Mappiare, 1983 : 17) ciri-ciri
kematangan sosial adalah:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego semata.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien.
c. Memiliki keobjektifan.
d. Mampu mengendalikan perasaan pribadi.
e. Memiliki tanggung jawab terhadap usaha-usaha pribadi.
f. Menyesuaikan yang realistis terhadap situasi-situasi baru.

Pengertian Kematangan Sosial (skripsi dan tesis)


Setiap individu yang mencapai usia dewasa biasanya akan
berusaha mencapai tingkat kematangan, karena orang yang telah dewasa
memiliki pertumbuhan dan perkembangan sehingga memiliki ciri tertentu
dalam kematangan. Menurut Monks (1999 : 2) kematangan didefinisikan
sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
tertentu dan kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi
sebagai hasil pertumbuhan. Sedangkan menurut Desmita (2008 : 7),
kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir,
timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Kematangan menurut Gunarsa hasil
dari percobaan Gessel dan Tompson (dalam Gunarsa : 36) adalah syarat
mutlak dalam perkembangan-perkembangan aktivitas dasar dan bukan hal
belajar atau proses belajar.
Terdapat beberapa definisi tentang kematangan sosial yang
diantaranya menyatakan bahwa kematangan sosial merupakan puncak dari
perkembangan sosial yang dialami seseorang, adanya kematangan sosial
menunjukkan bahwa individu sudah siap atau mampu melakukan sesuatu
atau menerima stimulus atau rangsangan tertentu dengan tingkat
kematangannya. Proses kematangan sosial tersebut ditandai oleh
kematangan potensi-potensi dari organism, baik secara fisik maupun psikis
untuk terus maju menuju perkembangan secara maksimal. Maka prestasi
dari penggunaan dan pengendalian ketrampilan atau fungsi itu tergantung
pada derajat kematangan tadi, sebab kematangan ini mempengaruhi kualitas
belajar anak.
Menurut Chaplin (1985 : 433), kematangan sosial merupakan suatu
perkembangan seseorang mengenai ketrampilan, adat kebiasaan yang khas
dari kelompok.
Hurlock (1990 : 6) menyatakan bahwa seseorang memperlihatkan
kematangan sosialnya dengan menerima orang lain, sebagaimana adanya
tidak mengecam atau mencoba mengubah mereka sesuai dengan konsep
dirinya sendiri. Kematangan sosialnya juga ditunjukkan dalam wawasan
sosialnya yang memungkinkan seseorang menilai dan menyesuaikan diri
dengan cepat terhadap orang yang berbeda dalam berbagai situasi sosial.
Menurut Doll (dalam Hartanti, 2010 : 14) menyatakan kematangan
seseorang itu terlihat dalam perilakunya. Perilaku-perilaku tersebut
menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri dan
partisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang akhirnya mengarah pada
kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa.
Sedangkan menurut Karyono (dalam Lathifa, 2001: 9) yang
dimaksud dengan kematangan sosial adalah perkembangan kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas sosial yang sesuai dengan tingkat
usianya sehingga relatif individu tersebut mendapatkan aktivitas yang
progresif dan mandiri.
Seorang anak sudah mencapai kematangan sosial, bila ia sudah
menunjukkan tingkah laku sosial yang sesuai dengan taraf perkembangan
sosialnya. Adanya kematangan sosial akan menimbulkan kesiapan pada diri
anak untuk menggambarkan tingkah laku sosialnya agar benar-benar dapat
bersosialisasi dengan baik. Kematangan sosial berhubungan dengan masa
peka dimana pada masa ini individu mampu melakukan tingkah laku sosial
tertentu dan dapat menerima rangsang atau stimulus tertentu dari lingkungan
sosialnya.
Berdasarkan uraian teori diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa kematangan sosial adalah kesiapan untuk bergabung dengan
lingkungan sosial yang ada di sekitarnya dengan didukung oleh ketrampilanketrampilan
dan kebiasaan-kebiasaan individu yang menjadi ciri khas
kelompoknya, serta kemampuan dalam memelihara diri sendiri dan mampu
berpartisipasi dalam aktifitas kelompok tersebut.

Visa (skripsi dan tesis)


Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa tinggal terbatas
atau orang asing yang diberikan alih status dari izin tinggal kunjungan, yang
meliputi :
1. Orang asing dalam rangka penanaman modal;
2. Bekerja sebagai tenaga ahli;
3. Melakukan tugas sebagai rohaniawan;
4. Mengikuti pendidikan dan pelatihan;
5. Mengadakan penelitian ilmiah;
6. Menggabungkan diri dengan suami atau istri pemegang izin tinggal
terbatas;
7. Menggabungkan diri dengan ayah dan/atau ibu bagi anak
berkewarganegaraan asing yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayah dan/atau ibu warga negara Indonesia;
8. Menggabungkan diri dengan ayah dan/atau ibu pemegang izin tinggal
terbatas atau izin tinggal tetap bagi anak yang berusia di bawah 18
(delapan belas) tahun dan belum kawin;
9. Orang asing eks warga negara Indonesia; dan
10. Wisatawan lanjut usia mancanegara.
Setiap prosedur permohonan visa merupakan wewenang masing-masing
negara dalam tertib administrasi dan kebijakan keamanaan terhadap orang asing yang berkunjung ke negaranya. Orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia yang dikecualikan tidak harus memiliki visa diantaranya warga negara asing dari negara-negara yang berdasarkan Keputusan Presiden tidak diwajibkan untuk memiliki visa (Sihombing, 2009). Dalam hal prosedur permohonan visa ini akan
diproses dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh masing-masing negara. Visa yang telah diberikan kepada pemohon juga harus dipergunakan sebelum batas berlakunya habis. Pemberian visa kepada orang asing ini juga telah di kategorikan berdasarkan tujuan dan jangka waktu pemohon visa.

Sistem Penunjang Keputusan (skripsi dan tesis)

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS)
merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan
dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambil
keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur
dimana tidak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya
dibuat (Kusrini, 2007). Karakteristik dari sistem pendukung keputusan
(Noviansyah, 2014), yaitu :
1. Mendukung proses pengambilan keputusan suatu organisasi atau
perusahaan.
2. Adanya interface manusia/mesin dimana manusia (user) tetap
memegang kontrol proses pengambilan keputusan.
3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah
terstruktur, semi terstruktur serta mendukung beberapa keputusan yang
saling berinteraksi.
4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan
keputusan.
5. Memliki subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi sebagai kesatuan sistem.
6. Memiliki dua komponen utama yaitu data dan model.

Hubungan Ibu antara Remaja Laki-laki dan Perempuan (skripsi dan tesis)


Bagi kebanyakan ibu merupakan sebuah kepuasan ketika dirinya mampu
berelasi dengan anak laki-lakinya (Kartono, 2007). Kartono juga mengungkapkan,
relasi ibu-anak laki-laki merupakan bentuk relasi yang paling komplit-lengkap
dari semua bentuk relasi kemanusiaan lainnya yaitu diliputi rasa kasih sayang
murni, dan kalis dari emosi-emosi yang ambivalen. Relasi dengan anak laki-laki
tersebut seperti mengembalikan kompleks–kompleks maskulinitas dan memberi
harapan bahwa kelak dikemudian hari anak laki-laki bisa melaksanakan segala
ambisi yang kini belum tercapai atau bisa melanjutkan cita-cita ibu yang terpaksa
harus ditinggalkan karena berumah tangga.
Selama masa transisi hingga masa remaja, orangtua membiarkan anak lakilaki untuk bersikap lebih mandiri dibandingkan anak perempuan. Kekhawatiran
orangtua terhadap kerentanan anak perempuan khususnya dalam hal seksualitas
dapat mengakibatkan orangtua lebih menjaga perilaku dan memastikan mereka
berada dalam pengawasaan (Santrock, 2007). Hurlock (1998) menambahkan
dibanding dengan ayah, ibu lebih cenderung membatasi anak perempuan mereka
dibanding anak laki-laki.
Pada remaja perempuan seorang ibu terkadang akan teringat dengan
pengalaman-pengalamannya dimasa mudanya. Selanjutnya secara sadar maupun
tidak, ibu berusaha agar pengalamannya (cenderung negatif seperti nasib malang
atau tragis) tidak terulang lagi pada anak remaja putrinya. Ditemukan dalam
kenyataannya sehari-hari, sering kali peringatan-peringatan dan larangan-larangan
ibu justru lebih keras merangsang timbulnya protes dan rasa pemberontakan pada
remaja putri, sehingga kemudian sengaja untuk menentang dan menyinggung
bahaya seperti yang digambarkan atau dilarang oleh ibunya (Kartono, 2007).
Berkaitan dengan hal ini, ibu selalu berusaha untuk menguasai putrinya. Dengan
dalih kasih sayang, ibu senantiasa memaksa anaknya untuk melaporkan segala
pengalaman hidupnya. Ibu menuntut agar anaknya mau memperkenalkan semua
sahabat-sahabat dan kenalan kepada ibunya

Hubungan Ibu dan Remaja (skripsi dan tesis)


Hybels dan Weaver (dalam Noh & Yusoff, 2011) menyatakan bahwa remaja
lebih kerap berkomunikasi dengan ibu dibanding ayah karena mereka melihat ibu
lebih berminat untuk berbagi masalah, bersikap lebih terbuka dan memahami serta
lebih pengertian. Martlin (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa ibu oleh
sebagian orang dikaitkan dengan sejumlah kualitas positif, seperti hangat, tidak
mementingkan diri sendiri, bertanggung jawab dan toleran. Menurut Putri dan Himam (dalam Hakim dkk, 2012) ibu di Indonesia untuk
menyisihkan karir profesional mereka untuk memprioritaskan perawatan untuk
anak-anak. Park dan Kim (2006) mengungkapkan, untuk mempertahankan dan
menumbuhkan hubungan yang dekat dengan remaja, ibu akan tetap dekat dengan
anaknya untuk membuat anaknya merasa aman, membuat batas seminimal
mungkin, dan untuk memenuhi semua kebutuhan anak.

Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Perilaku Investor (skripsi dan tesis)


Menurut Lewellen, at all (1977) terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi keputusan investasi investor yaitu behavioral motivation yang
dapat dilihat dari variabel demografi, seperti jenis kelamin, usia, tingkat 
pendapatan, dan tingkat pendidikan. Selain itu menurut Warren dalam Lewellen at all (1977) menyatakan bahwa pilihan investasi seseorang lebih berdasar kepada  gaya hidup dan karakteristik demografinya.

Peran Ibu (Mothering) (skripsi dan tesis)


Ibu adalah peran yang paling penting selama rentang masa kehidupan.
Menurut Park dan Kim (2006) peran ibu dimulai semenjak anak berada dalam
kandungan (selama kehamilan) ibu diajarkan untuk berpikir, merasa, dan
bertindak demi bayi dalam kandungannya. Ketika anak lahir, ikatan fisik berubah
menjadi ikatan psikologis dan relasional. Ibu menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang dekat antara dirinya dan anak dengan tetap berada didekat anak.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman, membuat batas minimal, serta
untuk memenuhi semua kebutuhan anak. Kebutuhan ketergantungan yang kuat
pada anak ini, baik emosional dan fisik, akan dipenuhi oleh ibu dalam bentuk
pengorbanan berupa pemanjaan ibu terhadap anak, bahkan jika kalau harus
memberikan pengorbanan yang luar biasa. Kesejahteraan fisik dan psikologis
seorang anak dianggap sebagai tanggung jawab utama ibu. Peran ibu saat ini
adalah untuk memanjakan anak dan memuaskan keinginan anak-anak sebanyak
mungkin. Keterkaitan emosional, keterikatan, ditekankan pada masa bayi (Hwang,
2006).Sebagai remaja, mereka merasakan bahwa melalui ibu, mereka mendapatkan
kepuasan, keamanan, dan cinta. Sehingga, anak-anak menjadi termotivasi untuk
mempertahankan hubungan yang dekat dengan ibu mereka. Remaja
melakukannya secara bertahap dan mengambil peran yang lebih aktif dengan
mencoba untuk menyenangkan ibu mereka, berperilaku sesuai dengan keinginan
ibu serta menginternalisasikan nilai-nilai dan keyakinan ibu kedalam dirinya
(Hwang, 2006). Melalui ikatan emosional yang kuat ini ibu mendorong anak
untuk berinteraksi dengan orang lain, seperti ayah, saudara dan guru (Kim dalam
Park & Kim, 2006).
Ibu bertanggung jawab untuk membesarkan anak-anak, memastikan bahwa
anak-anak menghormati dan mematuhi ayah mereka, merawat orangtua dan
anggota keluarga, dan mengelola urusan rumah tangga. Ibu mensosialisasikan dan
mengajarkan antara anak laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda.
Anak laki-laki diajarkan untuk menjadi pemimpin dan untuk menjadi pencari
nafkah dan perempuan diajarkan untuk mengikuti dan mendukung calon
suaminya dan keluarga. Setelah anak perempuan menikah, dia dianggap anggota
keluarga suaminya (Hwang, 2006).
Ibu bertanggung jawab untuk mengelola urusan rumah tangga, termasuk
keuangan rumah tangga, memelihara hubungan sosial, dan memastikan bahwa
anak-anak disosialisasikan dengan baik. Ini adalah tanggung jawab ibu untuk
mendidik anak-anak dan untuk memastikan mereka berhasil secara akademis. Ibu
berkedudukan sebagai mediator antara anak dan sekolah dan ini merupakan peran
utama dalam menentukan keberhasilan anak dibidang akademis (Park dan Kim, 2006). Selain itu, ibu adalah manajer keuangan di rumah yang bertanggung jawab
untuk penanganan pendapatan rumah tangga. Dalam beberapa kasus, ibu juga
dituntut untuk bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan keluarga.
Dalam situasi ini, beban kerja seorang ibu meningkat dua kali lipat yaitu keluarga
dan pekerjaannya (karirnya) (Hwang 2006).
Menurut Azuma, Ho, Kim, dan Park (dalam Hwang, 2006) faktor utama
yang mempengaruhi peningkatan prestasi akademis remaja terletak pada
bagaimana orangtua memberikan dan mempertahankan relasi serta ikatan
emosional yang kuat antara orangtua dan remaja

Pengaruh Faktor Psikologi Terhadap Perilaku Investor (skripsi dan tesis)


Overconfident adalah salah satu faktor psikologi yang ditengarai
mempengaruhi perilaku investor faktor lain yang juga ditengarai mempengaruhi
perilaku investor adalah Data Mining, Status Quo, Social Interaction, Emotion,
Mental Accounting, Representativeness, Familiarity, Considering The Past, Fear
And Greed, Self Control, dan Loss Aversion. Overconfident merupakan
kecenderungan orang untuk terlalu yakin dengan pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki, serta ketepatan dari informasi yang diperolehnya. Dalam study
yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001) memberikan bukti empiris bahwa
investor pria lebih berani menanggung risiko dalam melakukan investasi
dibandingkan wanita. Faktor–faktor psikologi dapat membentuk perilaku
keuangan investor dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa. Ritter
(2003) mengemukakan bahwa “behavioral finance has two building blocks:
cognitive psychology and the limit arbitrage pshycologi ”. Psikologi kognitif
menyangkut bagaimana cara orang berfikir. Dalam beberapa literatur psikologi
juga menjelaskan bahwa orang sering membuat systematic error dalam cara
berfikir investor misalnya overconfidence. Terkadang pilihan terhadap bagaimana
cara berfikir investor menimbulkan distorsi. Selain faktor overconfidence ada
beberapa faktor psikologi lain yang di tengarai mempengaruhi perilaku investor
misalnya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Tilson (2005) yang
mengemukakan bahwa behavioral finance menjelaskan bagaimana dan mengapa
emosi dan kognitif error mempengaruhi investor dan menciptakan anomaly saham
di pasar modal. Faktor emosi berkaitan dengan adanya badmood atau goodmood
seorang investor yang dapat mempengaruhi dalam transaksi jual beli saham
dibursa. Emosi merupakan bagian penting dalam proses pengambilan keputusankeputusan yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi (Nofsinger, 2005).
Saat goodmood investor dapat mengembil keputusan dengan baik dan benar,
sebaliknya pada saat badmood, investor cenderung tidak dapat mengambil
keputusan dengan baik dan benar.
Menurut Tilson (2005), ada beberapa hal yang menyebabkan kesalahan
berfikir investor diantaranya adalah sebagai berikut :
a.Overconfidence
b. Projecting the immediate past into the distant future
c. Herd-like behavior (social proof), driven by a desire to be part of the crowd or
an assumption that the crowd is omniscient
d.Misunderstanding randomness; seeing patterns that don’t exist
e.Commitment and consistency bias
f. Fear of change, resulting in a strong bias for the status quo
g. “Anchoring”on irrelevant data
h. Excessive aversion to loss
i. Using mental accounting to treat some money (such as gambling winnings or
an unexpected bonus) differently than other money
j. Allowing emotional connections to over-ride reason
k. Fear of uncertainty
l. Embracing certainty (however irrelevant)
m. Overestimating the likehood of certain event based on very memorable data or experiences (vividness bias)
n. Becoming paralyzed by information overload
o.Failing to act due to an abundance of attractive options, etc

 Peran Orangtua (skripsi dan tesis)


Orangtua memiliki peran yang penting dalam perkembangan pada masa
remaja. Orangtua berperan sebagai tokoh kelekatan dan sistem pendukung yang
penting ketika remaja mulai melakukan eksplorasi dalam dunia sosial yang lebih
luas dan kompleks dengan lingkungan di sekitarnya (Santrock, 2011). Orangtua
bertanggungjawab terhadap perawatan, pendidikan dan kesejaheraan umum anak- anaknya (Setiono, 2011). Peran antara ayah dan ibu sangat berbeda, namun saling
melengkapi dalam peran yang terbaik (Park & Kim, 2006). Steriotipe yang
berlaku pada umumnya ialah bahwa ibu diasosiasikan sebagai perawat dan ayah
berperan dalam interaksi bermain (Setiono, 2011).
Seorang ibu merupakan dunia batin penerimaan dan kepuasan dan ayah
mewakili dunia luar yang ketat, aturan, dan tanggung jawab (Park dan Kim, 2006). Sementara sang ayah merupakan dunia luar, ibu merupakan bagian dalam
dunia keluarga dan bertanggung jawab untuk menjaga keharmonisan dalam
hubungan interpersonal (Hwang, 2006). 

Faktor Demografi Investor (skripsi dan tesis)


Menurut Lewellen at all (1977), terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi keputusan investasi investor yaitu behavioral motivation yang
dapat dilihat dari variabel demografi, seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendapatan, dan tingkat pendidikan. Selain itu menurut Warren dalam Lewellen at all (1977) menyatakan bahwa pilihan investasi seseorang lebih berdasar kepada gaya hidup dan karakteristik demografinya.

Faktor Psikologi Investor (skripsi dan tesis)


Faktor psikologi pemodal dalam memilih investasi dan menginvestasikan
dananya ada beberapa, yaitu :
a. Overconfidence
Overconfidence adalah perasaan percaya pada dirinya sendiri secara berlebihan.
Overconfidence membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang
dimiliki oleh investor itu sendiri, dan underestimate terhadap prediksi yang
dilakukan karena investor melebih-lebihkan kemampuannya (Nofsinger, 2005).
Overconfidence juga mempengaruhi investor berperilaku mengambil risiko,
Investor yang rasional berusaha untuk memaksimalkan keuntungan sementara
memperkecil jumlah dari risiko yang diambil (Nofsinger, 2005).
Overconfidence juga dapat menyebabkan investor menaggung risiko yang lebih
besar dalam melakukan keputusan untuk berinvestasi.
Indikator yang digunakan sebagai berikut :
1) Pengetahuan investor, dapat membantu investor dalam berinvestasi.
2) Kemampuan investor, dapat membantu investor dalam berinvestasi.
3) Risiko menjadi tidak berarti bagi investor.
b. Data Mining
Investor menemukan pola di luar random dengan membaca dan meneliti data
di masa lalu (historical data) dan menggunakannya sebagai alat untuk
memprediksi kejadian di masa yang akan datang (Roth, 2007).
Indikator yang digunakan sebagai berikut :
1) Investor dapat membaca data masa lalu produk investasi sebelum
memutuskan untuk berinvestasi.
2) Investor dapat memprediksi kejadian dimasa yang akan datang dengan
meneliti produk investasi tersebut dari data masa lalu.
Universitas Sumatera Utara
c. Emotion
Faktor emosi berkaitan dengan adanya badmood atau goodmood seorang
investor yang dapat mempengaruhi dalam transaksi jual beli saham dibursa.
Emosi merupakan bagian penting dalam proses pengambilan keputusankeputusan yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi (Nofsinger, 2005).
Pada suatu saat goodmood investor dapat mengembil keputusan dengan baik
dan benar, sebaliknya pada saat badmood investor cenderung tidak dapat
mengambil keputusan dengan baik dan benar.
Indikator yang digunakan sebagai berikut :
1) Investor dapat melakukan investasi dengan lebih baik dan tepat, saat emosi
investor sedang baik (goodmood).
2) Investor dapat salah mengambil keputusan dalam berinvestasi pada saat
saya sedang buruk (badmood).
d. Mental Accounting
Investor yang mempunyai mental accounting dalam pengambilan keputusan
saat bertransaksi ialah investor yang mempertimbangkan cost dan benefit dari
keputusan yang diambil (Nofsinger, 2005). Dengan seperti itu investor merasa
aman. Dalam arti investor lebih save dalam melakukan transaksi sehingga bisa
meminimalkan risiko karena adanya pertimbangan cost dan benefit yang akan
diperoleh dengan keputusan yang diambil misalnya risiko terjadinya loss dalam
jumlah yang besar.
Indikator yang digunakan sebagai berikut :
1) Dalam berinvestasi investor selalu menghitung keuntungan yang akan
diperoleh.
2) Dalam melakukan investasi investor selalu menghitung biaya yang akan
dikeluarkan.
h. Familiarity
Investor menilai sesuatu berdasarkan familiarity sudah di kenal (Nofsinger,
2005). Investor cenderung menginvestasikan dananya pada pada perusahaan
yang sudah dikenalnya.
Indikator yang digunakan sebagai berikut :
1) Dalam berinvestasi investor memilih produk investasi yang lebih dikenal
atau diketahui.
2) Dalam menentukan perusahaan tempat investor berinvestasi, investor akan
memilih perusahaan yang lebih di kenal atau di ketahui.

Kajian Islam Tentang Motivasi Kerja (skripsi dan tesis)


Kesinambungan pengalaman seseorang dalam kehidupan beragama sedikit
demi sedikit semakin mantap sebagai suatu unit yang otonom dalam kepribadiannya.
Unit itu merupakan suatu organisasi yang disebut “kesadaran beragama” sebagai
hasil peranan fungsi kejiwaan terutama motivasi, emosi dan intelegensi. Motivasi
berfungsi sebagai daya penggerak mengarahkan kehidupan mental. Emosi berfungsi
melandasi dan mewarnainya, sedangkan intelegensi yang mengorganisasi dan
memberi pola. Bagi seseorang yang memiliki kesadaran beragama yang matang,
pengalaman kehidupan beragama yang terorganisasi tadi merupakan pusat
kehidupan mental yang mewarnai keseluruhan aspek kepribadiannya. Kesadaran
beragama merupakan dasar dan arah dari kesigapan seseorang mengadakan
tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangasangan yang
datang dari dunia luar. Semua tingkah laku dalam kehidupannya seperti berpolitik,
berekonomi, berkeluarga, bertani, berdagang, berolah raga, berperang, belajarmengajar
dan bermasyarakat diwarnai oleh sistem kesadaran beragamanya.
Kesadaran beragama tidak hanya melandasi tingkah laku yang tampak, tetapi juga
mewarnai sikap, pemikiran, I’tikad, niat, kemauan dan tanggapan terhadap nilai-nilai
abstrak yang ideal seperti demokrasi, keadilan, pengorbanan, persatuan,
kemerdekaan, perdamaian, dan kebahagiaan (Baharuddin dkk, 2008). Dalam
membentuk kematangan beragama dibutuhkan motivasi untuk menggerakkan serta
mengarahkan kehidupan mental. Oleh karena itu motivasi memiliki peranan penting
dalam menjadikan pribadi yang taat dalam beragama.
Semangat atau motivasi kerja dalam arti luas menyangkut akhlak dalam
pekerjaan, loyalitas dan dedikasi dalam bekerja. Semakin tinggi iman itu maka
semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya
dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi. Artinya, setiap pekerjaan yang kita
lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam rangka beribadah dan pencapaian Ridha
Allah. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yang
berada pada dirinya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa
berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja
tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada Yang Maha Suci. Allah telah menjamin
rezeki dalam kehidupan seseorang, namun tidak akan diperoleh kecuali dengan
bekerja atau berusaha. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki adanya etos
23
kerja yang tinggi bagi umatnya dalam memenuhi keinginannya, bukan semata-mata
hanya dengan berdoa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Anfaal Ayat
24:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,
Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
Ayat diatas menjelaskan betapa Islam sangat memotivasi seseorang untuk
bekerja dan berusaha. Islam menuntun setiap orang untuk mendayagunakan semua
potensi dan mengarahkan segala dayanya sekecil apapun. Islam melarang
seseorang mengemis sedangkan ia mempunyai sesuatu yang dapat dimanfaatkan
untuk membuka peluang kerja yang akan mencukupi kebutuhannya. Motivasi adalah
kunci seseorang untuk meraih tujuan yang diharapkan. Hasil dari pekerjaan yang
diselesaikan dengan energi yang positif akan sangat lebih baik jika dibandingkan
dengan bekerja tanpa dorongan yang positif. Seseorang akan menemukan hasil jika
berusaha mencarinya.
Oleh karena itu Allah SWT menegaskan dalam al-Qur’an surat Al-Qashash
Ayat 77, yaitu:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT. Kepada manusia diberikan
potensi (kelebihan) seperti fisik yang sempurna, akal, batin, hati dan perasaan yang
tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain. Itulah sebabnya manusia diwajibkan agar
mencari kebahagiaan dunia akhirat dengan beribadah juga bekerja. Jadi manusia
bekerja bukan hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan duniawi saja, melainkan
juga untuk memenuhi bekal di akhirat. Orang Jawa sering berkata dengan ungkapan
yang singkat tetapi penuh makna, “urip iku mung mampir ngombe”. Artinya hidup dan
kehidupan di dunia itu hanya sementaradan sangat singkat. Hal ini memberikan
arahan bahwa sehabis kehidupan di dunia masih ada kehidupan yang kekal yaitu di
alam akhirat.