Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini sangat tergantung pada hipotesis
yang akan dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung,
bagaimana pembayarannya, dan sebagainya. Metode CVM ini secara teknis dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik
survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya
alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada
dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat
terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari
kerusakan lingkungan. Untuk lebih lengkapnya mengenai metode CVM akan
dijelaskan pada bab berikutnya
Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan
yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM
pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air,
kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan
preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan,
lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus
yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti
kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM
diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan
tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar