Rabu, 27 November 2019

Komponen-Komponen Teori Interdependensi


1. Outcome (Kepuasan)
Menurut teori interpedensi seseorang akan puas apabila hubungannya menguntungkan yakni jika manfaatnya lebih besar daripada biaya atau kerugiaannya (Rusbult, 1980&1983). Dampak kerugian dari suatu hubungan bervariasi. Bervariasinya akibat dari kerugian itu mungkin karena kaburnya konsep biaya dan pengorbanan. Biaya atau kerugian adalah kejadian yang di anggap tidak menyenangkan dimana biaya selalu dianggap negatif, sebaliknya pengorbanan selalu berkaitan dengan kesejahteraan orang lain. Dalam suatu hubungan, terkadang ada situasi di mana pilihan terbaik untuk masing-masing pihak adalah berbeda. Ketika terjadi konflik kepentingan, satu pihak mungkin memutuskan untuk berkorban demi kebaikan partnernya atau demi menjaga hubungan. Semakin komitmen seseorang pada hubungan, semakin besar kemungkinan orang tersebut bersedia untuk berkorban. Dampak dari pengorbanan terhadap hubungan mungkin akan tergantung pada alasan seseorang melakukan pengorbanan. Dari alasan seseorang dalam melakukan pengorbanan tersebut kita dapat membedakan antara alasan untuk sebuah pendekatan atau cara seseorang melakukan penghindaran. Kadang orang berkorban demi seseorang untuk menunjukkan cinta dan perhatiannya, pengorbanan semacam ini yang bermotifkan untuk mendekati bisa menimbulkan rasa bahagia dan puas. Sebaliknya, terkadang orang berkorban demi menghindari konflik atau takut membahayakan hubungan, pengorbanan dengan motif penghindaran dapat menimbulkan perasaan gelisah dan amarah. Seyogyanya Pengorbanan mengesampingkan kepentingan diri demi kepentingan hubungan dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang merugikan. Menurut teori interdependensi, kepuasan hubungan dipengaruhi oleh level perbandingan. Seseorang akanpuas apabila suatu hubungan sesuai dengan harapan dan kebutuhannya. Salah satu cara untuk merasa puas adalah dengan mengatakan kepada diri sendiri bahwa keadaan orang lain lebih buruk ketimbangdirinya (Buunk, Oldersma, & De Dreu, 2001). Persepsi keadilanmempengaruhi kepuasan. Bahkan jika suatu hubungan memberi banyak manfaat, mungkin orang akan tidak puas apabila orang tersebut yakin bahwa dirinya diperlakukan secara tidak adil. Dalam sebuah hubungan akan tidak puas apabila seseorang menganggap hubungan yang ada adalah berat sebelah. Demikian pula, dalam persahabatan dan cinta, hubungan yang berat sebelah, di mana seseorang mendapatkan lebih banyak ketimbang orang lainnya, hal ini biasanya membuat seseorang menjadi tidak puas terhadap suatu hubungan (Cate & Llyod, 1992) Karakteristik lain dari pasangan menikah atau pasangan kekasih yang relatif bahagia. Pasangan yang berbahagia menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam aktivitas bersama. Bagi beberapa pasangan, melakukan aktivitas yang menentang mungkin akan membantu membangkitkan kembali hasrat dan meningkatkan kepuasan hubungan (Aron, Norman, Aron, & Lewandowski, 2002). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwaseseorangakan puas jika hubunganya menguntungkan yakni jika manfaatnya lebih besar daripada biaya atau kerugiaannya dan juga seseorang akan puas jika suatu hubungan sesuai dengan harapan dan kebutuhannya
2. Komitmen
 Orang yang sangat berkomitmen pada hubungan sangat mungkin untuk tetap bersama mengarungi suka dukademi tujuan bersama.Dalam istilah teknis, commitment in a relationship (komitmen dalam suatu hubungan) yang berarti semua kekuatan positif dan negatifyang menjaga individu tetap berada dalam suatu hubungan. Ada dua faktor yang mempengaruhi komitmen pada suatu hubungan (Johnson, 1991; Surra &Gray, 2000). Pertama, komitmen dipengaruhi oleh kekuatan daya tarik pada partner atau hubungan tertentu. Apabila orang suka pada orang lain, menikmati kehadirannya, dan merasa orang itu ramah dan gaul, maka orang akan termotivasi untuk meneruskan hubungan dengannya tersebut. Dengan kata lain, komitmen akan lebih kuat jika kepuasannya tinggi (Rusbult & Van Lange, 1996). Komponen ini dinamakan “comitmen personal” karena ia merujuk pada keinginan individu untuk mempertahankan atau mengingatkan hubungan (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999). Kedua, komitmen dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moral, perasaan bahwa seseorang seharusnya tetap berada dalam suatu hubungan. “Komitmen moral” didasarkan pada perasaan kewajiban, kewajiban agama, atau tanggung jawab sosial. Bagi beberapa orang, keyakinan atau kesucian pernikahan dan keinginan menjalin komitmen seumur hidup akan membuat mereka tidak ingin bercerai. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Orang yang sangat berkomitmen pada hubungan sangat mungkin untuk tetap bersama mengarungi suka dukademi tujuan bersama.Dimana ada dua faktor yang mempengaruhi komitmen pada suatu hubungan yaitu pertama, komitmen yang dipengaruhi oleh kekuatan daya tarik pada partner atau hubungan tertentu disebut komitmen personal.Kedua, komitmen yang dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moraldidasarkan pada perasaan kewajiban, kewajiban agama, atau tanggung jawab sosial disebut komitmen moral.
3. Level dependensi
Menurut teori interdependensi, dua tipe penghalang penting adalah pertama, kurangnya alternatif yang lebih baik. Ketersediaan alternatif biasa di sebut dengan Level perbandingan alternatif, yang mana akan mempengaruhi komitmen kita. Ketika orang tergantung pada suatu hubungan dimana orang tersebut mendapatkan hal-hal yang dihargai dan tidak bisa mendapatkan hal itu di tempat lain, maka orang tersebut akan sulit unutk meninggalkan hubungan tersebut (Attridge, Creed, Berscheid, & Simpson, 1992). Kurangnya alternatif yang lebih baik akan meningkatkan komitmen. Kedua,investasi yang sudah seseorang tanamkan dalam suatu hubungan.Komitmen juga dipengaruhi oleh investasi yang seseorang tanamkan dalam membentuk hubungan (Rusbult, 1980, 1983).Investasi itu antara lain waktu, energy, uang, keterlibatan emosional, pengalaman kebersamaan, dan pengorbanan untuk partner. Setelah banyak berinvestasi dalam suatu hubungan dan kemudian merasa hubungan itu kurang bermanfaat akan menimbulkan disonansi kognitif pada diri seseorang. Karenanya seseorang mungkin merasakan tekanan psikologis untuk  melihat hubungannya itu dari sudut pandang yang lebih positif atau mengabaikan kekurangannya (Rubin, 1973). Semakin banyak investasi, semakin sulit jika meninggalkan hubungan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan seseorang dalam hubungan di tentukan oleh beberapa hal diantarannya kurangnya alternative dan investasi yang sudah kita tanamkan dalam suatu hubungan. Ketika orang menemukan manfaat khusus dari sebuah hubungan, mereka akan membangun komitmen. Jika pasangan itu mengalami masa sulit dan konflik, investasi mereka mungkin akan menjadi motivasi untuk berusaha memperbaiki hubungan dan menumbuhkan rasa cinta kembali. Namun, kepuasan dan komitmen tidak selalu berhubungan erat. Beberapa pasangan yang tidak bahagia mampu meningkatkan kualitas hubungannya dengan pasangan yang berkemungkinan hubungannya akan berhenti dan bahkan ada yang mampu mempertahankan hubungan seumur hidup meski hubungan itu kurang memuaskan. Untuk memahami sumber komitmen dalam hubungan yang kurang memuaskan ini, dari riset baru- baru ini membandingkan pengalaman mereka yang berada dalam perkawinan yang tidak bahagia yang ingin mempertahankan perkawinannya dengan orang yang mempertimbangkan untuk bercerai. Secara umum, semakin banyak investasi yang diinvestasikan oleh pasangan maka semakin besar kemungkinan mereka untuk bertahan dan  punya anak. Kurangnya alternatif mungkin juga berpengaruh. Bagi pria dan wanita, keyakinan bahwa kehidupan akan lebih buruk jika mereka berpisah juga berperan dalam menguatkan komitmen. Bagi wanita, mereka mungkin merasa terancam akan kehilangan sumber ekonomi akibat perceraian. Sedangkan Bagi lelaki, mereka mungkin akan merasa kehidupan seksnya menjadi bertambah buruk jika bercerai. Individu yang percaya bahwa perkawinan adalah komitmen seumur hidup dan pasangan yang tetap bertahan demi anak-anaknya akan lebih mungkin untuk terus bertahan meksi ada ketidakpuasan. Terakhir, orang yang percaya bahwa mereka memiliki kontrol yang kuat atas kehidupan mereka sendiri tidak terlalu berkomitmen pada perkawinan yang tidak memuaskan. Faktor yang diidentifikasi oleh teori interdepedensi berguna untuk memahami tingkat kepuasan seseorang dalam suatu hubungan dimanaseseorang akan semakin komitmen apabila seseorang merasa hubungannya memberikan banyak daya tarik positif, apabila mereka telah banyak berinvestasi dalam hubungan itu dan merasa tidak banyak alternatif yang tersedia.Hambatan untuk bercerai juga disebabkan oleh adannya investasi bersama yang digabungkan untuk sebuah hubungan, adannya anak yang membutuhkan kebutuhan perhatian orang tua, dan juga ketergantungan financial. Rintangan ini mendorong pasangan yang sudah menikah untuk berusaha memperbaiki hubungan yang memburuk.

Tidak ada komentar: