Penelitian Neff &
Vonk (2009) menemukan hasil bahwa self compassion berperan secara unik dalam
emosi-emosi positif seperti sense of coherence dan feeling of worthy and acceptable.
Selignman & Csikzentmihalyi (dalam Neff et al., 2011) menyatakan bahwa individu
dengan self compassion menunjukkan kekuatan psikologis yang terkait dengan
perkembangan psikologi positif seperti kebahagiaan, optimisme, kebijaksanaan,
keingintahuan, motivasi bereksplorasi, inisiatif pribadi, dan emosi positif. Lebih lanjut
Neff (2011) menjelaskan bahwa self compassion tidak menggantikan emosi negatif
menjadi positif secara langsung, melainkan emosi positif tersebut dihasilkan dengan cara
merangkul emosi negatif yang ada. Emosi positif dari kasih sayang dan perasaan
terhubung satu sama lain dirasakan bersamaan dengan perasaan kesedihan. Penelitian
menunjukkan bahwa orang-orang dengan self compassion cenderung memiliki
kecerdasan emosi lebih tinggi. Data penelitian psikologi lainnya mendukung temuan
tersebut dengan menyatakan bahwa orang-orang dengan self compassion memiliki
kemampuan koping emosi lebih baik (Neff, 2011).
Neff (2011) juga melakukan kajian tentang self compassion yang dihubungkan
dengan kesejahteraan hidup. Self compassion yang tinggi membuat seseorang merasa
aman dan nyaman sehingga meningkatkan kondisi kesehatan dan kesejahteraan hidup
(well being), baik secara subjektif maupun psikologis. Selain itu self compassion juga
berkorelasi positif secara signifikan dengan kepuasan hidup, penerimaan diri,
penginterpretasian pengalaman hidup secara positif, dan kebahagiaan yang merupakan
aspek-aspek dari variabel kesejahteraan hidup (Barnard & Curry, 2011).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Leary et al., (2009) yang menemukan bukti
terhadap 102 mahasiswa sebagai responden diminta untuk melihat video tentang diri
mereka dalam adegan yang memalukan.
Mahasiswa yang memiliki self compassion yang tinggi, menunjukkan lebih sedikit emosi negatif dibandingkan dengan mahasiswa dengan
level self compassion lebih rendah. Penelitian yang sama juga dilakukan pada 69 subjek
pendeta nasrani, didapatkan hasil yang menyatakan bahwa self compassion berkorelasi
negatif dengan kelelahan emosional dan evaluasi diri negatif. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa keberadaan self compassion sangat efektif dalam mengendalikan
emosi-emosi negatif yang muncul dalam diri individu.
Self compassion juga terasosiasi dengan besarnya inisiatif personal yang
diperlukan untuk mengubah diri sendiri menjadi lebih baik. Di samping itu penelitian
membuktikan bahwa individu dengan self compassion termotivasi untuk meraih prestasi
yang lebih tinggi, tetapi bukan disebabkan oleh keinginan untuk meninggikan citra diri,
melainkan lebih disebabkan oleh keinginan untuk memaksimalkan potensi diri dan
kesejahteraan.
Self compassion membuka kesadaran pada individu saat mengalami keadaan
yang tidak diinginkan, sehingga individu mampu menerima dan tidak menghindar dari
keadaan yang harus dihadapi. Self compassion juga meliputi pemahaman diri tanpa
penilaian atas kegagalan atau ketidakmampuan diri sendiri. Pengalaman penderitaan
dilihat sebagai bagian dari pengalaman manusia pada umumnya (Neff, 2003). Selanjutnya
Neff (2011) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya self
compassion dalam diri individu. Self compassion menjadi media paling kuat untuk
menghadapi situasi dan emosi yang menyulitkan sehingga individu terhindar dari emosi
yang destruktif (Neff, 2011). Secara alamiah, informasi negatif menghasilkan sinyal
bahaya pada otak sehingga secara otomatis akan menghasilkan respon fight-or-flight
(bertahan atau melarikan diri). Di samping itu, Neff (2011) melakukan penelitian terhadap
sejumlah subjek yang diberi pelatihan self compassion dengan mengukur perbedaan level
kortisol (hormon stres) dan variabilitas detak jantung sebagai indikator kemampuan
beradaptasi secara efektif terhadap stres. Subjek yang mendapatkan pelatihan self
compassion, maka mengalami penurunan hormon kortisol mereka, dan meningkat
variabilitas detak jantungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar