Konstruk self-compassion berasal dari 2 kata yaitu self dan compassion.
Compassion adalah sebuah konsep yang banyak dipelajari dalam kebudayaan
dan kepercayaan dari timur. Armstrong (2013) menjelaskan bahwa
compassion berkaitan dengan kaidah emas, yaitu suatu kemampuan yang
meminta untuk masuk ke dalam hati sendiri, menemukan hal yang membuat
tersakiti, dan kemudian menolak, dalam setiap keadaan, untuk menimbulkan
rasa sakit itu pada orang lain. Sikap berbelas kasih ini (compassion) adalah
hal paling dasar yang diajarkan pada setiap agama. Compassion juga bersifat
menyembuhkan dari sakit fisik, mental, sekaligus spiritual (Prama, 2013).
Sikap compassion diarahkan pada luar diri individu, baik kepada sesama
manusia maupun makhluk hidup lainnya, bahkan kepada alam semesta.
Sementara itu, self mengandung arti diri sendiri atau pribadi, sehingga
self-compassion secara harfiah dapat diartikan sebagai sikap berbelas kasih
pada diri sendiri. Neff (2003a) menjelaskan bahwa self-compassion adalah
kemampuan untuk menjadi terbuka dan berpindah dari penderitaan,
mengalami perasaan peduli dan kebaikan pada diri sendiri, memahami dan tidak menghakimi adanya inadekuasi dan kegagalan yang dialami, serta
menyadari bahwa segala pengalaman pahit sebagai bagian dari kehidupan
manusia. Neff berpendapat bahwa self-compassion bukanlah cara untuk
menghindari tujuan atau menjadi pemurah dan tidak berdaya. Self-compassion
adalah motivasi besar karena melibatkan hasrat untuk mengurangi
penderitaan, menyembuhkan, berkembang, dan menjadi bahagia.
Gilbert dkk. (2004) menjelaskan bahwa self-compassion melibatkan
sikap menenangkan diri alih-alih mengkritisi diri saat kejadian yang tidak
diinginkan terjadi. Perlakuan berbelas kasih pada diri sendiri bisa dilakukan
dalam aksi nyata seperti berhenti sejenak dari aktivitas untuk memberikan
waktu istirahat secara emosional. Aksi mental juga dapat dilakukan dengan
memberikan kata-kata positif, memicu semangat, dan pemaafan pada diri
sendiri.
Self-compassion dapat menjadi sumber internal yang berharga untuk
menghadapi peristiwa hidup yang negatif (Allen & Leary, 2010). Individu
yang memiliki tingkat self-compassion yang tinggi tidak terlalu memandang
situasi negatif sebagai suatu bencana, memiliki kecemasan yang ringan jika
mengalami tekanan, dan tidak menghindari tugas yang menantang
dikarenakan takut akan kegagalan.
Sementara itu, Reyes (2011) berpendapat bahwa kemampuan untuk
mencintai dan bermurah hati pada diri sendiri mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan merupakan definisi self-compassion berdasarkan perspektif
17
barat. Perspektif penganut agama Budha dari timur memandang selfcompassion sebagai respon kebijaksanaan, kasih sayang dan kesabaran
terhadap penderitaan yang dialami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar