Pemerintah saat ini menyadari pentingnya knowledge management dalam
pembuatan kebijakan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini terbukti dengan
dikeluarkannya Peraturan Menpan-RB Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Manajemen Pengetahuan dalam Setiorini (2012). Dalam peraturan tersebut, penerapan knowledge management dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola aset intelektualnya berupa
pengetahuan dan pengalaman yang ada. Tujuannya adalah memanfaatkan aset
tersebut untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik untuk mempercepat
pencapaian tujuan pelaksanaan reformasi birokrasi.
Untuk merancang sistem penerapan knowledge management yang dapat
membantu organisasi untuk meningkatkan kinerjanya diperlukan beberapa
komponen, yaitu :
1. Manusia, disarankan pada organisasi untuk menunjuk/mempekerjakan seorang
document control atau knowledge manager yang bertanggung jawab mengelola
sistem knowledge management dengan cara mendorong para karyawan untuk
mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge mereka, mengatur file,
menghapus knowledge yang sudah tidak relevan, dan mengatur sistem
reward/punishment.
2. Pemimpin, dalam organisasi keberadaannya yang mampu mengarahkan,
memotivasi dan membentuk budaya knowledge management serta penyebaran
knowledge dengan cara mendorong para karyawan menerapkan knowledge
management.
3. Proses, telah dirancang serangkaian proses yang mengaplikasikan konsep SECI
dalam pelaksanaannya.
4. Teknologi, telah dibuat usulan penambahan infrastruktur yang diperlukan
untuk menunjang berjalannya sistem knowledge management yang efektif.
5. Content (isi), telah dirancang content dari sistem knowledge management yaitu
berupa database knowledge dan dokumen yang dibutuhkan karyawan untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
6. Budaya, memegang peran yang sangat penting dalam mendukung proses
penciptaan knowledge organisasi dan keberhasilan knowledge management di
organisasi.
Penerapan knowledge management pada suatu organisasi merupakan
proses panjang dan lama yang mencakup perubahan perilaku semua karyawan.
Upaya mengubah perilaku ini bukanlah kegiatan masa kini saja, tapi persoalannya
sekarang adalah mensinkronkan upaya perubahan ini dengan keseluruhan strategi
pelaksaaan organisasi.
Birkinsaw dalam Setiarso, dkk (2009: 23-24) menekankan
tiga hal yang sangat mempengaruhi berhasil tidaknya knowledge management,
yaitu :
1. Penerapannya tidak hanya menghasilkan knowledge baru, tetapi juga mendaur
ulang knowledge yang sudah ada
2. Teknologi informasi belum sepenuhnya bisa menggantikan fungsi-fungsi
jaringan sosial antar anggota organisasi
3. Sebagian besar organisasi tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya diketahui.
Banyak knowledge penting ditemukan lewat upaya-upaya khusus, padahal
knowledge itu sudah dimiliki sebuah organisasi sejak lama.
Organisasi-organisasi modern pada saat ini, pandangan tentang
manajemen perubahan bersinggungan pula dengan cara mereka memberlakukan
knowledge sebagai modal intelektual. Manajemen pengetahuan mencakup prinsip, alat analisis, ICT, peningkatan fungsi individu, sistem, struktur dan proses kerja
yang didahului dengan desain organisasi, perbaikan kinerja karyawan, hubungan
antar kelompok dalam satu organisasi (Setiarso, dkk, 2009;24 27).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar