Menurut Yalom & Leszcz (2005), faktor-faktor terapiutik dalam terapi
kelompok secara luas antara lain:
1) Membangkitkan harapan
Faktor penting dalam suatu psikoterapi adalah membangkitkan
dan memelihara harapan. Harapan tidak hanya dibutuhkan agar klien
tetap mengikuti terapi sehingga faktor-faktor terapiutik lainnya efektif,
tetapi keyakinan terhadap manfaat dari terapi merupakan faktor
terapiutik yang efektif. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
tingginya harapan terhadap bantuan sebelum terapi dilakukan
berkorelasi signifikan dengan hasil positif dari terapi.
2) Universalitas
Perasaan bahwa pengalaman kehidupan seseorang terasa unik
seringkali meningkat karena adanya rasa terisolasi. Individu seringkali
tidak mendapatkan kesempatan atau kesulitan untuk memiliki hubungan
yang akrab dan tulus dalam kehidupan sosialnya. Pada terapi kelompok,
terutama pada tahap awal, perasaan unik yang tidak diacuhkan
merupakan sumber yang sangat baik untuk menciptakan perasaan bebas
dari rasa tertekan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa individu
merasa lebih terhubung dengan kelompok bahkan dunianya saat
mendengar anggota lainnya menyampaikan permasalahan dengan tema
yang sama. Individu akan sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada
pikiran maupun perbuatan seseorang yang jauh menyimpang dari yang
terjadi pada orang lain. Hal ini membuktikan adanya kesamaan
pengalaman pada banyak individu.
3) Pemberian informasi
Pemberian informasi penting untuk dilakukan di awal dan selama
terapi pertemuan berlangsung. Penyampaian informasi yang didaktis
dapat dilakukan oleh tenaga profesional sebagai terapis maupun anggota
kelompok. Terapis dapat menyampaikan informasi meliputi cara belajar,
cara menumbuhkan kepercayaan diri, topik kesehatan mental, penyakit
mental, dan psikodinamika umum. Terapis seringkali harus
menerangkan suatu gejala yang muncul di dalam kelompok ataupun
gejala yang dialami anggota. Sementara itu, anggota lain juga bisa
menambahkan melalui pemberian nasihat, saran-saran atau bahkan
bimbingan langsung. Berbagai instruksi juga dapat dilakukan seperti
menyusun kelompok atau membentuk norma kelompok.
4) Altruisme
Individu belajar untuk memberi dan menerima selama berada
dalam kelompok. Kegiatan saling menolong akan tercipta melalui
interaksi di dalam kelompok. Para anggota kelompok akan saling
memberikan saran, dukungan, pengertian, dan merasa senasib. Tidak
jarang seorang anggota kelompok akan lebih mendengarkan dan
menyerap hasil pengamatan dari anggota lainnya dibandingkan dengan
terapis.
5) Rekapitulasi korektif pada kelompok keluarga primer
Sebagian besar anggota mengikuti terapi kelompok karena
memiliki masalah dengan kelompok primer mereka, yaitu keluarga.
Terapi kelompok menyerupai sistem keluarga dalam banyak aspek,
seperti: terdapat figur otoritas, figur sebaya, hubungan yang mendalam,
melibatkan emosi-emosi yang kuat, memiliki keintiman yang dalam,
dan perasaan negatif mungkin dapat timbul (misalnya permusuhan dan
rasa kompetitif). Anggota akan berinteraksi layaknya yang mereka
lakukan dalam keluarga. Hal terpenting dalam faktor terapiutik ini
adalah terdapat fungsi korektif dalam interaksi keluarga yang dihadirkan
dalam terapi kelompok.
6) Perkembangan teknik bersosialisasi
Kemampuan sosial yang berkembang merupakan faktor terapiutik
yang terjadi pada semua terapi kelompok. Anggota dapat belajar untuk
menyelesaikan konflik, sehingga mereka dapat mengerti dan memahami
masalah orang lain. Kelompok memiliki aturan-aturan dan mendorong
adanya keterbukaan, memperoleh informasi yang cukup mengenai
perilaku maladaptif di lingkungan sosial.
7) Mengimitasi perilaku
Proses mengimitasi atau meniru perilaku akan lebih menyebar di
dalam terapi kelompok. Hal ini dikarenakan tiap-tiap anggota kelompok
terpapar secara khusus oleh perilaku dari anggota lain atau bahkan
31
terapis. Keetrbukaan diri atau pemberian dukungan merupakan contoh
perilaku yang banyak ditiru dalam suatu terapi kelompok. Anggota
kelompok juga mungkin meniru cara anggota lainnya menyelesaikan
masalah. Meniru perilaku ini merupakan proses yang baik karena
anggota memnemukan dan memilah sumber daya yang tidak dimiliki
ataupun dimiliki untuk kemudian diperbaiki bila perlu.
8) Pembelajaran interpersonal
Kelompok merupakan mikrokosmik dari kehidupan sosial. Cara
memperlakukan anggota lain dalam kelompok merupakan cerminan dari
cara memperlakukan orang lain pada kehidupan sosial. Ketika anggota
dapat memperbaiki pola interaksinya dalam kelompok, diharapkan dapat
juga memperbaikinya di kehidupan sosial. Tanggapan anggota lain
terhadap reaksi emosi yang ditunjukkan oleh individu juga akan
memperbaiki distorsi kognitif yang dimiliki. Akhirnya individu menjadi
lebih spontan dan jujur pada diri sendiri dan orang lain.
9) Kohesivitas kelompok
Keberhasilan terapi sangat bergantung pada hubungan antara
terapis dan klien. Anggota-anggota kelompok yang kohesif cenderung
saling menerima, mendukung, dan menjalin hubungan yang bermakna
dalam kelompok. Kohesivitas didefinisikan sebagai akibat dari semua
kekuatan yang mempengaruhi anggota untuk tetap berada dalam
kelompok atau secara lebih sederhana merupakan daya tarik kelompok bagi anggotanya. Kohesivitas dapat menyebabkan terjadinya
keterbukaan diri, pengambilan risiko dan pengekspresian yang
konstruktif di dalam kelompok. Pada kelompok yang dapat menerima
dan mengerti anggotanya, individu cenderung mengekspresikan dan
mengeksplorasi dirinya, menyadari dan mengintegrasikan aspek-aspek
self yang sebelumnya tidak dapat diterima, dan kemudian menjalin
hubungan yang lebih mendalam dengan orang lain.
10) Katarsis
Katarsis selalu diasumsikan memiliki peranan penting dalam
proses terapi. Katarsis dalam pendekatan kelompok lebih mungkin
terjadi karena adanya anggota lain. Anggota akan memperoleh banyak
dukungan ketika mengemukakan permasalahannya. Mereka merasa
lebih diterima oleh anggota lainnya. Empati dan simpati yang
didapatkan dari anggota lain akan banyak memberikan kelegaan bagi
tiap-tiap anggota.
11) Faktor eksistensial
Isu-isu eksistensial mengenai konfrontasi kehidupan manusia akan
banyak dibahas dalam suatu terapi kelompok. Terapi kelompok akan
mengantarkan anggotanya pada kesadaran mengenai kehidupan dan
tanggung jawab untuk menjalaninya, ketidakmampuan menghindari rasa
sakit dan kematian, hubungan dengan orang lain atau bahkan menjalan sendiri kehidupan walaupun mendapatkan banyak petunjuk dan
dukungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar