Kamis, 05 September 2019

Psikologi dan Sastra (skripsi dan tesis)

Ditinjau dengan ilmu bahasa, kata “psikologi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata yaitu psyches dan logos. Kata psyches berarti jiwa atau roh dan kata logos berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Ilmu psikologi menurut Hardjana (1985: 66) juga dimanfaatkan untuk nmengamati tingkah laku tokoh dalam sebuah novel atau karya sastra. Jika tingkah laku tokoh sesuai dengan apa yang diketahui tentang aspek kejiwaan manusia, penggunaan teori psikologi dapat dikatakan berhasil. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra (Ratna, 2004: 342). Selain itu, pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai aktifitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsanya dalam menciptakan karya sastra. Disamping itu, ia juga menangkap gejala jiwa tersebut yang kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan teks kejiwaannya. Pengalaman sendiri dan pengalaman jiwa pengarangnya akan terproyeksi menjadi satu rangkaian teks sastra secara imajiner (Wellek Warren, 1989: 108).
 Menurut Wellek Warren (1995: 90), istilah psikologi sastra memiliki empat kemungkinan pengertian, yaitu; (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, (2) studi proses kreatif, (3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, (4) mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu (1) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, (2) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, (3) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca (Ratna, 2004: 343). Dalam penelitian ini, 12 cara yang digunakan untuk menghubungkan psikologi dan sastra adalah memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra. Dengan demikian, antara psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional yaitu sama-sama berguna sebagai sarana mempelajari aspek kejiwaan manusia. Bedanya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala kejiwaan manusia yang imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia riil. Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya sastra bersifat imajiner tetapi di dalam menggambarkan karakter dan jiwanya, pengarang menjadikan manusia yang hidup di alam nyata sebagai model di dalam penciptaanya. Oleh karena itu, dalam sastra ilmu psikologi digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk meneladani atau mengkaji tokoh-tokohnya. Maka, dalam menganalisis tokoh dalam karya sastra dan perwatakannya seorang pengkaji sastra harus berdasarkan pada teori dan hukumhukum psikologi yang menjelaskan perilaku dan karakter manusia.

Tidak ada komentar: