Kamis, 05 September 2019

Psikoanalisis Dalam Sastra (skripsi dan tesis)

Teori psikoanalisis Freud tampaknya yang banyak mengilhami para pemerhati psikologi sastra. Dia membedakan kepribadian menjadi tiga macam Id, Ego, dan Super Ego. Ketiga ranah psikologi ini tampaknya yang menjadi dasar pijakan penelitian psikologi sastra. Memang harus diakui bahwa Freud yang menjadi titik pangkal keberhasilan mengungkapkan genesis karya sastra. Penelitiannya amat dekat dengan penelitian proses kreatif. Oleh karena konsep yang ditawarkan sebatas masalah gejolak ketiga ranah jiwa itu, relevansi teori Freud dianggap sangat terbatas dalam rangka memahami sebuah karya sastra. Psikologi Freud memanfaatkan mimpi, fantasi, dan mite, sedangkan ketiga hal tersebut merupakan masalah pokok dalam sastra. Hubungan yang erat antara psikoanalisis, khususnya teori-teori Freud dengan sastra juga ditunjukkan melalui penelitiannya yang bertumpu pada karya sastra. Teori Freud dengan demikian tidak terbatas untuk menganalisis asal-usul proses kreatif. Denagn cara bercakap-cakap, berdialog sehingga dapat menganalisis  psikologis.
 Bahasa inilah yang kemudian dianalisis sehingga menghasilkan dalam menganalisis terhadap karya sastra (Endraswara 2008:3). Bahasa dalam sastra adalah simbol psikologis. Bahasa sastra adalah bingkisan makna psikis yang dalam. Maka, perlu memahami bahasa estetis menggunakan psikoanalisis. Teori Freud dimanfaatkan untuk menggungkapkan berbagai gejala psikologis di balik gejala bahasa. Unsur-unsur yang disajikan dalam bahasa adalah bagaimana tokoh-tokoh, gaya bahasa, latar dan lain-lain yang memiliki kataksadaran bahasa dan memiliki arti yang khas. Bagi Freud, asas psikologi adalah alam bawah sadar. Teori psikologi yang sering digunakan dalam melaksanakan penelitian karya sastra adalah psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sejak tahun 1990-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari lmu psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (concious), bawah sadar (perconcious), dan tidak sadar (unconcious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat itu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, partisipasi, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini, apa yang dinamakan Freud dengan alam bawah sadar yaitu apa yang kita sebut saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat dipanggil ke dalam alam bawah sadar, kenangan-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tetapi dapat dengan mudah dipanggil lagi. 
Adapun bagian  terbesar adalah alam tidak sadar (unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada di balik perilaku tersebut. Konsep Freud naluri atau insting adalah representasi psikologi bawahan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan munculnya suatu kebutuhan tubuh (Koeswara,1991:36). Naluri akan menghimpun sejumlah energi psikis apabila suatu kebutuhan muncul dan pada gilirannya naluri ini akan menekan atau mendorong individu untuk bertindak kearah pemuasan kebutuhan yang bisa mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tekanan energi psikis itu. Freud membagi naluri menji dua macam yakni naluri kematian dan naluri kehidupan. Naluri kematian adalah naluri yang ditujukan untuk merusak atau mengahancurkan apa yanng telah ada. Naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain naluri kehidupan ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia (Koeswara 1991:39). Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Freud membagi struktur kepribadian menjadi tiga sistem antara lain id, ego,dan super ego.

Tidak ada komentar: