Menurut Stephen P. Robbins dalam (Wibowo,
2016)Proses pembentukan budaya organisasi
dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1. Pendiri hanya merekrut dan menjaga pekerja
yang berfikir dan merasa dengan cara sama
untuk melakukan pekerjaan.
2. Mengindoktrinasi dan mensosilaisasikan pekerja
dalam cara berpikir dan merasakan sesuatu.
3. Perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model
yang mendorong pekerja mengidentifikasi
dengan mereka dan kemudian menginternalisasi
keyakinan, nilai dan asumsi.
Ketika orgasisasi
berhasil, visi pendiri menjadi terlihat sebagai
determinan utama keberhasilan.
Menurut Kottler dan Hesskett dalam(Tika, 2014)
Gagasan proses pembentukan budaya organisasi bisa
berasal dari mana saja; dari perorangan atau
kelompok, dari tingkat bawah atau puncak
organisasi. Akan tetapi dalam perusahaan, gagasan
ini sering dihubungkan dengan pendiri atau
pemimpin awal yang mengartikulasikanya sebagai
suatu visi, strategi bisnis, filosofi atau ketigatiganya.
Selanjutnya menurut Stephen P Robbins
dalam(Tika, 2014) disebutkan, Terdapat tiga
kekuatan untuk mempertahankan suatu budaya
organisasi, yaitu :
1. Praktik Seleksi. Proses seleksi ini bertujuan
mengidentifikasi dan memperkerjakan individuindividu yang mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan melakukan
pekerjaan dengan sukses dalam organisasi.
2. Manajemen Puncak. Tindakan manajemen
puncak mempunyai dampak besar pada budaya
organisasi. Ucapan-ucapan dan perilaku mereka
dalam melaksanakan norma-norma sangat
berpengaruh terhadap anggota organisasi.
Sebagai contoh perusahaan fotokopi Xerox yang
mempunyai budaya informal, persahabatan yang
kental, inovasi, tegas dan berani mengambil
resiko, sangat berhasil dalam memasarkan mesin
fotokopi tipe 914. Budaya tersebut diikuti dan
dilaksanakan secara baik oleh para karyawan.
3. Sosialisasi, dimaksudkan agar para karyawan
baru dapat menyesuaikan diri dengan budaya
organisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar