Selasa, 24 September 2019

Penyelidikan dan Penetapan dalam Wawancara (skripsi dan tesis)


Ketika melakukan wawancara peneliti bisa menggunakan pertanyaan prompts atau probing. Dengan menggunakan itu dapat mmengurangi kecemasan dari pihak peneliti maupun partisipan. Probes bertujuan untuk penelusuran untuk menguraikan arti maupun alasan. Seidman (1991 dalam Holloway & Wheeler, 1996) lebih suka dengan istilah menjelajahi dari pada istilah probe/ menyelidiki sebab menekankan posisi kemampuan pewawancara dan merupakan nama untuk instrumen yang dipakai dalam investigasi medis. Mungkin untuk pertanyaan eksplorasi bisa digunakan, seperti apa pengelaman anda yang menyenangkan? Bagaimanakah perasaan anda mengenai hal tersebut? Bisakah anda bercerita lebih rinci lagi tentang hal itu? Menarik sekali, kenapa anda melakukan itu?.
Pewawancara bisa melakukan tindak lanjut poin tertentu atau dengan kata-kata tertentu yang diungkapkan oleh partisipan. Partisipan menjadi lancar jika dimintai untuk menceritakan mmengenai sebuah kisah, merekonstruksi pengalaman yang mreka alami, speerti hari, perasaan, atau insiden mreka mengenai sebuah penyakit.

Mungkin Prompt non-verbal lebih bermanfaat. Dari cara berdiri peneliti, condeng kedepan, kontak mata akan mendorong refleksi. Sebetulnya ketrampilan yang didapat dalam konseling yang dipunyai seorang perawat akan memudahkan dalam melaksanakan hal ini.

Penggunaan prompt atau probe yaitu supaya wawancara dapat berjalan dengan lancar dan bisa memberikan rasa yang nyaman baik dari peneliti maupun dari partisipan tanpa keluar dari tujuan awal penelitian. Hal ini tak lepas dari kemampuan yang dimiliki pewawancara sendiri.

(Byrne, 2001) Sebagai pewawancara yang baik harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan mumpuni. Keterampilan yang dimiliki meliputi keterampilan menyusun kata (paraphrasing), mmendengarkan, probing dan juga meringkas.

Tidak ada komentar: