Kamis, 05 September 2019

Novel (skripsi dan tesis)

 Dalam Tinjauan Psikologi Sastra Novel pada dasarnya merupakan bentuk penceritaan tentang kehidupan manusia yang bersifat fragmentaris. Teknik pengungkapannya bersifat padat dan antar unsurnya merupakan struktur yang terpadu. Novel menceritakan kejadian yang luar biasa dari kehidupan para tokohnya. Cerita yang baik hanya akan melukiskan detail-detail tertentu yang dipandang perlu agar tidak membosankan dan mengurangi kadar ketegangan cerita (Nurgiyantoro, 2000 : 14). Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa agar tercapai maksud yang dituju pengarang maka dalam menceritakan kejadian haruslah bersifat penting, luar biasa, dan yang dianggap perlu saja agar ceritanya tidak melenceng dari tema. Novel terdiri atas unsur-unsur pembentuk, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur struktural formal yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur tersebut antara lain tema, penokohan, alur, latar judul, sudut pandang, gaya dan suasana. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur dari dunia luar karya sastra yang berpengaruh. Unsur-unsur itu adalah : ekonomi, politik, filsafat, dan psikologi (Nurgiyantoro, 2000 : 23-24). Psikologi merupakan unsur ekstrinsik dari karya sastra, namun peran psikologi dalam karya sastra sangatlah penting. Peran psikologi dalam karya sastra yaitu digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang tidak secara sadar diciptakan oleh pengarang. Berdasarkan penokohan itu sendiri tokoh dapat diterima bila dapat dipertanggungjawabkan dari segi fisiologis, sosiologis, dan psikologis yang menunjang pembentukan tokoh-tokoh cerita yang hidup. Secara fisiologis, rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisik/kesehatan dan tingkat kesejahteraan para tokoh. 
Walaupun dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali terkecoh oleh penampilan seseorang, bahkan kita dapat tertipu oleh  penampilannya, demikian pula dalam suatu karya sastra, faktor penampilan fisik para tokoh memegang peranan penting sehubungan dengan karakterisasi. Dimensi fisiologis meliputi ciri-ciri tubuh, raut muka, pakaian, dan segala perlengkapan yang dikenakan oleh sang tokoh, seperti sepatu, topi jam tangan, tas, perhiasan. Dari segi sosiologis, novel tidak menampilkan tokoh sebagai manusia secara individual, namun lebih sebagai manusia secara sosial yang saling berinteraksi dengan tokoh lainnya dalam kehidupan bermasyarakat layaknya dalam kehidupan nyata. Sebagai sistem simbol, dalam novel terkandung keberagaman tokoh sebagai representasi multikultural tokoh-tokoh sebagai spesies. Dimensi sosiologis yakni unsur-unsur status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi dan keluarga, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, ideologi, aktifitas sosial, organisasi, kegemaran, ketutrunan, suku bangsa. Berdasarkan segi psikologisnya ada kaitannya antara penokohan dengan psikologi karena tokoh dalam cerita novel biasanya ditampilkan secara lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan tingkah laku, sifat dan kebiasaan. Kejiwaan para tokoh dalam novel sesungguhnya adalah penggambaran manusia yang hidup di alam nyata sebagai model didalam penciptaan seorang pengarang. Tokoh berperan penting dalam jalannya cerita, dengan adanya tokoh timbullah suatu peristiwa. Tokoh dipergunakan pengarang untuk menyampaikan maksud melalui ucapan, tingkah laku / perilaku dari tokoh. Bisa dikatakan bahwa unsur psikologi sangat berpengaruh terhadap unsur penokohan di dalam sebuah karya sastra.
 Dimensi psikologis yaitu mentalitas, norma-norma, moral yang dipakai,   tempramen, perasaan-perasaannya, keinginan pribadi, sikap dan watak, kecerdasan, keahlian, kecakapan khusus. Menurut Wiyatmi (2006 : 14) sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dibatasi hanya pada “mahakarya”, yaitu buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya yang diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif. Endraswara dalam bukunya Metodologi Penelitian Sastra juga mengungkapkan bahwa karya sastra yang dijadikan subyek penelitian perlu diberlakukan secara lebih manusiawi. Karya sastra bukanlah barang mati dan fenomena yang lumpuh, namun penuh daya imajinasi yang hidup. Karya sastra tak jauh berbeda dengan fenomena manusia yang bergerak, fenomena alam yang kadang-kadang ganas, dan fenomena apapun yang ada di dunia dan akherat. Karya sastra dapat menyebrang ke ruang dan waktu yang kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar manusia karenanya membutuhkan metode sendiri. Antara psikologi dan novel mempunyai hubungan yang fungsional yaitu sama-sama berguna sebagai sarana mempelajari aspek kejiwaan manusia. Bedanya gejala yang ada dalam karya sastra novel adalah gejala-gejala kejiwaan manusia yang imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia riil. Meski sifat-sifat manusia dalam karya sastra novel bersifat imajiner, tetapi dalam menggambarkan karakter dan jiwanya pengarang menjadikan manusia yang hidup di alam nyata sebagai model dalam penciptaannya. Berdasarkan novel, ilmu psikologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekataan untuk menelaah atau mengkaji tokoh-tokohnya. Menganalisis tokoh dalam karya novel dan perwatakanya seorang pengkaji sastra juga harus berdasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologi yang menjelaskan perwatakan dan kejiwaan manusia. 

Tidak ada komentar: