Rabu, 11 September 2019

Hakikat Metode Discovey Inquiry (skripsi dan tesis)

Inquiry selain sebagai model pembelajaran, berfungsi juga sebagai cara yang dapat digunakan  guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke siswa, Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas menelaah suatu permasalahan, kemudian mereka mempelajari, membahas dan meneliti.
Carin yang pendapatnya dikutip Moh Amien (1987: 126) menyatakan inquiry pada dasarnya adalah proses mental yang membawa siswa atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip. Pembelajaran inquiry adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan (discovery) konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental dalam pembelajaran dengan metode discovery inquiry meliputi mengamati, mengklasifikasi, melakukan pengukuran, menginterpretasi dan sebagainya.

Menurut H. Sujati (1998: 16) bahwa dalam proses belajar mengajar IPA, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menemukan suatu konsep. Metode pembelajaran yang diduga dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif menemukan konsep adalah metode inquiry. Menurut Moh. Amien (1987: 126) kegiatan inquiry dibentuk dan meliputi kegiatan discovery (penemuan). Dengan demikian kegiatan penemuan menunjukkan kegiatan inquiry.
Bruner dalam bukuyang ditulis Ratna Wilis Dahar (1996: 103) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil terbaik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar  bermakna. Kebaikan dari metode ini adalah:
a.       Siswa akan memahami konsep dasar secara lebih baik, sehingga pengetahuan bertahan lama dan mudah dingat
b.      Hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, dengan kata lain pemahaman konsep dan prinsip sebagai kemampuan kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
c.       Meningkatkan penalaran dan kemampuan siswa untuk berfikir bebas
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa metode discovery inquiry adalah dua metode yang digabungkan menjadi satu. Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut adalah mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan. Sedangkan inquiry adalah perluasan poses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya : merumuskan masalah, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Ciri metode discovery inquiry adalah guru menyajikan bahan pembelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi peserta didiklah yang diberi peluang untuk mengadakan penyelidikan dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Dalam melaksanakan metode discovery inquiry ini keterlibatan siswa secara aktif dalam menemukan konsep lebih diutamakan dengan mengutamakan mengikuti petunjuk kegiatan yang dirancang guru.
Pembelajaran penemuan (discovery)  menurut  Arthur, A Carin membagi pembelajaran penemuan dibagi menjadi 2 jenis yaitu: (1) penemuan terbimbing (guided discovery) dan (2) penemuan bebas (free discovery. Kindsvatter, R William Wilen dan Margareth Ishler (1996:260-262) juga membagi pembelajaran inquiry menjadi 3 jenis yaitu inquiri terbimbing (guided inquiry) dan inquiri bebas (open inquiry) dan (3) inquiry secara individu (individualized inquiry investigation). Dalam inkuiri terbimbing guru menyediakan data dan siswa pertanyaan atau masalah untuk membantu siswa mencari jawaban, kesimpulan, generalisasi dan solus. Pada inkuiri bebas siswa merencanakan solusi mengumpulkan data dan selebihnya sama dengan metode inkuiri terbimbing. Sedangkan pada pembelajaran inkuiri secara individual meliputi ketrampilan mengidentifkasi dan keinginan siswa yang tertarik pada belajar mandiri

Tidak ada komentar: