Kamis, 19 September 2019

Dimensi Informasi dalam EWOM (skripsi dan tesis)

Menurut Huang (2009) ada empat dimensi informasi EWOM yang berpengaruh terhadap penerimaan informasi. Empat dimensi tersebut adalah kualitas informasi, otoritas sumber informasi (autority of information) , keautentikan informasi dan seberapa menarik suatu informasi. Penerimaan informasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi keinginan orang untuk mengirimkan ulang pesan. Dalam komunikasi , semakin banyak pesan yang dikirimkan ulang menandakan WOM yang terjadi semakin baik.
.1 Kualitas
Menurut Gelle & Karhu (2003), kualitas memerlukan kecocokan dalam keperluan dan memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini berarti informasi yang berkualitas harus bebas dari kesalahan dan memiliki desain yang cocok untuk konsumen. Data yang berkualitas juga terbebas dari kecacatan, seperti susah diakses, tidak akurat , kadaluarsa, tidak konsisten, tidak lengkap serta tidak komperhensif. Gustavsson & Wänström (2008) mengartikan kualitas sebagai kemampuan untuk memuaskan dan menyiratkan kebutuhan informasi konsumen. Dia juga menyebutkan bahwa ada sepuluh dimensi untuk mendefinisikan defisiensi kualitas informasi, yaitu lengkap, ringkas, reliabel, timely valid, mudah diakses, jumlah yang pas, kredibel, relevan dan bisa dipahami. Rieh (2002) membagi pengertian mengenai kualitas informasi ke dalam dua tingkatan, yaitu tingkat konseptual dan tingkat operasional. Pada tingkat konseptual , kualitas informasi didefinisikan sebagai kriteria pengguna yang berkaitan dengan keunggulan atau dalam kasus lainnya sebagai pemberian label yang sesungguhnya. Pada tingkat operasional, Rieh mendefinisikan sebagai seberapa informasi tersebut akan dianggap berguna, bagus, kekinian dan akurat .
2 Autentik
 Dalam kajian oleh Llicic & Webster (2014) , “autentik” secara umum diartikan sebagai sesuatu yang sejati, nyata, dan benar. Keautentikan bukan merupakan atribut yang melekat pada objek. Autentik merupakan interpretasi atau taksiran oleh evaluator. Dalam studi yang dilakukan Huang et al (2009), mengemukakan bahwa keautentikan informasi digunakan untuk mengevaluasi apa yang dikatakan dan bagaimana hal tersebut disampaikan. Lebih lanjut, Huang (2009) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang berkaitan mengeneai keautentikan yaitu kredibilitas, kepercayaan dan keandalan infomasi.. Sebuah ulasan dalam website atau blog termasuk dalam eWOM. Dalam penelitian yang dilakukan Banerjee & Chua (2014), menemukan beberapa perbedaan antara ulasan online yang autentik dan palsu.. Perbedaan- perbedaan yang muncul dilihat dari tingkat komprehensif, informatif, dan jenis tulisan.Dilihat dari segi komprehensif, ulasan yang autentik lebih cenderung berteletele (verbose) namun mudah dibaca (readable) dibanding ulasan manipulatif. Ulasan autentik secara umum lebih informatif. Ulasan yang autentik cenderung memiliki lebih sedikit isyarat visual dan sentuhan. Kalimat yang digunakan juga lebih banyak menggunakan present tense. Tanda tanya lebih banyak digunakan dan tanda seruan lebih sedikit digunakan pada ulasan autentik.
Sub- Dimensi Tekstual Perbedaan antara ulasan autentik dan manipulati
.3 Otoritas
Wilson (1983) dalam Rieh (2002) mengartikan otoritas kognitif sebagai pengaruh yang dirasa pengguna sebagai sesuatu yang wajar karena informasi yang ada dianggap kredibel dan layak untuk di percaya. Rieh (2002) kemudian memberikan definisi operasional atas otoritas kognitif sebagai jangkauan di mana pengguna berpikir bahwa pengguna bisa mempercayai informasi. Informasi tersebut dapat dipercaya, kredibel, dapat diandalkan, resmi dan ilmiah. Huang et al (2009) kemudiaan membagi definisi operasional dari Rieh (2002) menjadi dua bagian, yaitu keautentikan (kredibilitas, kepercayaan dan keandalan) dan otoristas (amatiran, resmi atau ilmiah). Pembagian oleh Huang et al (2009) ini didasarkan oleh pernyataan Mitra dan Watts (2002) , yaitu suara online merepresentasikan tiga aspek komunikasi: “siapa yang berbicara”, “ apa yang dibicarakan”, dan “bagaimana hal itu disampaikan”. Amatiran, resmi atau ilmiah berfokus pada sumber/ siapa yang menyampaikan informasi, sehingga masuk dalam otoritas sumber informasi. Fritch & Cromwell (2001) dalam studinya mengungkapkan bahwa banyak orang gagal dalam mengevaluasi informasi dari internet. Hal ini disebabkan adanya kekurangan pengertian mengenai isu- isu disekitarnya dan otoritasnya. Kegagalan dalam mengevaluasi informasi ini berarti bahwa informasi yang belum pasti (questionable) digunakan sembarangan tanpa penilaian yang cukup dari pihak yang berwewenang (authority) . Informasi yang bagus diabaikan karena kurangnya kepercayaan pada informasi tersebut. 
.4 Kemenarikan informasi
 Kemenarikan informasi penting dalam bahasan kita. Informasi yang menarik akan menarik resender untuk membaca dan menyebarkannya dalam dunia online (Rieh, 2002). Tingkat kemenarikan informasi berkaitan dengan seberapa menarik, lucu atau membosankan informasi tersebut disampaikan. Garner et al (1991) dalam Matook et al (2013) menemukan bahwa individu lebih sedikit mengingat teks yang kurang menarik dibandingkan dengan teks yang menarik jika dihadapkan dalam data yang banyak. Ini menunjukkan bahwa informasi yang menarik lebih diterima dari pada yang tidak menarik. Andree et al (2012) dalam Matook et al (2013) juga berpendapat bahwa posting yang tidak menarik tidak mempengaruhi individu dalam pemilihan konsumsinya. Posting yang tidak menarik menawarkan lebih sedikit nilai kepada pengguna. Matook et al (2013) dalam studinya menemukan bahwa dalam jaringan sosial online (online social network -OSN) , pengguna sensitif terhadap posting yang bagi mereka menarik. Menurut Anderson et al (1984) dalam Holmes et al (2007) memaparkan bahwa kemenarikan merupakan faktor kritis yang akan meningkatkan waktu membaca seseorang. Hasil penelitian Powel et al (2007) sendiri menemukan bahwa kemenarikan akan meningkatkan perhatian seseorang untuk membaca, namun kemenarikan tidak meningkatkan pembelajaran. 

Tidak ada komentar: