Selasa, 27 Agustus 2019

Pengertian Resiliensi (skripsi dan tesis)


Resiliensi adalah sebuah proses perkembangan yang menjadi pola pikir, yang berprioritas pada tingkah laku dan pikiran, dan memfasilitasi perkembangan fisik, emosi, dan spiritual (Allen dalam Resnick dkk., 2010). Resiliensi merupakan sebuah keluaran atau hasil dari adaptasi yang sukses terhadap kesulitan dalam hidup. Dua hal penting yang menjadi syarat resiliensi adalah sebaik apa individu tersebut mampu bangkit seutuhnya dari kesengsaraan. Hal kedua yang penting adalah ketahanan individu untuk dapat melanjutkan hidup dari kesengsaraan tersebut (Zautra dkk., 2010). Radke-Yarrow dan Brown (Kaplan, 1999) mendefinisikan resiliensi sebagai sebuah keadaan individu yang tidak memiliki diagnosa masalah apapun dan bukan termasuk dalam kriteria borderline, sedangkan non resilien didefinisikan sebagai adanya kemunculan satu atau lebih masalah pada diri individu. Sedangkan menurut Kaplan (1999) resiliensi adalah mempunyai kemampuan bertahan dalam menghadapi keterepurukan. Resiliensi dihubungkan dengan hasil kemampuan yang mampu dicapai setelah keluar dari kesulitan-kesulitan.
Wagnild (Yu & Zhang, 2007) berpendapat bahwa resiliensi merupakan karakteristik personal yang dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi secara   positif ketika berada dalam keadaan stres maupun kesulitan. Resiliensi diidentifikasi sebagai suatu keadaan dimana seorang individu yang menghadapi berbagai macam tekanan mampu melakukan sesuatu yang sama baiknya dengan orang yang tidak menghadapi tekanan. Resiliensi tidak selalu diartikan ketika seorang individu mampu melakukan suatu hal dengan baik meskipun dalam tekanan atau setelah datangnya tekanan, tetapi resiliensi lebih dari itu, karena resiliensi berlangsung dalam waktu yang panjang (Hill dkk., 2007). Grotberg (1999) mengartikan resiliensi sebagai kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi kesengsaraan. Individu menjadi kuat karena dipengaruhi oleh faktor resiliensi sehingga individu mampu bertransformasi oleh pengalaman-pengalaman yang buruk. Resiliensi mampu dimiliki oleh semua orang walaupun ada perbedaan seperti usia, tahap perkembangan, banyak-kurangnya pengalaman buruk, dan sumber-sumber positif yang menjadi penguat resiliensi. Connor dan Davidson (2003) menyatakan resiliensi sebagai ukuran dari kemampuan mengatasi stres, resiliensi mampu menjadi hal penting dalam memulihkan kecemasan, depresi, maupun reaksi stres. 

Tidak ada komentar: