Sabtu, 03 Agustus 2019

OverallEquipment Effectiveness (OEE) (skripsi dan tesis)

Efekttivitas Peralatan Keseluruhan (Overall Equipment Effectiveness OEE)adalah indikator pengukuran yang dikembangkan oleh Seiichi Nakajima padatahun 1960 yang mengevaluasi dan menunjukkan seberapa efektif peralatanoperasi manufaktur yang digunakan. Hasil dinyatakan dalam bentuk generik yangmemungkinkan perbandingan antara unit-unit manufaktur di industri yangberbeda (Gasperz, 2012).
OEE bukan hal yang baru dalam dunia industri dan manufaktur, teknik pengukurannya sudah dipelajari dalam beberapa tahun dengan tujuan penyempurnaan perhitungan. Tingkat keakuratan OEE dalam pengukuran efektifitas memberikan kesempatan kepada semua usaha bidang manufaktur untuk mengaplikasikan sehingga dapat melakukan usaha perbaikan terhadap proses itu sendiri. OEE juga merupakan produk dari six big losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam  six big losses dapat  dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni, downtime losses, speed losses, dan defect losses
  1. Downtime
    1. Equipment Failure (breakdown losses)
Equipment failure merupakan yang terbesar dari six big loss. Terdapat dua jenis equipment failure, yaitu sporadic dan chronic. Sporadic failure terjadi secara tiba – tiba dimana sesuatu terjadi pada saat mesin rusak. Biasanya kerusakan jenis ini dapat diidentifikasi dengan mudah dan dapat diperbaiki. Sebaliknya chronic failure merupakan jenis kerusakan minor yang terjadi pada peralatan, namun pada saat terjadi kita tidak dapat dengan jelas mengidentifikasi penyebabnya. Disamping itu, dampak yang ditimbulkannya tidak signifikan, sehingga kerusakan ini secara umum dapat diterima.
  1. Set-up and adjustment losses
Set-up dan adjusment losses dapat diukur setelah terjadi breakdown. Kerugian ini mengacu pada kerugian waktu produksi antara jenis produk dan termasuk pemanasan setelah pergantian model. Waktu pergantian harus masuk ke dalam kategori ini dan tidak termasuk dalam bagian planned downtime.
  1. Speed Losses
    1. Reduced speed
Reduced speed mengacu pada perbedaan antara kecepatan ideal dengan kecepatan aktual operasi. Peralatan mungkin bekerja dibawah kecepatan idealnya dengan beberapa alasan : tidak standard atau kesulitan raw material, masalah mekanik, masalah yang lalu, atau kelebihan beban kerja terhadap peralatan tersebut.
  1. Idling and Minor Stoppages
Idling losses ini terjadi ketika peralatan / mesin tetap beroperasi (menyala) walaupun tanpa menghasilkan. Minor stoppages losses terjadi ketika peralatan berhenti dalam waktu singkat akibat masalah sementara. Contohnya, minor stoppage terjadi ketika sebuah bagian ekerjaan terlewatkan atau ketika sensor aktif dan menghentikan mesin. Secepat mungkin operator akan memindahkan bagian pekerjaan tersebut atau mematikan sensor sehingga dapat beroperasi normal kembali. Karena kerugian ini mengganggu kerja, maka dapat dikategorikan sebagai breakdown. Namun demikian, keduanya berbeda, dimana minor stoppage dapat diselesaikan dengan cepat ketika diketahui (operator dapat membetulkan minor stoppage dan dalam waktu kurang dari 10 menit).
  1. Quality Losses
    1. Start – up losses (reduced yield)
Kerugian ini terjadi di awal produksi, dari mesin dinyalakan sampai mesin stabil untuk berproduksi dengan kualitas yang sesuai standard. Volume dari kerugian ini tergantung dari derajat kestabilan proses. Ini bisa dikurangi dengan level pemeliharaan terhadap peralatan / mesin, kemampuan teknik operator, dll.
  1. Quality defect (process defect)
Prosses defect menunjukkan bahwa ketika suatu produk yang dihasilkan rusak dan harus diperbaiki, maka lama waktu peralatan memproduksinya adalah kerugian. Kerugian ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kerugian yang lain. Namun dalam lingkungan  “Total Quality” sekarang ini, diharapkan tidak ada reject, terutama yang disebabkan oleh peralatan. Oleh karenanya kerugian ini harus ditekan seminimal mungkin.
OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat produktifitas mesin/peraltan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas ataupun efektivitas mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. OEE juga merupakan alat ukur uantuk mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk jaminan peningkatan produktivitas penggunaan mesin/peralatan.
Formula matematis dari OEE (overall Equipment Effectiveness) dirumuskan sebagai berikut (Nakajima, 1988):
OEE = Availability  x  Performance  x  Quality x  100%       .................... (2.1)
Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance efficiency saja. Dari enam pada six big losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi actual dari mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat. 

Tidak ada komentar: