Rabu, 28 Agustus 2019

Hubungan dukungan Sosial Terhadap Kesehjateraan Psikologis (skriosi dan tesis)

Dukungan sosial merupakan salah satu fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok (Rook, dalam Smet, 1994). Berdasarkan pemaparan tersebut menjelaskan bahwa dukungan sosial mempengaruhi perasaan individu dalam berbagai hal termasuk kesejahteraan psikologis individu tersebut, karena pada dasarnya kesejahteraan psikologis adalah penggambaran sejauh mana individu merasa nyaman, tenang, dan bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka memandang pencapaian potensi-potensi mereka sendiri (Ryff, 1989). Hal tersebut senada dengan pengaruh dukungan sosial yang telah diungkapkan sebelumnya, di mana aspek-asek dukungan sosial mampu memberikan hubungaan yang positif bagi kesejahteraan psikologis, aspek-aspek dukungan sosial tersebut bersumber dari Sarafino ( 2010). Aspek yang pertama adalah aspek dukungan emosional, Sarafino (2006) mengatakan pemberian dukungan emosional berupa pemberian semangat, kehangatan dalam berinteraksi sosial dan cinta kasih dapat menjadikan individu percaya bahwa dirinya dikagumi, dihargai, dicintai dalam kehidupan sosial karena mengetahui bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman pada individu tersebut.
Miner (1992) mengatakan bahwa adanya dukungan secara emosi dapat mencegah perasaan tertekan, yaitu mencegah apa yang dipandang individu sebagai stresor yang diterima, kemudian dukungan sosial dapat memberikan arti bagi individu dalam penyelesaian masalah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Demaray dan Malecki (2002) mengatakan bahwa dukungan emosional membantu individu untuk mengurangi tekanan dan merubah suasana hati menjadi lebih positif sehingga meningkatkan kesejahteraan individu tersebut. Sarafino (1990) mengatakan bahwa adanya dukungan emosional membuat individu memiliki rasa nyaman, rasa memiliki, tentram, dan dicintai sehingga muncul kesejahteraan dalam diri individu tersebut, sebaliknya tanpa adanya dukungan emosional yang diterima individu akan memunculkan perasaan tertekan, emosi yang tidak stabil, stres dan menandakan bahwa individu tersebut tidak berada dalam kondisi yang sejahtera. Aspek kedua adalah dukungan instrumental, Caplan, dkk (2007) mengatakan bahwa dukungan instrumental adalah bantuan nyata seperti bantuan fisik atau bantuan dalam bentuk sarana seperti memberikan tumpangan saat rekan kerja tersebut tidak membawa kendaraan. Hal tersebut tentu sangat di butuhkan oleh mahasiswa yang bekerja dikarenakan dukungan instrumental mampu mengurangi beberapa kesulitan yang di alami oleh mahasiswa yang bekerja dalam hal fasilitas yang tidak dapat terpenuhi, menurut Weiss (dalam Cutrona, 1994) individu yang menerima bantuan materi akan merasa tenang karena menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila dirinya menghadapi masalah dan kesulitan. Selain itu contoh seperti pemberian bonus dari atasan di tempat kerja bagi mahasiswa yang bekerja dirasa dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis karena adanya penghargaan dari jerih payah bekerja. Pernyataan tersebut di dukung oleh teori Gibson, dkk (1994) yang mengatakan bahwa imbalan atau penghargaan yang di berikan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan dalam hidup individu. Penelitian yang dilakukan oleh Marliyah (2012) mengatakan bahwa pemberian dukungan secara langsung (berupa kompensasi, tunjangan, dan lain-lain) akan meningkatkan semangat kerja, kepuasan dan kesejahteraan bagi karyawan. Hasil penelitian tersebut dikuatkan oleh teori Jurgensen (dalam Blum, dkk. 1986) yang mengatakan bahwa imbalan atau gaji merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar bagi setiap karyawan, sehingga imbalan atau gaji yang sesuai akan mendorong motivasi kerja karyawan yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan teori yang telah di jelaskan oleh Gibson, dkk. (1994) jika seorang karyawan tidak mendapatkan dukungan instrumental seperti imbalan atau gaji yang sesuai harapan, maka hal tersebut akan menurunkan kesejahteraan individu (mahasiswa yang bekerja). Aspek dukungan sosial yang ketiga adalah dukungan informasi, menurut Sarafino (2006), dukungan informasi adalah dukungan yang bersifat informatif, dukungan ini dapat berupa saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan. Cohen dan Shyme (1985) menyatakan bahwa pemberian dukungan informasi dapat membantu individu untuk merubah situasi dan merubah pemahaman dari situasi, sehingga mempengaruhi kesejahteraannya. Mengacu dari teori tersebut individu yang mendapat bantuan informasi maka dapat mengatasi masalahnya dan mengurangi keragu-raguan, hal tersebut dapat menurunkan tingkat stres, kecemasan, takut dan kekhawatiran sehingga individu dapat lebih merasa bahagia dan sejahtera dalam kehidupannya. Dukungan informasi yang di berikan dapat membantu seseorang dalam menghadapi masalah dan menyelesaikan tantangan-tantangan dalam pekerjaan (Lambert, dkk. 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sinokki (2011) menyebutkan bahwa dukungan informasi dibutuhkan oleh individu untuk mencegah keterbatasan informasi atau pemberitahuan sehingga individu tersebut tidak merasa tertekan akibat keterbatasan informasi yang diterima, hal tersebut dapat membentuk perasaan sejahtera, sebaliknya jika dukungan informasi tidak diberikan individu akan merasa tertekan akan keterbatasan informasi dan membuat individu tidak merasa sejahtera. Aspek selanjutnya adalah aspek dukungan jaringan sosial, menurut Lawang (2005) Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi sesuatu. Konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk pada semua hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Sheridan & Radmacher (1992) mengatakan bahwa bentuk dukungan jaringan sosial akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengan kelompok dengan begitu individu akan memiliki perasaan senasib. Horton dan Hunt (1996) menyebutkan bahwa adanya hubungan dalam sebuah kelompok memunculkan perasaan nyaman, simpati dan rasa sepenanggungan yang di peroleh individu sehingga timbul kepercayaan terhadap kelompok. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thompson (1995) didapatkan hasil bahwa dukungan jaringan sosial berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis dikarenakan dukungan dari jaringan sosial memberikan dampak positif bagi individu yang mengacu pada keyakinan sikap, orientasi jaringan (network orientation) yang berkaitan dengan adanya rasa berharap pada kelompok dalam menghadapi suatu masalah, sehingga memunculkan persepsi positif yang membuat individu tersebut sejahtera di dalam jaringan sosial yang dimiliki. Dukungan yang diberikan oleh kelompok membantu individu terhindar dari persepsi diri yang negatif, rasa kesepian, kesejahteraan diri yang menurun akibat tidak adanya rasa sepenanggungan, dan kekhawatiran berlebih untuk melakukan kontak sosial (Rahman, 2009). Hal tersebut menjadi dasar bahwa tanpa adanya dukungan jaringan sosial membuat individu memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah karena tidak adanya rasa sepenanggungan yang diberikan oleh kelompok. Adapun untuk aspek dukungan penghargaan menurut Sarafino (2010) menyatakan bahwa dukungan penghargaan adalah dukungan yang melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan perorma orang lain. Sarafino (1994) mengatakan bahwa dukungan penghargaan menjadi aspek kuat dalam dukungan sosial, karena dari penelitian yang dilakukan oleh Verawati (2017) didapatkan bahwa dukungan penghargaan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kesejahteraan psikologis dimana disebutkan bahwa adanya dukungan penghargaan dapat memunculkan adanya rasa bahagia karena diperhatian, meningkatnya rasa percaya diri, dan sikap positif. Munculnya perasaan bahagia dapat dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis seperti yang telah dikatakan oleh Ryff (1995) bahwa kesejahteraan psikologis dapat dimaknai dengan diperolehnya kebahagiaan.
Menurut Olukolade,dkk (2013) menyatakan bahwa jika aspek dukungan penghargaan yang diterima individu rendah maka kesejahteraaan psikologis akan cenderung rendah. Dukungan sosial dimungkinkan akan sangat berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan psikologis mahasiswa yang bekerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jibeen dan Khalid (2010) mengatakan bahwa dukungan sosial muncul sebagai prediktor yang signifikan secara langsung dari kedua hasil positif dan negatif kesejahteraan psikologis. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin baik kesejahteraan psikologis yang dirasakan, sebaliknya rendahnya dukungan sosial mengindikasikan tingginya tekanan psikologis. Sejalan dengan penelitian di atas, Karlsen, dkk, (2004) dalam penelitiannya menyebutkan dukungan sosial mempengaruhi kesejahteraan psikologis baik secara langsung maupun tidak langsung. Kesejahteraan psikologis dan dukungan sosial adalah dua variabel yang berhubungan secara timbal balik, jika individu mendapatkan dukungan sosial yang tinggi maka kesejahteraan psiologis juga akan meningkat. Terkait hal tersebut dukungan sosial dirasa akan sangat berpengaruh bagi mahasiswa yang bekerja karena pada umumnya mahasiswa adalah remaja yang sedang berada pada tahap mencari jati diri, sehingga pengaruh secara emosional melalui dukungan sosial dari teman, maupun rekan kerja akan menimbulkan dampak yang lebih efektif daripada menggunakan aspek lain dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis p

Tidak ada komentar: