Minggu, 21 Juli 2019

Perilaku makan (skripsi dan tesis)

 

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung oleh pihak  luar. Faktor determinan prilaku manusia sulit untuk dibatasi, karena perilaku merupakan resultan berbagai faktor baik internal  maupun ekstrnal (Notoatmojo, 2007), secara garis besar  perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu:  fisik, psikis dan sosial. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan erat, sehingga sulit ditarik garis yang tegas faktor yang   yang lebih berpengaruh pada perilaku manusia.
Menurut Green el al.  (2000) Perilaku dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:
  1. Persepsi (Perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan perilaku tingkat pertama misalnya, seorang ibu memberikan makan pada anaknya
  2. Respon terpimpin (guided response)
 Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupkan  indikator  prilaku tingkat  dua, misalanya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, memulai dengan cara mencuci, memotong- motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya
  1. Mekanisme (mecanisme)
 Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka iya sudah mencapai perilaku tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang selalu mencuci tangannya sebelum makan atau ketika akan memberi makan anaknya tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain  secara sadar  cuci tangan sendiri. Bertindak atas kesadaran sendri
  1. Adopsi (adoption)
       Adopsi adalah suatu perilaku atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik . Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut, misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi dengan menggunakan bahan yang murah dan sederhana.
       Perilaku konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diriseseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang dan faktor lain yang berkaitan  dengan tindakan yang tepat . Jika ditelusuri lebih lanjut, system nilai  tindakan itu dipengaruhi oleh  pengalaman pada masa lalu  berkaitan dengan informasi tentang makanan dan gizi yang pernah diterimnya  dari berbagai sumber. Disisi lain, perilaku makan dipengaruhi pulah oleh wawasan   atau cara pandang seseorang terhadap masalah gizi.
          Perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kebiasaan makan. kebiasaan makan merupakan sebagai cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkomsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada latar belakang sosial budaya setempat  (Den hertog dan van staveren, 1983)
           Dari sudut pandang ilmu antropologi dan ilmu sosiologi mengenai perilaku makan individu dan system sosial keluarga menunjukan, bahwa faktor umum yang mempengaruhi perubahan adalah karena adanya perubahan sosial. Perilaku makan demikian kompleksnya  untuk  mencapai tujuan, perubahan yang dilakukan harus secara sosial dan besar-besaran. Literatur kedokteran yang ada pun tidak ada yang dengan tepat mencantumkan bagaimana cara terbaik untuk melakukan perubahan di bidang ini, dengan kata lain, masih dibutuhkan studi lebih lanjut di Indonesia tentang bagaimana mencegah obesitas sejak dini (Sanjur, 1982)
            Menutup restoran cepat saji atau menertibkan tukang jajan di sekolah dasar tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan usaha dari pelbagai kalangan untuk melakukan perubahan yang benar-benar efektif, dari pemerintah, media massa, rakyat secara umum, sekolah, penyedia jasa kesehatan, peneliti, dan tentunya dari kalangan rumah alias orang tua.
          Pemerintah sebagai penentu kebijakan berperan menetapkan aturan atau pembatasan makanan-makanan kurang sehat dengan kalori yang sangat tinggi serta berpotensi menimbulkan obesitas. Media massa memegang peranan yang amat luar biasa besar untuk mengkampanyekan bahayanya obesitas pada anak, di perkotaan Indonesia, trend ustadz atau pendeta sebagai guru sudah mulai tersingkir. Meskipun pengajian dan misa masih ramai pengunjung, tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat lebih patuh terhadap iklan dan tayangan televisi yang berlangsung hampir 24 jam sehari dengan kemasan yang sangat menarik. Gabungan pemerintah dan media massa untuk mendidik masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat merupakan alat yang sangat baik untuk membuat perubahan.(Farmacia, 2009)
               

Tidak ada komentar: