Senin, 29 April 2019

Validitas dan Reliabilitas (skripsi dan tesis)


Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian
sangat tergantung pada kualitas data yang akan dipakai dalam pengujian tersebut (Singarimbun, 1989). Data penelitian yang didalam pengumpulannya sering kali menuntut pembiayaan, waktu dan tenaga besar, tidak akan berguna bila mana alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Suatu instrumen ukur yang tidak valid atau tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai test. Apabila informasi yang keliru tersebut, dengan sengaja atau tidak sengaja digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu kesimpulan dan keputusan maka tentulah hal tersebut tidak akan merupakan kesimpulan atau keputusan yang tepat. Karena itu, supaya hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka informasi yang menyangkut validitas dan reliabilitas instrumen ukur harus disampaikan.
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya (Azwar, 1992). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen
ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu test atau instrumen
ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Test yang menghasilkan
data tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai test yang
memiliki validitas rendah. Dalam hal ini, faktor yang mempengaruhi validitas
adalah pewawacara, responden (yang diwawancarai), dan instrumen ukur
yang digunakan.
Validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa
jenis, yaitu:
a. Validitas Konstruk (Construct)
Sebagai salah satu dari tiga metode yang ada, validitas konstruk adalah tipe
validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau
kontruk teoretik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk
merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan
konsep mengenai trait yang diukur. Walaupun pengujian validitas konstruk
biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih komplek daripada
teknik-teknik yang dipakai pada pengujian validitas lainnya akan tetapi hasil
estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien
validitas. Apabila korelasi yang ada signifikan, maka dapat dikatan bahkan
alat ukur tersebut valid.
Apabila koefisien korelasi untuk seluruh item sudah dihitung, maka
kita perlu angka minimal dari koefisien korelasi (rkritis) yang dapat dianggap
cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dengan
skor keseluruhan. Nilai (rkritis) dapat dicari dari tabel. Jika ada tabel yang
tidak memenuhi syarat nilai koefisien korelasi yang ditetapkan, maka
pengujian diulang dengan menghilangkan variabel yang bersangkutan.
b. Validitas Isi (Content)
Dua hal yang penting dari validitas isi yaitu pokok-pokok yang
dicantumkan dalam suatu test perlu mewakili masalah yang akan diuji dan
pokok-pokok yang dicantumkan dalam suatu test seharusnya sesuai.
Pentingnya validitas isi perlu terutama apabila masalah yang diteliti sangat
luas.
c. Validitas Kriteria (Criterion-Related)
Validitas ini berkait dengan penelitian hubungan sistematis
(biasanya dalam bentuk koefisien korelasi) antara skor untuk skala
tertentu dengan skor lain yang diramalkan.
Langkah-langkah pengujian validitas meliputi :
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor
total dengan salah satu cara adalah menggunakan rumus teknik
korelasi product moment.
Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r
product moment. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila
memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila
dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan
pernyataan tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena
kalimat yang kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda.
2. Reliabilitas
Relaibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
sistem ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Bila
suatu instrumen ukur dipakai dua kali untuk mengukur konsep yang sama dan
hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur
tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu
instrumen ukur di dalam mengukur konsep yang sama.
Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran (Azwar, 1992). Reliabilitas memberikan gambaran sejauh mana
skor hasil pengukuran terbebas dari alat pengukuran (measurement error).
Pengukuran yang memiliki realibilitas yang tinggi disebut sebagai pengukuran
yang reliabel (reliable), yaitu dapat dipercaya.
Secara empirik, tinggi rendahnya realibilitas ditunjukkan oleh suatu
angka yang disebut koefisien reliabilitas. Pada awalnya, tinggi rendahnya
reliabilitas suatu test dicerminkan oleh koefisien korelasi antara skor pada dua
test yang dikenakan pada sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi
koefisien korelasi berarti konsistensi antara hasil pengenaan dua test tersebut
semakin baik dan hasil ukur kedua test tersebut dikatakan semakin reliabel,
begitu juga sebaliknya. Disamping itu, walaupun koefisien korelasi dapat saja
bertanda negatif (-), koefisien reliabilitas selalu mengacu pada angka positif
(+), karena angka negatif tidak ada artinya bagi interpretasi reliabilitas hasil
ukur.

Tidak ada komentar: