Menurut Siagian
(2007:12) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya dikategorikan
menjadi 5 (lima) tipe yakni :
1. Gaya
Kepemimpinan Otokratik.
Pengambilan
keputusan seorang manajer yang otokratik akan bertindak sendiri dan
memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para
bawahan itu hanya berperan sebagai pelaksana karena tidak dilibatkan sama
sekali dalam proses pengambilan keputusan. Memelihara hubungan dengan para
bawahannya, manajer yang otokratik biasanya dengan menggunakan pendekatan formal
berdasarkan kedudukan dan statusnya dalam organisasi dan kurang
mempertimbangkan apakah kepemimpinannya dapat diterima dan diakui oleh para
bawahan atau tidak.
Seorang pemimpin
yang otokratik biasanya memandang dan memperlakukan para bawahannya sebagai orang-orang
yang tingkat kedewasaan atau kematangannya lebih rendah dari tingkat kedewasaan
atau kematangan pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam interaksi yang
terjadi tidak mustahil bahwa ia akan menonjolkan gaya memerintah dan bukan gaya
mengajak.
2. Gaya
Kepemimpinan Paternalistik
Pemimpin
paternalistik menunjukkan kecenderungan-kecenderungan bertindak sebagai berikut
: Pengambilan keputusan, kecenderungannya menggunakan cara mengambil keputusan
sendiri dan kemudian berusaha menjual keputusan itu kepada para bawahannya.
Dengan menjual keputusan itu diharapkan bahwa para bawahan akan mau menjalankan
meskipun tidak dilibatkan didalam proses pengambilan keputusan.
3. Gaya
Kepemimpinan Kharismatik.
Teori
kepemimpinan belum dapat menjelaskan mengapa seseorang dipandang sebagai
pemimpin yang kharismatik, sedangkan yang lain tidak. Artinya, belum dapat
dijelaskan secara ilmiah faktor-faktor apa saja yang menjadi seseorang memiliki
kharisma tertentu.
4. Gaya
Kepemimpinan Laissez-faire.
Karakteristik
yang paling nampak dari seseorang pemimpin laissez-faire terlihat pada gayanya
yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam hal pengambilan keputusan,
misalnya, seorang pemimpin laissez-faire akan mendelagisakan tugas-tugasnya
kepada bawahannya, dengan pengarahan yang minimal atau bahkan sama sekali tanpa
pengarahan sama sekali.
5. Gaya Kepemimpinan Demokratik.
Pengambilan
keputusan pemimpin demokratik pada tindakannya mengikutsertakan para bawahannya
dalam seluruh pengambilan keputusan. Seorang pemimpin demokratik akan memilih
model dan teknik pengambilan keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahan
ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Menurut Kismono
(2001:220) gaya kepemimpinan terbagi atas 3 (tiga) yakni:
a.
Gaya Kepemimpinan Otoriter.
Pemimpin
memusatkan kekuasaan dan keputusan-keputusan pada di pemimpin sendiri. Pemimpin
memegang wewenang sepenuhnya dan memikul tanggung jawab sendiri.
b.
Gaya Kepemimpinan Demokratis.
Pemimpin
mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pembuatan pengambilan keputusan selalu
dirundingkan dengan para bawahan, sehingga pemimpin dan bawahan bekerja dalam
satu tim.
c.
Gaya Kepemimpinan Bebas.
Pemimpin hanya
berpartisipasi minimum, para bawahannya menentukan sendiri tujuan yang akan di
capai dan menyelesaikan sendiri masalahnya.
Dalam Teori Path
Goal menjelaskan bahwa pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan,
dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya (Miftah Thoha, 2007). Teori Path Goal
membagi empat gaya kepemimpinan yaitu :
1. Kepemimpinan
direktif
Tipe ini sama
dengan model kepemimpinan otokratis bahwa bawahan tahu dengan pasti apa yang
diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam
model ini tidak ada partisipasi dari bawahannya.
2. Kepemimpinan
supportif
Kepemimpinan ini
mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan
mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.
3. Kepemimpinan
partisipatif
Pada gaya
kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari
para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.
4. Kepemimpinan
berorientasi pada prestasi
Gaya
kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang bawahannya untuk
berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka
mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar