Minggu, 31 Maret 2019

Analisis Korelasi Berganda (skripsi dan tesis)



Analisis korelasi berganda merupakan perluasan dari analisis korelasi sederhana. Dalam analisis korelasi berganda bertujuan untuk mengetahui bagaimana derajat hubungan antara beberapa variabel independent (Variabel X1, X2, ……., Xk) dengan variabel dependent (Variabel Y) secara bersama-sama.
Asumsi-asumsi sehubungan dengan analisis regresi berganda tersebut adalah :
1.     Variabel-Variabel independent dan variabel dependent mempunyai hubungan linier
2.     Semua variabel, baik variabel-variabel independent maupun variabel dependent, merupakan variabel-variabel random kontinyu.
3.     Distribusi kondisional nilai masing-masing variabel berdistribusi normal (multivariate normal distribution)
4.     Untuk berbagai kombinasi nilai variabel yang satu dengan yang lain tertentu, varaince dari distribusi kondisional masing-masing variabel adalah homogen (asumsu homoscedasticity berlaku untuk semua variabel)
5.     Untuk masing-masing variabel, nilai observasi yang satu dengan yang lain, tidak berkaitan.

Berdasarkan korelasi berganda, yang diberi notasi RY.12…..n dihitung melalui jalur terjadinya hubungan antara beberapa variabel independent (X1, X2, ……., Xn) dengan satu variabel dependent (Y), yakni yang berupa regresi linier berganda Y’ = a + b1.X1 + b2.X2 + …… + bn.Xn.

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA (skripsi dan tesis)




Analisis regresi berganda merupakan perluasan dari analisis regresi linier sederhana. Dalam regresi linier sederhana, dibuat analisis hubungan dua variabel (satu variabel independent dengan satu variabel dependent) yang dinyatakan dengan persamaan linier Y’ = a + bX, dengan tujuan membuat prediksi tentang besarnya nilai Y (variabel dependent) berdasarkan nilai X (variabel independent) tertentu.
Prediksi perubahan variabel dependent (Y) akan menjadi lebih baik apabila dimasukkan lebih dari satu variabel independent dalam persamaan liniernya (X1, X2,……..Xn). Hubungan antara lebih dari satu variabel independent dengan satu variabel dependent inilah yang dibicarakan dalam analisis regresi linier berganda. Hubungan antara banyak variabel inilah yang sesungguhnya terjadi dalam dunia nyata, karena sebenarnya kebanyakan hubungan antar variabel dalam ilmu soisal merupakan hubungan statistikal, artinya bahwa perubahan nilai Y tidak mutlak hanya dipengaruhi oleh satu nilai X tertentu tetapi dipengaruhi oleh banyak nilai X.
Model regresi berganda dengan 1 variabel dependent (Y) dengan n variabel independent (X) adalah :
Y’ = a + b1.X1 + b2.X2 + …… + bn.Xn + e
Misalnya untuk n = 2, model regresinya adalah :
Y’ = a + b1.X1 + b2.X2 + e
Dimana :
Y’      =    nilai Y prediksi
X1       =    Variabel bebas 1
X2     =    Variabel bebas 2
b1        =    Koefisien regresi variabel bebas 1, adalah perubahan pada Y untuk setiap perubahan X1 sebesar 1 unit dengan asumsi X2 konstan
b2      =    Koefisien regresi variabel bebas 2, adalah perubahan pada Y untuk setiap perubahan X2 sebesar 1 unit dengan asumsi X1 konstan
e       =    Kesalahan Prediksi (error)

Analisis regresi linier berganda, berdasarkan penelitian sampel dinyatakan dengan persamaan linier :
Y’ = a + b1.X1 + b2.X2 + …… + bn.Xn
Untuk kasus dua variabel independent, persamaan liniernya dinyatakan sebagai :
Y’ = a + b1.X1 + b2.X2

Konsep Pariwisata dan Kepariwisataan (skripsi dan tesis)

 Batasan pariwisata bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang dimana belum ada keseragaman sudut pandang. Salah satunya adalah seperti diungkapakan oleh E. Guyer Freuler sebagaimana dikutip oleh Yoeti (1996) yang mengatakan, pariwisata dalam arti modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkana atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pegaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan. Pengertian lain tentang pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementera waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam (Yoeti, 1994). Menurut Soetomo (1994), yang didasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent atau Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan perjalanan akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat asalnya ke tempat tujuan wisata dan kembali lagi ke tempat asalnya. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu: (1) kegiatan perjalanan; (2) dilakukan secara sukarela; (3) bersifat sementara; (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi: (1) ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. (2) karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan; dan (3) sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.(2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya; (3) pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi 464 BINUS BUSINESS REVIEW Vol. 3 No. 1 Mei 2012: 461-472 pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya, serta usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan pengertian Kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1, bahwa Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan. Pendit (1999) menjelaskan tentang kepariwisataan. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Semuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya. Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan oleh adanya aktivitas rekreasi yang dilakukan oleh wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini mereka membutuhkan transportasi, akomodasi, cathering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Jadi produk indusgtri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diterima oleh wisatawan mulai dari tempat tinggalnya (asal wisatawan) sampai daerah tujuan dan kembali lagi ke daerah asalanya. Pariwisata dikatakan sebagai industri karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata dikatakan industri tanpa asap.

Analisis Multivariat dengan Menggunakan Metoda Dependensi (skripsi dan tesis)

Analisis multivariate dengan menggunakan metode dependensi bertujuannya untuk mengetahui pengaruh atau meramalkan nilai variable tak bebas berdasarkan lebih dari satu variable bebas yang mempengaruhi. Jika hanya ada satu variable tak bebas, dapat dilakukan dengan menggunakan: 1) Anova (Analysis of variance); 2) Ancova (Analysis of covariance); 3) 3 Regresi berganda; 4) Analisis diskriminan; atau 5) Analisis Konjoin. Jika variable tak bebasnya lebih dari satu, dapat dilakukan dengan menggunakan: 1) Monova (Multy analysis of variance); 2) Moncova (Multy analysis of covariace); atau 3) Korelasi Kanonikal.

 1. Anova (Analysis of variance) 

Bertujuan untuk mengetahui dampak dari beberapa variable bebas yang berskala nominal/ordinal (berupa kelompok) yang disebut perlakuan (treatment) terhadap variable tak bebas yang datanya berskala interval/rasio (kuantitatif). Analisis varians dilakukan berdasarkan nilai atau score yang disesuaikan

 2. Ancova (Analysis of covariance) 

Bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang nilai rata-rata dari variable tak bebas terkait dengan pengaruh dari variable bebas terkontrol. Variabel bebas yang kategori (nonmetrik: nominal dan ordinal) disebut faktor sedangkan variable bebas yang metric (interval atau rasio) disebut kovariat. Penggunaan kovariat untuk menyingkirkan (to remove) variasi yang tidak ada hubungannya (extraneous variation) dengan variable tak bebas oleh karena pengaruh (efek) dari faktor yang dianggap lebih penting. Variasi pada variable takbebas disebabkan oleh adanya kovariat disingkirkan melalui suatu penyesuaian (adjustment) terhadap nilai rata-rata variable tak bebas di dalam setiap kondisi treatment atau perlakuan (kategori/level). Signifikansi efek baik gabungan dari kovariat maupun efek dari setiap kovariat sebagai individu, diuji dengan criteria F yang tepat. Koefisien untuk kovariat memberikan pendalaman (provide insights) tentang efek atau pengaruh yang kovariat digunakan (exert) pada variable tak bebas Y. Analisis kovarian merupakan analisis yang paling tepat untuk faktor / variable bebasnya berbentuk kategori atau data nonmetrik, yaitu data beskala nominal atau ordina.

3.  Regresi berganda 

Adalah metode yang tepat dipergunakan untuk masalah penelitian yang melibatkan satu variable tak bebas Y yang datanya berbentuk skala interval/rasio (kuantitatif) yang mempengaruhi atau terkait dengan lebih dari satu variable bebas X yang skala pengukurannya nominal/ordinal (kualitatif) maupun interval/rasio (kuantitatif). Tujuannya untuk memperkirakan/meramalkan nilai Y, jika semua variable bebas diketahui nilainya. Persamaan regresi linear berganda dibentuk dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Selain itu juga untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variable bebas yang terdapat dalam persamaan. 

 4. Analisis Diskriminan 

Bertujuan untuk memahami perbedaan kelompok (group differences) dan meramalkan peluang bahwa suatu objek penelitian (pelanggan, karyawan, mahasiswa, barang) akan masuk/menjadi anggota kelompok tertentu berdasarkan pada beberapa variable bebas yang datanya berskala interval/rasio (kuantitatif). Kelompok (group) merupakan variable tak bebas datanya beskala nominal/ordinal. Analisis diskriminan cocok dipergunakan jika variable tak bebasnya berupa kelompok, bisa dikotomus (dua kelompok, misalnya laki-laki dan perempuan) atau multi dikotomus (lebih dari dua kelompok). Peneliti harus mencari fungsi diskriminan yang dapat membedakan objek tertentu masuk kelompok yang mana berdasarkan banyaknya atribut atau variable bebas. Sedangkan yang diramalkan adalah keberadaan suatu objek tertentu temasuk pada kelompok yang mana.

5. Analisis Konjoin 

Memberikan suatu ukuran kuantitatif mengenai kepentingan relative (relative importance) suatu atribut terhadap atribut yang lain dari suatu produk (barang/jasa). Dalam analisis conjoin, pelanggan diminta untuk membuat trade off judgements. Apakah suatu feature yang diinginkan pantas untuk mengorbankan feature lainnya? Kalau harus mengorbankan suatu atribut, atribut mana yang harus dikorbandkan. Jadi pelanggan memberikan informasi yang berguna dan sangat sensitive. 

 6. Monova (Multy analysis of variance)

 Sama dengan Anova, hanya variable tak bebasnya lebih dari satu.

 7. Moncova (Multy analysis of variance) 

Adalah analisis yang mirip dengan Moncova, bedanya terletak pada banyaknya variable tak bebas yang lebih dari satu. 

8. Analisis Kanonikal (Analisis korelasi kanonikal) 

Adalah perluasan dari analisis regresi berganda. Tujuannya untuk ,mengkorelasikan secara simultan (bersama-sama) beberapa variable tak bebas Y dengan beberapa variable bebas X. Jika regresi linear berganda hanya ada satu variable tak bebas Y dengan beberapa variable bebas X, dalam korelasi kanonikal ada beberapa variable tak bebas Y yang akan dikorelasikan dengan variable bebas X. Prinsip dari korelasi kanonikal adalah mengembangkan suatu kombinasi linear dari setiap kelompok variable (baik variable bebas X maupun variable tak bebas Y) sedemikian hingga memaksimumkan korelasi dari dua kelompok variable X dan Y. Dengan kata lain, akan dicari suatu kelompok timbangan (weight) untuk variable tak bebas Y dan variable bebas X yang dapat menghasilkan korelasi sederhana yang maksimum (sekuat mungkin) antara kelompok variable bebas dengan kelompok variable bebas.

Analisis Multivariat dengan Menggunakan Metoda Interdependensi (skripsi dan tesis)

Analisis multivariate dengan menggunakan metode interdipendensi/saling ketergantungan, untuk mencari faktor penyebab timbulnya masalah atau membantu mencari informasi yang diinginkan. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui sesuatu yang belum tahu yang merupakan masalah. Tujuannya untuk memberikan arti (meaning) kepada sekelompok variable atau mengelompokkan sekumpulan variable menjadi kelompok yang lebih sedikit jumlahnya dan masing-masing kelompok membentuk variable baru yang disebut faktor (mereduksi banyaknya variable). Jadi metode interdependensi dilakukan untuk pengelompokkan atau mereduksi variable yang banyak sekali menjadi variable baru yang lebih sedikit, tetapi tidak mengurangi informasi yang terkandung dalam variable asli. Jika peneliti focus pada variable, maka metode interdependensi yang digunakan adalah analisis faktor, sedangkan jika peneliti focus pada objek, maka metode interdependensi yang digunakan adalah: 1) Analisis klaster; 2) Penskalaan multidimensi; atau 3) Analisis kanonikal. 

1. Analisis Faktor
Analisis faktor, adalah analisis untuk menentukan variable baru yang disebut faktor yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya variable asli dimana faktor-faktor tersebut tidak berkorelasi satu dengan yang lain (multikolonearitas). Variabel baru tersebut harus memuat sebanyak mungkin informasi yang terkandung dalam variable asli. Dalam proses mereduksi banyaknya variable, informasi yang hilang harus seminimal mungkin. 5 Variabel baru yang disebut faktor, dipergunakan untuk melakukan analisis regresi linear berganda, dengan variable-variabel bebas yang tidak lagi saling multikolinear yang merupakan syarat dari analisis regresi linear berganda. Analisis faktor terdiri dari: 1) Principal-component analysis, dan 2) Common factor analysis. 
2. Analisis Klaster 
Adalah analisis untuk mengelompokkan elemen yang mirip sebagai objek penelitian menjadi kelompok (cluster) yang berbeda dan saling asing (mutually exclusive). Berbeda dengan analisis diskriminan dimana kelompok sudah ditentukan, kemudian suatu fungsi diskriminan dipergunakan untuk menentuakan suatu elemen (objek) harus masuk kelompok yang mana, sebaliknya analisis klaster, kelompok (claster) dibentuk berdasarkan criteria tertentu dengan memperhatikan data yang ada yang ditunjukkan oleh bilai banyak variable.
 3. Analisis Korespondensi
 Digunakan untuk mengakomodasi dua hal, yaitu: a) data non metric (kualitatif, nominal dan ordinal); dan b) hubungan non linear. Dalam analisis korespondensi digunakan suatu table kontingensi, yaitu table silang (crosstab) dari dua variable kategori. Kemudian mengubah data nonmetrik (kualitatif, nominal dan ordinal) menjadi data metric (kuantitatif, interval dan rasio) dan melakukan reduksi dimensional (mirip dengan analisis faktor) dan perceptual mapping (mirip dengan analisis multidimensional).
4. Penskalaan Multidimensi
 Bertujuan untuk membentuk pertimbangan atau penilaian pelanggan mengenai kemiripan (similarity) atau preferensi (perasaan lebih suka) kedalam jarak (distances) yang diwakili dalam ruang multidimensional. Jika objek A dan B dinilai pelanggan sebagai pasangan objek yang paling mirip dibandingkan dengan pasangan lain, teknik penskalaan multidimensional akan memposisikan objek A dan B sedemikian rupa sehingga jarak antar objek dalam ruang multidimensional akan lebih pendek/kecil dibandingkan dengan jarak pasangan objek yang lainnya. 

Sabtu, 30 Maret 2019

Teknik Persamaan Struktural (skripsi dan tesis)

Teknik multivariat dependen dan interdependen masih memiliki banyak kelemahan karena belum mampu menjangkau model yang lebih sophisticated (rumit) lagi. Untuk mengatasinya, digunakan teknik Structural Equation Modeling (SEM). Analisis SEM merupakan kombinasi teknik multvariat yang menganalisis hubungan secara simultan antara variabel dependen dengan independen. Menurut Raykov (2000) dalam Kurniawan dan Yamin (2011:2) metode SEM lebih valid, dan digunakan untuk memberikan informasi yang lengkap tentang hubungan antar konstruk dan indikator, serta hubungan antar konstruk yang dihipotesiskan secara simultan. Analisis SEM secara eksplisit menghitung pengukuran error yang terjadi dalam sebuah model. Model SEM merupakan generasi kedua teknik analisis multivariat yang memungkinkan peneliti menguji hubungan yang kompleks baik recurcive maupun non recurcive. Model persamaan struktural atau SEM merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis jalur (path analysis) menjadi metode statistik yang lebih komprehensif (Bagozzi dan Fornel:1982) dalam Ghozali (2008c:3). Menurut Waluyo (2011:1) model-model penelitian dalam ilmu sosial dan manajemen dapat dikatakan rumit (complicated) karena bersifat multidimensional, dan memiliki berbagai pola hubungan kasualitas yang berjenjang. Untuk menganalisis model yang rumit diperlukan alat analisis yang mampu memberikan solusi terbaik, yaitu SEM

Teknik Interdependen (skripsi dan tesis)

. Dalam banyak kasus, peneliti sering mengalami kesulitan dalam menentukan jenis variabel apakah dependen atau independen. Seringkali ditemukan semua variabel adalah independen. Menurut Santoso (2006:6) hubungan antar variabel yang bersifat interdependen ditandai dengan tidak adanya variabel tergantung (dependent) dan bebas (independent). Pada jenis ini, metode multivariate yangdigunakan adalah analisis faktor, analisis cluster, Multi Dimensional Scaling Analysis (MDS) dan analisis categorical. Tujuan utama analisis interdependen adalah menganalisis mengapa dan bagaimana variabel yang ada saling berhubungan. Karena peneliti kesulitan menentukan variabel dependen atau independen, maka metode interdependen ditentukan berdasarkan jenis pengukuran variabel apakah bersifat metric atau non metric

Teknik Analisis Multivariat (skripsi dan tesis)

Terdapat tiga jenis teknik dalam analisis multivariate, yaitu : (1). Teknik dependent, (2). Teknik interdependent, dan (3). Teknik persamaan structural (structural model). Teknik dependen yaitu jika variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Sedangkan teknik interdependen yaitu jika semua variabel saling berpengaruh. Dengan kata lain, dalam teknik interdependen semua variabel adalah independen. Sedangkan teknik structural model atau Structural Equation Modeling (SEM) menganalisis variabel dependen dan independen secara simultan. Untuk memilih jenis analisis multivariat yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti terlebih dahulu memperhatikan jenis pengukuran data dari variabel yang diteliti. Jenis data dari variabel yang diteliti dengan analisis multivariat dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Data kuantitatif dapat langsung dihitung. Menurut Widarjono (2010:2) variabel kuantitatif adalah data yang dilaporkan dalam bentuk angka atau metrik (metric number). Variabel yang diukur dengan cara ini disebut variabel yang mempunyai data metric. Contoh beberapa data metric : jumlah mahasiswa dalam satu kelas. jumlah unit mobil yang dipajang di show room, umur seseorang, gaji pegawai, berat badan seseorang, keuntungan perusahaan, jumlah pelanggan dan harga saham. Sedangkan data kualitatif tidak dapat langsung dihitung seperti pendapat pelanggan tentang kepuasan pelayanan. Data yang berasal dari variable behavioral bersifat kualitatif. Data kualitatif diukur dengan teknik penskalaan (scaling technique). Teknik skala yang terkenal adalah Skala Likert, yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Variabel kualitatif adalah data yang dilaporkan tidak dalam bentuk angka atau non metrik (non metric). Variabel yang diukur dengan cara ini disebut variabel yang mempunyai data non metric. Data kualitatif diukur dalam bentuk atribut atau karakteristik. Sering juga disebut data kategori, karena memiliki karakteristik beberapa kategori. 

Konsep Analisis Statistik Mulivariat (skripsi dan tesis)

Menurut Widarjono (2010:1) analisis multivariat merupakan salah satu analisis statistik yang berkaitan dengan banyak variabel. Analisis statistik bisa dikelompokkan berdasarkan jumlah variable, yaitu : univariate, bivariate dan multivariate. 
1. Analisis Univariate 
Kata univariate terbentuk dari kata uni (satu) dan variate (variable), sehingga analisis univariat adalah analisis satu variabel. Contoh analisis univariat adalah pengukuran rata-rata (mean), standar deviasi dan varian sebagai ukuran pusat dari sekelompok data. Jadi analisis univariate lebih bersifat analisis tunggal terhadap satu variabel. Menurut Supranto (2010:7) kalau nasabah suatu bank ditanya tentang jumlah tabungannya, penghasilan per bulan, umur, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga maka diperoleh lima variabel yang berdiri sendiri dan tidak dikaitkan dengan variabel lain. Jadi analisis disebut univariat jika setiap variabel berdiri sendiri tidak terkait dengan variabel lain. Analisis terhadap variabel tunggal ini disebut univariate. Dengan demikian analisis univariat boleh saja dikatakan sebagai analisis statistik deskriptif. Dalam statistika dikenal istilah statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif berfungsi mendeskripsikan karakteristik dari sekelompok hasil data penelitian terhadap variabel tunggal. Sedangkan statistik inferensial berusaha menyimpulkan fenomena atau hubungan-hubungan antara lebih dari satu variabel pada sebuah persamaan statistik. 
2. Analisis Bivariat
Kata bivariate berasal dari kata bi (dua) dan variate (variable), sehingga analisis bivariate berkaitan dengan dua variabel. Misalnya analisis korelasi yang mencari keeratan hubungan antara dua variable exogen dan endogen. Menurut Sunyoto (2007:31) pengukuran korelasi bivariat dapat dibedakan menjadi pengukuran secara linear (termasuk parsial) dan secara berganda (multiple). Yang dimaksud dengan pengukuran korelasi linear adalah pengukuran atau perhitungan korelasi yang hanya melibatkan satu variable bebas (independent atau X) dan satu variable terikat (dependent atau Y). Sedangkan pengukuran korelasi berganda adalah perhitungan korelasi dengan melibatkan lebih dari satu variabel independent (bebas) dengan satu variabel dependent (terikat). Analisis multivariate berasal kata multi (banyak) dan variate (variable), sehingga analisis multivariate adalah analisis terhadap banyak variable yang merupakan pengembangan dari analisis univariate dan bivariate. 
3. Analisis multivariate
Analisis multivariate memiliki lebih dari dua variabel. Supranto (2010:18) mengilustrasikan analisis multivariate dengan adanya masalah atau gap yang disebabkan oleh tidak adanya kesesuaian antara harapan (expected) dan kenyataan (observed). Setiap masalah pasti ada BAB II 18 Analisis Multivariat faktor-faktor penyebab (pada umumnya lebih dari satu penyebab). Kalau masalah kita sebut variabel dependen (Y) dan faktor penyebab kita sebut variabel bebas (X) maka masalah (Y) adalah fungsi dari X1, X2, X3….… Xn. Fenomena ini disebut fenomena multivariate. Dengan demikian, analisis multivariate ini merujuk kepada teknik statistik tertentu yang menganalisis banyak variabel secara simultan. Contoh analisis multivariat adalah Structural Equation Modeling (SEM) yang akhir-akhir ini berkembang pesat

Regresi berganda (skripsi dan tesis)


Adalah metode yang tepat dipergunakan untuk masalah penelitian yang melibatkan satu variable tak bebas Y yang datanya berbentuk skala interval/rasio (kuantitatif) yang mempengaruhi atau terkait dengan lebih dari satu variable bebas X yang skala pengukurannya nominal/ordinal (kualitatif) maupun interval/rasio (kuantitatif). Tujuannya untuk memperkirakan/meramalkan nilai Y, jika semua variable bebas diketahui nilainya. Persamaan regresi linear berganda dibentuk dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Selain itu juga untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variable bebas yang terdapat dalam persamaan.

Analisis Kovarian (Analysis of covariance/Ancova ) (skripsi dan tesis)

 Bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang nilai rata-rata dari variable tak bebas terkait dengan pengaruh dari variable bebas terkontrol. Variabel bebas yang kategori (nonmetrik: nominal dan ordinal) disebut faktor sedangkan variable bebas yang metric (interval atau rasio) disebut kovariat. Penggunaan kovariat untuk menyingkirkan (to remove) variasi yang tidak ada hubungannya (extraneous variation) dengan variable tak bebas oleh karena pengaruh (efek) dari faktor yang dianggap lebih penting. Variasi pada variable takbebas disebabkan oleh adanya kovariat disingkirkan melalui suatu penyesuaian (adjustment) terhadap nilai rata-rata variable tak bebas di dalam setiap kondisi treatment atau perlakuan (kategori/level). Signifikansi efek baik gabungan dari kovariat maupun efek dari setiap kovariat sebagai individu, diuji dengan criteria F yang tepat. Koefisien untuk kovariat memberikan pendalaman (provide insights) tentang efek atau pengaruh yang kovariat digunakan (exert) pada variable tak bebas Y. Analisis kovarian merupakan analisis yang paling tepat untuk faktor / variable bebasnya berbentuk kategori atau data nonmetrik, yaitu data beskala nominal atau ordina.

Jenis Multidimensional Scalling (skripsi dan tesis)

Berdasarkan skala pengukuran dari data kemiripan, MDS dibedakan atas: 

a. MDS berskala metrik 

Multidimensional scaling (MDS) metrik mengasumsikan bahwa data adalah kuantitatif (interval dan ratio). Dalam prosedur MDS metrik tidak dipermasalahkan apakah data input ini merupakan jarak yang sebenarnya atau tidak, prosedur ini hanya menyusun bentuk geometri dari titik-titik objek yang diupayakan sedekat mungkin dengan input jarak yang diberikan. Sehingga pada dasarnya adalah mengubah input jarak atau metrik kedalam bentuk geometrik sebagai outputnya.

 b. MDS bersakala nonmetrik 

Multidimesional scaling nonmetrik mengasumsikan bahwa datanya adalah kualitatif (nominal dan ordinal). Pada kasus ini perhitungan kriteria adalah untuk menghubungkan nilai ketidaksamaan suatu jarak ke nilai ketidaksamaan yang terdekat. Program MDS nonmetrik menggunakan transformasi monoton (sama) ke data yang sebenarnya sehingga dapat dilakukan operasi aritmatika terhadap nilai ketidaksamaannya, untuk menyesuaikan jarak dengan nilai urutan ketidaksamaanya. Transformasi monoton akan memelihara urutan nilai ketidaksamaannya sehingga jarak antara objek yang tidak sesuai dengan urutan nilai ketidaksamaan dirubah sedemikian rupa sehingga akan tetap memenuhi urutan nilai ketidaksamaan tersebut dan mendekati jarak awalnya. Hasil perubahan ini disebut disparities. Disparities ini digunakan untuk mengukur tingkat ketidaktepatan konfigurasi objek-objek dalam peta berdimensi tertentu dengan input data ketidaksamaannya. Pendekatan yang sering digunakan saat ini untuk mencapai hasil yang optimal dari skala non metrik digunakan „Kruskal’s Least-Square Monotomic Transformation” dimana disparities merupakan nilai rata-rata dari jarak-jarak yang tidak sesuai dengan urutan ketidaksamaanya. Informasi ordinal kemudian dapat diolah dengan MDS nonmetrik sehingga menghasilkan konfigurasi dari objek-objek yang yang terdapat pada dimensi tertentu dan kemudian agar jarak antara objek sedekat mungkin dengan input nilai ketidaksamaan atau kesamaannya. Koordinat awal dari setiap subjek dapat diperoleh melalui cara yang sama seperti metoda MDS metrik dengan asumsi bahwa meskipun data bukan jarak informasi yang sebenarnya tapi nilai urutan tersebut dipandang sebagai variabel interval.

Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis (skripsi dan tesis)


 Analisis Multidimensional Scalling (MDS) merupakan salah satu teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu obyek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. MDS disebut juga Perceptual Map. MDS berhubungan dengan pembuatan map untuk menggambarkan posisi sebuah obyek dengan obyek lainnya berdasarkan kemiripan obyek-obyek tersebut. MDS juga merupakan teknik yang bisa membantu peneliti untuk mengenali (mengidentifikasi) dimensi kunci yang mendasari evaluasi objek dari responden (pelanggan). Konsep dan ruang lingkup penskalaan multidimensional (multidimensional scaling=MDS) dalam riset pemasaran dan menguraikan berbagai aplikasinya; menguraikan langkah-langkah yang harus dilalui di dalam penskalaan multidimensional tentang data persepsi, meliputi perumusan masalah, mendapatkan data input, memilih prosedur MDS, memutuskan banyaknya dimensi, memberikan interpretasi kepada konfigurasi (configuration) dan memberikan penilaian (to asses) keandalan dan kesahihan (reability and validity), menjelaskan penskalaan data preferensi; menjelaskan analisis korespondensi dan kebaikan serta kelemahannya; memahami hubungan antar MDS, analisis diskriminan, dan analisis faktor. MDS dapat menentukan: 1. Dimensi apa yang dipergunakan oleh responden ketika mengevaluasi objek. 2. Berapa dimensi yang akan dipergunakan untuk masalah yang dihadapi (sedang diteliti). 3. Kepentingan relatif dari setiap dimensi. 4. Bagaimana objek dikaitkan atau dihubungkan secara perseptual? Dua teknik yang terkait untuk menganalisis persepsi dan preferensi pelanggan ialah analisis penskalaan multidimensional dan analisis konjoin (multidimensional scaling and conjoint analysis). Namun di dalam makalah ini akan ditunjukkan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan analisis penskalaan dimensional. MDS digunakan untuk mengetahui hubungan interdepensi atau saling ketergantungan antar variabel atau data. Hubungan ini tidak diketahui melalui reduksi ataupun pengelompokan variabel, melainkan dengan membandingkan variabel yang ada pada setiap obyek yang bersangkutan dengan menggunakan perceptual map. Konsep dasar MDS adalah pemetaan. Analisis penskalaan multidimensional ialah suatu kelas prosedur untuk menyajikan persepsi dan preferensi pelanggan secara spasial dengan menggunakan tayangan yang bisa dilihat ( a visual display). Persepsi atau hubungan antara stimulus secar psikologis ditunjukkan sebagai hubungan geografis antara titik-titik di dalam suatu ruang multidimensional. Sumbu dari peta spasial diasumsikan menunjukkan dasar psikologis (phychological basis) atau dimensi yang mendasari (underlying dimensions) yang dipergunakan oleh pelanggan/ responded untuk membentuk persepsi dan preferensi untuk stimulus. Analisis penskalaan multidimensional dipergunakan didalam pemasaran untuk mengenali (mengidentifikasi), hal-hal berikut. 
1. Banyaknya dimensi dan sifat/ cirinya yang dipergunakan untuk mempersepsikan merek yang berbeda di pasar. 
2. Penempatan (positioning) merek yang diteliti dalam dimensi ini. 
3. Penempatan merek ideal dari pelanggan dalam dimensi ini.
 Informasi sebagai hasil analisis penskalaan multidimensional telah dipergunakan untuk berbagai aplikasi pemasaran, antara lain sebagai berikut. 
1. Ukuran citra (image measurement). Membandingkan persepsi pelanggan dan bukan pelanggan dari perusahaan dengan persepsi perusahaan sendiri.
 2. Segmentasi pasar (market segmentation).
 3. Pengembangan produk baru (new product development). Melihat adanya celah (gap) dalam peta spasial, yang menunjukkan adanya peluang untuk penempatan produk baru. Juga untuk mengevaluasi konsep produk baru dan merek yang sudah ada on a test basis untuk menentukan bagaimana pelanggan mempersepsikan/ memahami konsep baru. Proporsi preferensi untuk setiap produk baru merupakan satu indikator keberhasilannya (maksudnya satu jenis produk tertentu banyak yang menyenanginya/ menggemarinya daripada produk lainnya). 
4. Menilai keefektifan iklan (assesing advertising effectiveness). Peta spasial bisa dipergunakan untuk menentukan apakah iklan/ advertensi telah berhasil di dalam mencapai penempatan merek yang diinginkan (misalnya dari posisi nomor 3 ke nomor 2 atau dari nomor 2 ke nomor 1).
 5. Analisis harga (pricing analysis) Peta spasial dikembangkan dengan dan tanpa informasi harga dapat dibandingkan untuk menentukan dampak yang ditimbulkan harga
. 6. Keputusan saluran (channel decisions). Pertimbangan pada kecocokan (compatibility) dari merk toko dengan eceran yang berbeda dapat mengarah ke peta spasial yang berguna untuk keputusan saluran. 
7. Pembentukan skala sikap (attitude scale construction). Teknik penskalaan multidimensional dapat dipergunakan untuk mengembangkan the appropriate dimensionality and configuration of the attitude space

Teknik dalam MDS (skripsi dan tesis)


Menurut (Gudono, 2014), ada beberapa jenis algoritma MDS dan oleh karena itu jenis MDS dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Berikut adalah MDS berdasarkan skala pengukuran yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. MDS Metrik
Data yang digunakan dalam MDS metrikadalah data rasio. Tujuan MDS metric adalah untuk mendapat konfigurasi titik-titik data dalam ruang multidimensi yang kedekatan (proximity) jaraknya menunjukkan kesamaan dengan data observasi.
2. MDS Nonmetrik
Tujuan MDS nonmetrik adalah untuk menetapkan hubungan nonmonotonik antara jarak antar titik dengan kesamaan yang diobservasi. Keunggulan MDS nonmetric adalah bahwa teknik ini tidak membutuhkan asumsi mengenai fungsi transformasi yang mendasarinya. Satu-satunya asumsi yang diperlukan hanyalah bahwa data yang diolah merupakan data ranking (atau ordinal).

Syarat-Syarat MDS (skripsi dan tesis)


Untuk menggunakan MDS, persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Model telah dispesifikasi dengan tepat.
2. Telah menggunakan level pengukuran yang tepat. Misalnya untuk MDS metrik sebaiknya menggunakan skala rasio atau interval.
3. Jumlah objek paling tidak sebanyak dimensi. Jika jumlah objek kurang dari jumlah dimensi maka MDS akan tidak stabil, jika jumlah objek sedikit lebih banyak jumlah dimensi maka R2 akan terinflasi. Jumlah objek paling tidak empat kali jumlah dimensi ditambah 1.
4. Skala yang digunakan setara dan jika tidak setara maka ukuran yang digunakan sebaiknya adalah ukuran yang distandarisasi (standardized value).
5. Komparabilitas: objek yang diperbandingkan seharusnya memiliki kesamaan tertentu yang cukup berarti sehingga pantas diperbandingkan
6. Ukuran sampel yang banyak memang tidak dipersyaratkan tetapi ukuran objek (variabel) minimum adalah 4.

Analisis Multidimensional Scaling (MDS)


Menurut Gudono (2014), multidimensional scaling (MDS) merupakan teknik algoritma yang berguna untuk mengidentifikasi dimensi mendasari evaluasi atas objek atau untuk menentukan fitur dasar objek yang diamati. Sedangkan menurut Sarwono (2013), MDS atau disebut juga perceptual mapping adalah suatu prosedur yang memungkinkan seorang peneliti menentukan citra relatif yang dilihat pada seperangkat objek, misalnya produk, perusahaan, atau hal lain yang berhubungan dengan persepsi.
Perbedaan persepsi di antara semua objek direfleksikan di dalam jarak relatif di antara objek-objek tersebut di dalam suatu ruangan multidimensi

Forced Ranking Scales (skripsi dan tesis)


Forced ranking scales termasuk kedalam skala komperatif yang dihasilkan berupa skala rating atau rank-order bukan skala sikap (nonkomperatif) di mana pada skala ranking ini responden diminta untuk mengurutkan atau memberi ranking atau jenjang yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah kemudian jumlah ranking dari semua responden digunakan untuk mendapatkan peringkat ranking dari masing-masing kombinasi dan merek yang ada. Data yang diperoleh dari skala ini termasuk data ordinal yang berbasis ranking bukan data ordinal yang berbasis pada skala likert. Skala ini menjadi sulit digunakan apabila objek yang diranking berjumlah banyak. Banyak variable yang bisa diukur dengan instrumen ini, misalnya tingkat kepentingan atribut, preferensi merek dan kesamaan merek (Simamora, 2005)

Produk dan Atribut Produk (skripsi dan tesis)


Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan penelitian. (Tjiptono, 2008)
Positioning berdasarkan atribut produk dari smartphone ini meliputi meliputi desain, fitur, dan layar.Pendekatan positioning selanjutnya adalah berdasarkan harga.Positioning berdasarkan aspek penggunaan dari smartphone ini meliputi kemudahan dalam penggunaan. Positioning berdasarkan manfaat dari smartphone ini meliputi kamera, processor, memori, baterai, dan masa pemakaian

Analisis Positioning (skripsi dan tesis)


Menurut Sutojo (2009) mendefinisikan positioning sebagai tindakan menempatkan diri secara tepat di setiap segmen pasar, dilakukan dengan jalan membandingkan kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan perusahaan pesaing yang beroperasi dalam segmen pasar yang sama.
Menurut Tjiptono (2008), paling tidak ada 7 pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan positioning yaitu:
a. Positioning berdasarkan atribut, ciri-ciri atau manfaat bagi pelanggan (attribute
positioning). Pemilihan atribut yang akan dijadikan basis positioning harus
dilandaskan pada 7 kriteria berikut:
- Derajat kepentingan (importance).
- Keunikan (distinctiveness).
- Superioritas.
- Communicability
- Preemptive.
- Terjangkau (affordability).
- Kemampulabaan (profitability).
b. Positioning berdasarkan harga dan kualitas (price and quality positioning).
c. Positioning yang dilandasi aspek penggunaan atau aplikasi (use/application positioning).
d. Positioning berdasarkan pemakai produk (user positioning).
e. Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (product class positioning).
f. Positioning berkenaan dengan pesaing (competitor positioning).
g. Positioning berdasarkan manfaat (benefit positioning).
Adapun tujuan pokok analisis positioning adalah:
a. Untuk menempatkan atau memposisikan produk di pasar sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merek-merek yang bersaing.
b. Untuk memposisikan produk sehingga dapat menyampaikan beberapa hal pokok kepada para pelanggan, yaitu untuk apa produk tersebut berdiri, untuk apakah produk tersebut, dan bagaimana produk tersebut menerima evaluasi dari pelanggan

Jumat, 29 Maret 2019

Pengertian Mahasiswa Keperawatan (skripsi dan tesis)


Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai seseorang yang sedang dalam proses belajar serta terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu jenjang perguruan tinggi tertentu seperti universitas, sekolah tinggi, institute, akademi, dan politeknik, (Hartaji, 2012: 5). Mahasiswa dalam kamus Bahasa Indonesia (KBI) didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id)
Definisi lain dari mahasiswa adalah individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta atau lembaga lain yang sederajat dengan perguruan tinggi. (Siswoyo, 2007: 121). Mahasiswa dianggap memiliki kecerdasan dalam berpikir, tingkat intelektualitas yang tinggi, serta perencanaan yang baik dalam bertindak. Berpikir kritis serta bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa.
Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang dipersiapkan untuk dijadikan perawat profesional di masa yang akan datang.Perawat profesional wajib memiliki rasa tanggung jawab atau akuntabilitas pada dirinya, akuntabilitas merupakan hal utama dalam praktik keperawatan yang profesional dimana hal tersebut wajib adapada diri mahasiswa keperawatan sebagai perawat di masamendatang (Black, 2014). Seorang mahasiswa merupakan golongan akademis dengan intelektual yang terdidik dengan segala potensiyang dimiliki untuk berada di dalam suatu lingkungan sebagai agen perubahan. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang besar untuk dapat memecahkan masalah dalam bangsanya, maka dari itu mahasiswa bertanggung jawab dan mempunyai tugas dalam hal akademis ataupun organisasi (Oharella, 2011)
b.      Kode Etik Mahasiswa Kepetawatan
Koeswadji dalam Praptianingsih (2008) mengatakan bahwa kode etik dapat ditinjau dari empat segi, yaitu segi arti, fungsi,isi dan bentuk :
1)      Arti kode etik atau etika adalah pedoman perilaku bagi pengemban profesi. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang berisikan hak dan kewajiban yang didasarkan moral dan perilaku yang sesuai dan atau mendukung standar profesi.
2)      Fungsi kode etik adalah sebagai pedoman perilaku bagi para pengemban profesi, dalam hal in perwat, sebagai tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan dan atau kode etik juga sebagai norma etik yang berfungsi sebagaai sarana kontrol sosial, sebagai pencegah campur tangan pihak lain, dan sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik yang terjadi.
3)      Isi kode etik berprinsip dalam upaya pelayanan kesehatan adalah prinsip otonomi yang berkaitan dengan prinsip veracity, non-maleficence, beneficence, confidentiality dan justice.
4)      Bentuk kode etik keperawatan indonesia sendiri adalah Keputusan Musyawarah Nasional IV Persatuan Perawat Nasional Indonesia pada tahun 1989 tentang pemberlakuan kode etik keperawatan.
Menurut Nasrullah (2014), konsep etik keperawatan menegaskan bahwa perawat harus mempunyai kemampuan yang baik, berfikir kritis dan rasional, bukan emosional saat membuat keputusan etis. Apabila terjadi konflik antara prinsip dan aturan dalam keperawatan maka teori- teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan. Terdapat beberapa teori terkait prinsip kode etik keperawatan, diantaranya :
1)      Teleologi yaitu suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi yang menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal serta ketidakbaikan sekecil-kecilnya..
2)      Deontologi yaitu teori yang berprinsip pada aksi atau tindakan serta tidak menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Hal ini dikarenakan setiap tindakan mengakhiri hidup khususnya calon bayi merupakan tindakan yang buruk secara moral.
3)      Keadilan (justice) yaitu teori yang menyatakan bahwa mereka yang setara harus diperlakukan setara, sedangkan yang tidak setara harus diperlakukan tidak setara sesuai dengan kebutuhan mereka.
4)      Otonomi adalah setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan sesuai dengan rencana yang mereka pilih. Akan tetapi, pada teori ini mengalami terdapat masalah yang muncul dari penerapannya yakni adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang mempengaruhi banyak hal seperti halnya kesadaran, usia dan lainnya.
5)      Kejujuran (veracity) merupakan dasar terbentuknya hubungan saling percaya antara perawat serta pasien. Kejujuran berarti perawat tidak boleh membocorkan data pasien atau informasi penting terkait pasien tanpa sepertujuan pasien.
6)      Ketaatan (fidelity) adalah pada dasarnya ketaatan berprinsip pada tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan bersama antara perawat dan pasien serta keluarga pasien yang meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan dan memberikan perhatian.

Pembelajaran Inetgritas Akademik di Perguruan Tinggi (skripsi dan tesis)


UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 1, menyatakan bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor dan program profesi serta program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia (Republik Indonesia, 2012). Lebih lanjut pasal 1 ayat 6 juga menyebutkan bahwa perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sedangkan dalam ayat 15 disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi (Republik Indonesia, 2012). Dalam pasal 1 ayat 12 tertulis bahwa pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Republik Indonesia, 2012).
Menurut Purnamasari (2013), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kecurangan akademik adalah mengubah perilaku dan persepsi mahasiswa. Melalui penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan perkuliahan, diharapkan pada diri mahasiswa tertanam enam nilai karakter, meliputi perilaku taat beribadah, sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, dan kerja sama (Mutaqin, 2014). Integritas akademik secara luas dipandang dengan cara yang berbeda di kalangan mahasiswa kedokteran. Kebijakan dan intervensi yang efektif dari fakultas diperlukan untuk mengendalikan perilaku curang ini di masa depan dokter untuk mengoptimalkan praktek medis (Hejri et al., 2013).
1)   Kecurangan
Kecurangan berarti menyalin dari siswa lain selama ujian, salah satu bentuk pelanggaran yang telah menjadi salah satu perhatian terbesar dari lembaga pendidikan (Wilkinson, 2009). Kecurangan melibatkan kepemilikan, komunikasi atau penggunaan informasi, bahan, catatan, alat bantu belajar atau perangkat lain tidak diizinkan oleh instruktur dalam latihan akademis, atau komunikasi dengan orang lain selama latihan seperti itu. Banyak siswa menyontek hanya untuk menerima passing grade dan terkesan orang tua dan guru mereka. kecurangan akademik disebabkan oleh berbagai alasan; tekanan orang tua, tekanan guru dan manajemen waktu yang buruk.
Banyak siswa dapat menipu untuk mengesankan orang tua mereka, berharap bahwa membawa pulang nilai yang baik dapat menyebabkan mereka menerima beberapa pujian yang baik dan manfaat. Tekanan guru akan menghasilkan kebutuhan bagi siswa untuk menipu akademis. kecurangan akademik adalah berkembangnya kekhawatiran di kalangan remaja di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Ini adalah masalah yang dimulai di sekolah dasar dan berlangsung sampai perguruan tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecurangan akademik adalah masalah serius di semua tingkatan pendidikan di seluruh dunia (Mc Cabe, Terivino, & Butterfield, 2001).
Kecurangan akademik didefinisikan sebagai perubahan ilegal kelas satu, penggunaan membantu bahan saat tes tanpa izin atau mewakili karya orang lain sebagai miliknya sendiri. kecurangan akademik juga setiap tindakan lain dari ketidakjujuran atas nama mahasiswa, guru atau dosen di lingkungan akademik. Hal ini diyakini bahwa kecurangan akademik lebar tersebar di semua tingkat pendidikan sementara itu biasanya dimulai di kalangan siswa pada usia 10 sampai 14.
2)   Bentuk Kecurangan Akademik
      Kecurangan dapat berbentuk catatan boks, melihat dari atas bahu seseorang selama ujian atau berbagi terlarang informasi antara siswa mengenai ujian atau latihan. Banyak metode yang rumit dari kecurangan telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Misalnya, siswa telah didokumentasikan catatan bersembunyi di kamar mandi toilet tangki, di pinggirannya topi baseball atau lengan baju mereka. Juga, menyimpan informasi dalam grafik kalkulator, pager, ponsel, dan perangkat elektronik lainnya telah dipotong sejak revolusi informasi dimulai. Sementara siswa telah lama diam-diam mengamati tes dari mereka duduk dekat mereka, beberapa Siswa secara aktif mencoba untuk membantu mereka yang mencoba untuk menipu.
3)   Pencegahan Kecurangan Akademik
a)     Mempromosikan Integritas Akademik
      Integritas akademik adalah kode moral atau politik etis dari akademisi. Ini termasuk nilai-nilai seperti menghindari kecurangan atau plagiarisme, pemeliharaan standar akademik, kejujuran dan ketelitian dalam penelitian dan penerbitan akademis. integritas akademik berarti kejujuran dan tanggung jawab dalam beasiswa. tugas-tugas akademik yang ada untuk membantu siswa belajar; nilai yang ada untuk menunjukkan bagaimana sepenuhnya tujuan ini tercapai.
b)   Komunikasi antara Orangtua dan Anak
      Orang tua dapat memainkan peran penting untuk mengurangi kecurangan siswa. Orang tua dapat berbicara dengan anak-anak tentang bagaimana perasaan mereka secara akademis serta apakah anak mereka merasa stres. Kadangkala siswa melakukan penipuan karena mereka melihatnya sebagai satu-satunya cara untuk memenuhi harapan tinggi yang dibebankan kepada mereka.
c)    Anggota Fakultas Baik
      Guru dapat memainkan peran penting untuk mengurangi kecurangan siswa. Salah satu cara paling efektif untuk mencegah kecurangan akademik adalah untuk secara jelas menginformasikan siswa dari harapan Anda dan kebijakan sekolah. Sebuah percakapan jujur ​​dengan siswa dapat membantu mencegah masalah dan mengirimkan jelas

Disintegritas akademik (skripsi dan tesis)


      Sebuah studi internasional, menemukan bahwa siswa diidentifikasi berdasarkan metode kecurangan yang cukup sama dalam tiga kategori besar, yaitu menulis, komunikasi visual/lisan, dan lain-lain. Kategori menulis melibatkan penggunaan buku catatan, menulis catatan pada tubuh, dan menulis pada pakaian atau hal-hal lainnya. Aspek visual melibatkan menyalin ujian orang lain, meminta jawaban, atau memiliki siswa lain ikut ujian. Kelompok lain-lain yang terlibat pemprograman kalkulator, menggunakan telepon seluler, dan menyembunyikan catatan atau buku di kamar mandi (Bernad, et al., 2008).
      Perilaku tidak jujur dalam aktivitas akademik seringkali mengisi pemberitaan media massa di Indonesia, baik media cetak maupun media elektronik (Widhi, 2014). Wood dan Warnken (2004) mengklasifikasikan delapan aktifitas yang tergolong kecurangan akademik (academic cheating) yaitu:
a.         Plagiarism, yakni aktivitas individu yang meniru (initate) dan/atau mengutip (secara identik tanpa melakukan modifikasi) terhadap pekerjaan orang lain dengan tidak mencantumkan nama penulis aslinya
b.        Collusion, yakni kerjasama yang tidak diperbolehkan dalam mengerjakan tugas individual maupun ujian.
c.         Falsification, yakni melakukan pemalsuan hasil pekerjaan orang lain yang diakui sebagai hasil pekerjaannya dengan cara megganti nama orang lain tersebut dengan namanya sendiri.
d.        Replication, yakni upaya memasukkan atau mengumpulkan tugas yang sama atau hasil dari pekerjaan, baik secara keseluruhan maupun sebagian menggunakan catatan atau perangkat yang tidak diperbolehkan selama ujian dan/atau membawa dan/atau mencari copy soal sebelumnya;
e.         Memperoleh dan/atau mencari copy jawaban ujian dan/atau soal;     
f.         Berkomunikasi atau mencoba berkomunikasi dengan sesama peserta ujian untuk memperoleh jawaban selama ujian berlangsung;
g.        Menjadi orang yang pura-pura tidak tahu jika ada yang sedang melakukan kecurangan atau bahkan menjadi pihak penghubung antar peserta ujian yang bekerja sama/melakukan kecurangan (Wood   & Warnken, 2004).
      Ketidakjujuran akademik meluas di sekolah-sekolah medis dan keperawatan kesehatan di seluruh dunia. Ini memiliki efek merugikan pada praktek medis karena siswa yang curang selama sekolah kedokteran mengikuti pola perilaku yang sama di kemudian hari dalam mereka bekerja dengan pasien (Douglas et al., 2014). Menurut Purnamasari (2013) perilaku kecurangan akademik memiliki berpotensi merusak citra dan harapan masyarakat terhadap lulusan sarjana. Banyaknya kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa dapat berdampak negatif bagi berbagai pihak. Akibat dari kecurangan akademik akan memunculkan dalam diri mahasiswa perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, tidak berprestasi, tidak mau membaca buku pelajaran tapi siswa lebih rajin membuat catatan-catatan kecil untuk bahan menyontek. Budaya curang yang terbentuk dalam diri mahasiswa akan mengikis budaya baik yang ada seperti budaya disiplin dalam lembaga pendidikan sehingga dampaknya tidak hanya akan merusak integritas dari pendidikan itu sendiri, tetapi bisa menyebabkan perilaku yang lebih serius seperti tindakan kriminal (Mulyawati, 2010) 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Integritas Akademik (skripsi dan tesis)


                  Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan yang bisa terjadi dimana saja adalah kecurangan akademik (Purnamasari, 2013). Menurut Robert dan Hai-Jew (2009) faktor penyebab ketidakjujuran akademik dapat dipisahkan menjadi eksternal dan internal. Nilai dapat dibuat secara sosial antara masyarakat dan tertanam dalam budaya. Nilai- nilai lain mungkin internal untuk individu dan mungkin menjadi faktor tahap perkembangan mereka (Robert & Hai-Jewe, 2009).
a.    Faktor eksternal
            Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada beberapa penelitian yang telah difokuskan pada ketidakjujuran akademik dalam skala internasional (McCabe et al., 2008). Beberapa peneliti menemukan bahwa kecurangan lebih sering ditemukan dalam budaya kolektif, sementara yang lain menemukan kecurangan akademik secara individualistis (Robert & Hai-Jewe, 2009).
          Faktor eksternal yang berhubungan dengan kompetisi mempengaruhi ketidakjujuran akademik. Ini mungkin termasuk tekanan untuk mencapai nilai bagus, kecemasan, lingkungan kelas, kebijakan akademik dan masalah prestasi (Higbee dan Thomas, 2002). Selain itu, ada faktor situasional, seperti tekanan untuk berhasil di kampus, pekerjaan di luar kampus dan beban persyaratan beasiswa yang memiliki sedikit efek pada ketidak jujuran akademik (Carpenter et al., 2006). Tantangan ketidakjujuran akademik tidak hanya berlaku untuk mahasiswa tingkat sarjana, tetapi tingkat magister dan doktorpun juga. (Mitchell dan Carroll, 2008). Disamping itu, terdapat faktor eksternal yang meliputi pengawasan pengajar, penerapan peraturan, tanggapan pihak fakultas terhadap kecurangan, perilaku siswa lainnya dan asal negara pelaku kecurangan (Primaldhi, 2010).
Menurut Bali (2013), komitmen Dosen selaku faktor eksternal dari mahasiswa bertanggung jawab juga terhadap pembentukan karakter mahasiswa yang baik seperti Integritas Akademik.
Berdasarkan uraian di atas, maka faktor eksternal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kompetisi, situasional, pengawasan dan penerapan peraturan, serta komitmen dosen.
b.   Faktor internal
          Dalam hal faktor internal, (Angel, 2004) menemukan beberapa hubungan dengan kemampuan dalam kepribadian seseorang. Faktor demografi tidak begitu mempengaruhi apakah mahasiswa akan terlibat dalam kecurangan akademik atau tidak, dalam penelitian ditemukan sedikit atau tidak ada korelasi antara ketidakjujuran akademik dan etnis, atau ketidakjujuran akademik dengan keyakinan agama. Mahasiswa lama cenderung sering melakukan kecurangan akademik daripada mahasiswa baru (Carpenter et al., 2006). Faktor yang bersifat internal antara lain adalah academic self-efficacy, indeks prestasi akademik (IPK), etos kerja, self-esteem, kemampuan/kompetensi motivasi akademik, need for approval belief, sikap, tingkat pendidikan, teknik belajar (study techniqueserta moralitas (Primaldhi, 2010).
Faktor internal yang mempengaruhi kecurangan akademik menurut Purnamasari (2013) antara lain :
1)      Efikasi diri akademik
Proses kognitifmerupakan salah satu aspek yang mempengaruhi proses utama efikasi diri. Proses kognitif memiliki fungsi utama yang memungkinkan individu untuk dapat memprediksi kejadian, dan mengembangkan cara untuk dapat mengendalikan kehidupannya. Keterampilan problem solving yang efektif memerlukan proses kognitif untuk dapat memproses berbagai informasi yang diterima. Oleh karenanya dapat diasumsikan semakin efektif kemampuan individu dalam analisis serta dalam mengungkapkan ide-ide atau gagasan pribadi, maka akan semakin baik individu tersebut dalam bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan


2)      Perkembangan Moral
Perkembangan moral dapat didefinisikan sebagai perubahan penalaran, perasaan, serta perilaku tentang standar mengenai benar dan salah (Santrock, 2007: 117). Perkembangan moral terdiri dari tiga aspek, yaitu pemikiran, perilaku serta perasaan. Ide dalam hal pemikiran meliputi bagaimana seseorang berpikir akan aturan-aturan yang menyangkut etika berperilaku. Ide dasar dalam hal perilaku meliputi bagaimana mahasiswa sebaiknya berperilaku dalam situasi moral. Ide dasar dalam hal perasaan meliputi bagaimana perasaan mahasiswa mengenai masalah-masalah moral. Pikiran, perilaku serta perasaan dapat terlibat dalam kepribadian moral individu. Kepribadian moral kemudian dijadikan dimensi yang keempat sebagai ide dasar perkembangan moral.
3)      Religi
Menurut Glock & Stark (dalam Ancok dan Suroso, 2011) religi diartikan sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, serta sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Aspek dalam religi ada beberapa, namun yang berhubungan dengan penelitian ini adalah aspek akhlak, karena menunjuk pada bagaimana seseorang berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yakni bagaimana seorang individu berelasi dengan dunianya, terutama berelasi dengan manusia lain. Akhlak merupakan perbuatan yang mencakup perilaku suka bekerjasama, menolong, tidak menipu, tidak korupsi, tidak mencuri
        Tiga elemen kunci kecurangan (The Fraud Triangle) dapat memberikan gambaran apa yang mendasari seseorang melakukan perbuatan fraud/kecurangan, yakni tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Risiko kecurangan juga dapat diminimalisir, jika salah satu dari ketiga elemen tersebut atau bahkan seluruhnya dapat diminimalisir (Albrecht et al., 2012).
Peningkatkan pencegahan dan pendeteksian kecurangan perlu mempertimbangkan elemen keempat. Di samping menangani pressure, opportunity, dan rationalization juga harus mempertimbangkan indivual’s capability (kemampuan individu). Keempat elemen ini dikenal sebagai “Fraud Diamond” (Wolfe dan Hermanson, 2004)

1)        Tekanan (pressure), mencakup: tekanan karena faktor keuangan, tekanan yang datang dari pihak eksternal, kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang, serta tekanan lain-lain (Albrecht et al., 2012).
2)        Kesempatan (opportunity), mencakup: ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari suatu kinerja, kurangnya pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi pelanggaran, ketidaktahuan, apatis, kegagalan dalam mendisiplinkan pelaku fraud, ataupun kemampuan yang tidak memadai dari korban fraud dan kurangnya akses informasi (Albrecht et al., 2012).
3)        Rasionalisasi (rationalization), yakni konflik internal dalam diri pelaku sebagai upaya untuk membenarkan tindakan fraud yang dilakukannya (Albrecht et al.,   2012).
4)        Indivual’s capability (kemampuan individu) yaitu sifat-sifat pribadi dan kemampuan dalam kecurangan yang mungkin benar-benar terjadi bahkan dengan kehadiran tiga unsur lainnya (Wolfe dan Hermanson, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, maka faktor internal yang dianalisis dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Purnamasari (2013) antara lain Efikasi diri akademik, Perkembangan Moral dan Religi.