Berbagai model dapat digunakan untuk mengukur
wilayah pelayanan pasar. Diantaranya dengan model pendekatan lokasi ritel. Pada
model pendekatan ini, posisi lokasi pasar sangat penting sehingga lokasi usaha
diupayakan sedapat mungkin
sedekat mungkin dengan konsumen. Sementara itu lokasi sumberdaya produksi pada
kasus ini bukanlah merupakan faktor yang terlalu menentukan. Model pendekatan
ini biasanya terjadi pada jenis-jenis usaha produk akhir yang berkaitan
langsung dengan konsumen (end-user), misalkan kegiatan bisnis retail atau jasa.
Menurut Dunne & Lusch, (2008), dipaparkan bahwa dalam menganalisis
potensi pasar, peritel perlu mengidentifikasi kriteria tertentu. yang spesifik
untuk jenis produk atau jasa yang mereka jual. Kriteria yang dipilih oleh salah
satu peritel mungkin tidak berguna bagi pengecer yang menjual jenis produk yang
berbeda. Komponen utama potensi permintaan pasar adalah sebagai berikut:
(1) Karakteristik
Penduduk
Karakteristik penduduk adalah kriteria yang
paling sering digunakan untuk segmentasi pasar. Meskipun jumlah penduduk total
dan pertumbuhannya merupakan hal penting untuk peritel dalam memeriksa
potensial pasar, keberhasilan peritel bisa mendapatkan profil yang lebih rinci
dari pasar dengan memeriksa sekolah, pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
ras, dan kebangsaan. Peritel harus berusaha untuk mencocokkan karakteristik
populasi pasar terhadap karakteristik populasi orang yang menginginkan barang
dan jasa mereka.
(2) Karakteristik
Perilaku Pembeli
Kriteria lain yang berguna untuk menganalisis potensi
pasar adalah karakteristik perilaku pembeli di pasar. Diantara karakteristik
tersebut adalah loyalitas, gaya hidup konsumen, motif patronase toko, kondisi
geografis dan iklim, dan manfaat produk yang dicari. Meski demikian, data ini
tidak mudah didapat sebagai data populasi.
(3) Pendapatan
Rumah Tangga
Pendapatan rata-rata rumah tangga dan
distribusi pendapatan rumah tangga secara signifikan dapat mempengaruhi
permintaan untuk fasilitas ritel. Wawasan lebih lanjut mengenai permintaan
untuk fasilitas ritel dijelaskan dalam Engel’s Law, yang menyiratkan bahwa
pengeluaran meningkat untuk semua kategori produk sebagai hasil dari
peningkatan pendapatan. Dengan demikian, dengan meningkatnya rata-rata
pendapatan rumah tangga, masyarakat akan menunjukkan permintaan yang lebih
besar untuk barangbarang mewah dan permintaan produk yang canggih untuk
barang-barang kebutuhannya.
(4) Profil
Usia Keluarga
Komposisi usia rumah tangga dapat
menjadi penentu permintaan penting untuk fasilitas ritel. Dalam masyarakat di
mana rumah tangga cenderung muda, preferensi untuk toko mungkin berbeda dari
masyarakat di mana rumah tangga rata-rata relatif sudah lama. Sebagai contoh,
konsumen lebih dari 55 tahun menghabiskan hampir empat kali lebih banyak di
toko obat seperti halnya konsumen yang berusia 30 tahun.
(5) Komposisi
Rumah Tangga
Jika kita beranggapan pendapatan dan
usia bersifat konstan dan mengubah komposisi rumah tangga, kita dapat
mengidentifikasi determinan lain dari permintaan untuk fasilitas ritel.
Kemudian, akan terlihat bahwa rumah tangga dengan banyak anak-anak memiliki
kebiasaan belanja yang berbeda dari rumah tangga yang memiliki sedikit anak
dengan pendapatan serupa.
(6) Siklus
Hidup Masyarakat
Masyarakat cenderung menunjukkan pola
pertumbuhan dari waktu ke waktu. Pola pertumbuhan masyarakat mungkin terbagi
atas empat jenis utama: pertumbuhan yang cepat, pertumbuhan yang berkelanjutan,
pertumbuhan yang relatif stabil, dan akhirnya, penurunan. Peritel harus mencoba
untuk mengidentifikasi masyarakat yang berada dalam pola pertumbuhan yang cepat
atau berlanjut, karena mereka akan mewakili peluang yang terbaik dalam jangka
panjang.
(7) Kepadatan
Penduduk
Kepadatan penduduk suatu komunitas
sama dengan jumlah orang per mil persegi. Penelitian menunjukkan bahwa semakin
tinggi kepadatan penduduk, semakin besar toko dan dengan demikian semakin
sedikit jumlah toko yang akan dibutuhkan untuk melayani penduduk dengan
menimbang ukurannya.
(8) Mobilitas
Kemudahan bagi orang untuk melakukan
perjalanan ditunjukkan kemudahan mobilitas mereka. Ketika orang-orang memiliki
kemudahan mobilitas, mereka bersedia melakukan perjalanan jauh untuk
berbelanja. Dalam komunitas di mana mobilitasnya tinggi, kebutuhan akan peritel
lebih kurang dibandingkan dengan sebuah komunitas di mana mobilitasnya rendah.
Dalam Dunne &
Lusch (2008), juga dipertimbangkan
adanya daftar faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh peritel untuk
mengevaluasi sebuah lokasi ritel. Ada 5 faktor yang disebutkan oleh Dunne &
Lusch, yaitu faktor kependudukan, arus lalu lintas dan aksesibilitas, kompetisi
ritel, karakteristik lokasi dan faktor biaya.
Dalam model wilayah pelayanan pasar digunakan
model pendekatan dengan dasar Losch yang melihat wilayah
layanan pasar dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa
lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli
karena biaya untuk mendatangani tempat penjual semakin mahal. Maka dari itu
produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik
dengan penerimaan terbesar. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli
karena biaya untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Maka dari itu
produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik
dengan penerimaan terbesar (Tarigan, 2009). Pernyataan ini didukung oleh Chintya (2013) dan Dewi (2012) dimana lokasi
berpengaruh meningkatkan pendapatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar