Womack,
Jones et all, 1990 mendefinisikan Value
chain Analysis (VCA) sebagai berikut :
“ …..is a technique widely applied in the fields of operations management,
process engineering and supply chain management, for the analysis and
subsequent improvement of resource utilization and product flow within
manufacturing processes.”
Sedangkan
Shank dan Govindarajan, (1992), mendefinisikan Value chain Analyisis, merupakan alat untuk memahami rantai nilai
yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas
yang dilakukan, mulai dari bahan baku samapi ketangan konsumen, termasuk juga
pelayanan purna jual.
Selanjutnya
Porter (2001) menjelaskan, Analisis value-chain merupakan alat analisis
stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan
kompetitif, untuk mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan
atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan
dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri. Value chain mengidentifikasikan dan
menghubungkan berbagai aktivitas stratejik diperusahaan (Hansen, Mowen, 2000).
Sifat Value chain tergantung pada
sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa
dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba.
Tujuan dari
analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain
di mana perusahaan dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk
menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan nilai tambah (Value added) dapat membuat perusahaan
lebih kompetitif.
Strategi Low Cost menekankan pada harga jual yang lebih rendah
dibandingkan kompetitor untuk menarik konsumen. Konsekuensinya perusahaan harus
melakukan kontrol Cost yang ketat. Cost ditekan serendah mungkin sehingga
produk dapat dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan pesaing. Hal ini
akan menjadi insentif bagi konsumen untuk membeli produk tersebut. Cost yang rendah merupakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Strategi ini banyak dilakukan dengan baik, antara
lain oleh : Ramayana di Indonesia yang bergerak di bidang Retail, Air asia dari
Malaysia yang bergerak dalam bidang penerbangan, Easyjet yang bergerak dibidang
penerbangan di Eropa.
Strategi
kompetitif diferensiasi menekankan pada keunikan produk. Produk tersebut
berbeda dibandingkan dengan prodk pesaing, sehingga konsumen mau berpalling
kepada produk perusahaan. Produk yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih
dimata konsumen. Perusahaan dapat mengenakan harga jual yang lebih tinggi,
karena konsumen mau membayar lebih untuk hal yang unik tersebut. Strategi diferensiasi
biasanya menekankan pada kualitas yang unggul. Beberapa perusahaan yang sukses
melakukan hal ini antara lain : Aepico dari Thailand yang bergerak dibidang
otomotif berhasil menempatkan produknya mempunyai nilai unggul, dalam hal
kualitas dan presisi mesin yang sangat baik, sehingga seperti : Mercy dan BMW
mau menggunakan jasanya dibandingkan pesaing yang menawarkan harga murah.
Harley Davidson yang berhasil menanamkan image-nya, sehingga mempunyai
pelanggan yang fanatik, begitu juga dengan BMW. Nokia yang terus menerus mengeluarkan
inovasi sehingga konsumen terus tertarik. (Dodi Setiawan, 2003).
Peningkatan
nilai tambah (Value added) atau
penurunan biaya dapat dicapai dengan cara mencari prestasi yang lebih baik yang
berkaitan dengan supplier, dengan mempermudah distribusi produk, outsourcing
(yaitu mencari komponen atau jasa yang disediakan oleh perusahaan lain), dan
dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang dimana perusahaan tidak kompetitif.
Selanjutnya dalam kaitanya antara value
chain dengan value coalitions, Weiler et all, (2003), menyatakan bahwa Value chain Analysis dan Value Coalitions Analysis, adalah
pendekatan yang didesain untuk sebuah perusahaan yang diidentifikasi melalui
nilai ekonomi dari konsumen, yaitu didasarkan pada; Pertama, work activity based; merupakan pola
pemrosesan yang didasarkan pada suatu set aktivitas pendukung dari sebuah arus
kerja (workflow). Dan Kedua,
Functional Organization; yaitu didasarkan pada fungsi organisasi keseluruhan
dari top level sampai down level suatu organisasi yang ada dan
terlibat didalamnya.
Analisis
value-chain berfokus pada total value
chain dari suatu produk, mulai dari desain produk, sampai dengan
pemanufakturan produk bahkan jasa setelah penjualan. Konsep-konsep yang
mendasari analisis tersebut adalah bahwa setiap perusahaan menempati bagian
tertentu atau beberapa bagian dari keseluruhan value chain. Penentuan di bagian mana perusahaan berada dari
seluruh value chain merupakan
analisis stratejik, berdasarkan pertimbangan terhadap keunggulan bersaing yang
ada pada setiap perusahaan, yaitu dimana perusahaan dapat memberikan nilai
terbaik untuk pelanggan utama dengan biaya serendah mungkin. Contohnya :
beberapa perusahaan dalam industri pembuatan komputer memfokuskan pada
pembuatan chip, sementara perusahaan lainnya terutama memfokuskan pada
pembuatan prosesor (Intel) atau hard drive (Seagete and Western Digital), atau
monitor (Sony). Beberapa perusahaan mengkombinasikan pembelian dan
pemanufakturan komponen untuk pembuatan komputer yang lengkap (IBM, Compaq),
sementara perusahaan lainnya terutama memfokuskan pada pembelian komponen
(Dell, Gateway). Dalam industri sepatu olahraga, Reebok memproduksi dan menjual
sepatu kepada pengecer yang besar, sementara Nike mengkosentrasikan pada
Desain, penjualan dan Promosi, mengkontrakan semua pembuatan sepatunya pada
perusahaan lain.
Oleh karena
itu setiap perusahaan mengembangkan sendiri satu atau lebih dari bagian-bagian
dalam value chain, berdasarkan
analisis stratejik terhadap keunggulan kompetitifnya. Analisis value-chain
mempunyai tiga tahapan :
1. Mengidentifikasi aktivitas Value chain
Perusahaan
mengidentifikasi aktivitas value chain
yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam proses desain, pemanufakturan, dan
pelayanan kepada pelanggan. Beberapa perusahaan mungkin terlibat dalam
aktiviatas tunggal atau sebagian dari aktivitas total. Contohnya, beberapa
perusahaan mungkin hanya memproduksi, sementara perusahaan lain
mendistribusikan dan menjual produk.
Pengembangan
value chain berbeda-beda tergantung
pada jenis industri. Contohnya dalam perusahaan industri, fokusnya terletak
pada operasi dan advertensi serta promosi dibandingkan pada bahan mentah dan
proses pembuatan. Aktivitas seharusnya ditentukan pada level operasi yang
relatif rinci, yaitu level untuk bisnis atau proses yang cukup besar untuk
dikelola sebagai aktivitas bisnis yang terpisah (dampaknya out-put dari proses
tersebut mempunyai “market value” ). Contohnya jika pembuatan sebuah chip atau
komputer dipandang sebagai aktivitas (output yang mempunyai pasar), maka operasi
pengepakan chip atau ‘computer board’ bukan merupakan aktivitas dalam analisis value chain.
2. Mengidentifikasi Cost driver pada setiap
aktivitas nilai
Cost Driver merupakan factor yang
mengubah Jumlah biaya total, oleh karena itu tujuan pada tahap ini adalah
mengidentifikasikan aktivitas dimana perusahaan mempunyai keunggulan biaya baik
saat ini maupun keunggulan biaya potensial. Misalnya agen asuransi mungkin
menemukan bahwa Cost Driver yang penting adalah biaya
pecatatan berdasarkan pelanggan. Informasi Cost
Driver stratejik dapat mengarahkan
agen asuransi tersebut pada pencarian cara untuk mengurangi biaya atau
menghilangkan biaya ini, mungkin dengan cara menggunakan jasa perusahaan lain
yang bergerak dibidang pelayanan komputer (computer service) untuk menangani
tugas-tugas pemrosesan data, sehingga dapat menurunkan biaya dan mempertahankan
atau meningkatkan keunggulan kompetitif.
3. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan
mengurangi biaya atau menambah nilai.
Pada tahap
ini perusahaan menentukan sifat keunggulan kompetitif potensial dan saat ini
dengan mempelajari aktivitas nilai dan cost
driver yang diidentifikasikan diatas.
Dalam melakukan hal tersebut, perusahaan harus melakukan hal-hal berikut :
a. Mengidentifikasi keunggulan kompetitif (Cost Leadership atau diferensiasi).
Analisis
aktivitas nilai dapat membantu manajemen untuk memahami secara lebih baik
tentang keunggulan-keunggulan kompetitif stratejik yang dimiliki oleh
perusahaan dan dapat mengetahui posisi perusahaan secara lebih tepat dalam value chain industri secara keseluruhan.
Contohnya, dalam industri komputer, perusahaan tertentu (missal Hewlet Packard)
tertutama memfokuskan pada desain yang inovatif, sementara perusahaan lainnya
(misal, Texas Instrument dan Compaq) memfokuskan pada pemanufakturan biaya
rendah.
b. Mengidentifikasi peluang akan nilai
tambah.
Analisis
aktivitas nilai dapat membantu mengidentifikasi aktivitas dimana perusahaan
dapat menambah nilai secara siginifikan untuk pelanggan, contohnya, merupakan
hal yang umum sekarang ini bagi pabrik-pabrik pemrosesan makanan dan pabrik
pengepakan untuk mengambil lokasi yang dekat dengan pelanggan terbesarnya
supaya dapat melakukan pengiriman dengan cepat dan murah. Serupa dengan hal
tersebut, perusahaan pengecer seperti Wal-Mart menggunakan teknologi yang
berbasis komputer untuk melakukan koordinasi dengan para supplier tokonya.
Dalam industri perbankan, ATM diperkenalkan untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan dan mengurangi biaya pemrosesan. Sekarang ini bank mengembangkan teknologi
komputer on-line untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan untuk
memberikan peluang lebih lanjut akan adanya penurunan biaya.
c.
Mengidentifikasi
peluang untuk mengurangi biaya.
Studi
terhadap aktivitas nilai dan cost driver dapat membantu manajemen
perusahaan menentukan pada bagian mana dari value
chain yang tidak kompetitif bagi perusahaan. Contohnya, Intel Corp pernah
memproduksi computer chips dan computer board, seperti Modem, tetapi
untuk berbagai alasan perusahaan meninggalkan porsi dalam industri dan sekarang
lebih memfokuskan pada terutama pada pembuatan prosesor.
Serupa
dengan hal tersebut, beberapa perusahaan mungkin mengubah aktivitas nilainya
dengan tujuan mengurangi biaya. Contohnya, Iowa Beef Processors memindahkan
pabrik pemrosesan menjadi lebih dekat dengan feedlots di negara bagian
Southwest dan Midwest, sehingga dapat menghemat biaya transportasi dan
mengurangi kerugian karena menurukan berat badan ternak yang biasanya menderita
selama pengangkutan.
Singkatnya
analisis value chain mendukung
keunggulan kompetitif stratejik pada perusahaan dengan membantu menemukan
peluang untuk menambah nilai bagi pelanggan dengan cara menurunkan biaya produk
atau jasa. Lebih lanjut, analisis value
chain dapat dipergunakan untuk menentukan pada titik-titik mana dalam
rantai nilai yang dapat mengurangi biaya atau memberikan nilai tambah (value
added).
Sebaliknya
dalam perolehan bahan baku atau proses advertensi dan promosi, Langkah pertama;
dalam value chain untuk pemerintah
atau organisasi yang tidak berorientasi pada laba adalah membuat pernyataan
tentang misi social organisasi tersebut, termasuk kebutuhan masyarakat spesifik
yang dapat dilayani. Tahap Kedua; adalah mengembangkan sumber daya untuk
organisasi, baik personel maupun fasilitasnya. Tahap ketiga dan Tahap keempat;
adalah melakukan operasi organisasi dan memberikan jasa kepada masyarakat.
Dalam suatu
rantai produk yang lengkap, supplier, manufaktur dan pemasaran serta penanganan
purna jual dilakukan oleh perusahaan yang berbeda. Bahkan mereka bisa saja
independen antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, aktivitas yang dilakukan
oleh masing-masing tahap harus dilihat dalam konteks yang luas.
Aktivitas-aktivitas ini memang terpisah tapi mereka mempunyai suatu hubungan
yaitu pembentukan nilai untuk produk yang dihasilkan.
Oleh karena
itu, aktivitas-aktivitas tersebut tidak independen tapi interdependen.
Masing-masing pihak memerlukan nilai dari pihak lain untuk memaksimalkan nilai
produk yang dihasilkan. Perusahaan harus mengidentifikasi posisi perusahaan
pada rantai nilai tersebut, apakah berada dibagian supplier, manufaktur, bagian
pemasaran atau penaganan purna jual. Hal ini penting untuk memahami
karakteristik industri tersebut dan saingan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar