Sabtu, 02 Februari 2019

Dampak Psikologis Bullying (skripsi dan tesis)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dampak berarti pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik yangnegatif maupun positif. Sedangkan psikologis berarti sesuatu yang berkenaan dengan psikologi atau bersifat kejiwaan. Jadi dampak psikologis dapat diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif maupun positif dalam kejiwaan seseorang. Dalam tinjauan psikologi sosial, dampak psikologis dapat dikaitkan dengan tindakan dan efek. Jones dan Davis (Sarwono, 1995) menyatakan bahwa tindakan (act) berarti keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan perilaku dan yang mempunyai akibat (efek) terhadap lingkungannya. Sementara efek diartikan sebagai perubahan nyata yang dihasilkan oleh tindakan. Dalam keterkaitan antara stimulus dan respon yang mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak psikologis dapat dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja dalam diri seseorang (Watson dalam Sarwono,1995).
Dampak psikologis adalah konsekuensi psikologis sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja dalam diri seseorang oleh faktor internal maupun eksternal. Malpani dan Heider (Sears, 1992,) mendefinisikan bentuk-bentuk dampak psikologis secara umum sebagai berikut :
a.       Kecemasan
Merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 1997, h. 32). Kecemasan merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, artinya tidak ada manusia yang tidak mengalami kecemasan. Buclew (dalam Handayani, 2001, h. 32) mengungkapkan adanya gejala kecemasan yang dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :
1.      Tingkatan Fisiologis
Kecemasan pada tingkat ini sudah mempengaruhi atau berwujud pada gejala-gejala fisik terutama pada fungsi saraf, diantaranya tidak dapat tidur, perut mual dan keringat dingin berlebihan.
2.      Tingkatan Psikologis
Pada tingkat ini kecemasan berupa gejala kejiwaan, seperti khawatir, bingung, sulit konsentrasi, dan tegang.

b.      Rasa malu
Merupakan suatu emosi dengan ciri khas adanya perasaan bersalah, hal yang memalukan dan penghindaran (Chaplin, 1997). Goffman (Harre & Lambs, 1996) mengemukakan bahwa apa yang dihasilkan rasa malu ialah pengakuan bahwa diri yang disokong seseorang dalam sebuah interaksi sosial telah terganggu oleh sesuatu yang dilakukannya atau suatu kenyataan pribadi yang terlepas. Ditambahkan pula ungkapan kekuatan rasa malu berasal dari interaksi-interaksi sosial.
c.       Ketidakberdayaan
Petri (dalam Handayani, 2001) mengungkapkan bahwa penyebab suatu rasa ketidakberdayaan dalam pengalaman terdiri dari keikutsertaan dalam pemecahan masalah, respon yang lamban terhadap stress, penyebab perasaan depresi dan rendahnya upaya untuk keberhasilan-keberhasilan menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut Lau (dalam Smeth, 1994 ) menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi yang didapat dari adanya gangguan motivasi, proses kognisi maupun emosi.
d.      Amarah
Berkowitz (2003, h. 27) menyatakan bahwa pada diri seseorang yang mengalami reaksi fisiologis dapat muncul suatu ekspresi emosional tidak disengaja yang disebabkan oleh kejadian yang tidak menyenangkan (masalah) atau mungkin juga dipengaruhi oleh pikiran oleh pikiran dan ingatan yang muncul pada sewaktu-waktu.

e.       Kesedihan
Menurut Poerwadarminta (1998, h. 230) kesedihan adalah perasaan sedih, duka cita, kesusahan hati. Kesedihan merupakan perasaan hati yang lebih emosional, menjurus ke kesedihan yang ditandai dengan kepasifan relatif, keadaan otot yang merosot dengan keluhan tidak jarang mencucurkan air mata.

Tidak ada komentar: