Kamis, 17 Januari 2019

Proses Perkembangan Kota (skripsi dan tesis)


Kota sebagai perwujudan geografis dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya kebutuhan ruang perkotaan. Kebutuhan ruang ini selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota, gejala pengambil-alihan lahan non urban oleh penggunaan lahan urban didaerah pinggiran kota disebut invasion, sedangkan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut urban sprawl, Koestoer (2001). Lebih jauh, Koestoer (2001) menjelaskan secara garis besar ada tiga ekspresi keruangan atau pertumbuhan fisik, yaitu:
1.      Pola penjalaran memanjang (ribbon development), yaitu pembangunan yang tidak merata disemua bagian kotanya, melainkan penjalarannya yang cepat terjadi disepanjang jalur transportasi menuju kota.
2.      Pola penjalaran konsentris (concentric development) adalah perkembangan kota yang terjadi secara merata disegala sisi dari permukiman yang sudah ada. Pola ini membentuk suatu kenampakan morfologi kota yang kompak.
3.      Pola penjalaran meloncat (leap frog development) adalah pertumbuhan fisik kota yang terjadi secara sporadis ke semua daerah pinggiran kotanya. Pertumbuhan ini mengakibatkan terganggunya proses produksi pertanian karena terjadi konversi lahan pertanian yang meloncat-loncat.
Pertumbuhan kota yang semakin besar telah memunculkan satu fenomena yang dikenal sebagai mega urban. Menurut Chenery dkk (1991) dalam konteks Asia, pertumbuhan kota besar dan proses terbentuknya desa-kota memainkan peranan yang penting dalam wujudnya wilayah mega urban. Proses terbentuknya wilayah mega urban diawali dengan adanya dua kota yang terhubungkan oleh jalur transportasi yang efektif. Selanjutnya sebagai konsekuensi transportasi yang efektif, wilayah koridor kedua kota besar tersebut turut berkembang, yang pada akhirnya mewujudkan kesatuan perkotaan yang luas. Dengan demikian, wilayah yang termasuk dalam mega urban yang sesuai dalam struktur ruang diatas tersebut adalah:
1.      Kota besar.
2.      Wilayah pinggiran kota.
3.      Desa yang terletak disepanjang koridor yang menghubungkan kedua kota.
Selain itu disebutkan oleh Chenery dkk (1991) bahwa wilayah yang disebut mega urban atau desa kota mempunyai 6 bentuk utama, yaitu:
1.      Bercirikan jumlah penduduk yang besar dari dalam lahan padi yang sempit.
2.      Umumnya bercirikan peningkatan kegiatan non pertanian dari dalam yang sebelumnya merupakan daerah pertanian yang luas.
3.      Wilayah desa kota umumnya ditunjukkan dengan kelancaran dan mobilitas penduduk yang tinggi. Ketersediaan sarana transportasi yang mudah menyebabkan pergerakan antara jarak yang jauh dapat dilakukan dengan mudah.
4.      Wilayah desa kota yang terlihat dari percampuran penggunaan lahan seperti lahan pertanian kawasan industri, perdagangan dan penggunaan lahan lainnya.
5.      Bentuk lain dari wilayah desa kota adalah meningkatnya partisipasi wanita sebagai tokoh pertanian.
6.      Wilayah mega urban biasa disebut invisible or grey area oleh pemerintah karena sulit bagi pemerintah menegakkan aturan akibat cepatnya perubahan struktur ekonomi.

Tidak ada komentar: