Rabu, 16 Januari 2019

Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Kemitraan Pemerintah dan Swasta (skripsi dan tesis)


Cheng at al. (2000) mengemukakan bahwa kesuksesan kemitraan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
1)      Keahlian manajemen yang mencakup komunikasi efektif dan revolusi konflik.
a.       Komunikasi efektif.
Dikarenakan oleh adanya perbedaan budaya, tujuan, sasaran akhir yang dikehendaki oleh masing-masing mitra akan terjadi konflik dan mengakibatkan terjadinya pertentangan dan hubungan antar mitra. Keahlian komunikasi yang efektif akan membantu organisasi untuk memfasilitasi pertukaran ide dan gagasan yang akan mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan kepercayaan antar anggota mitra. Termasuk di dalam pembentukan saluran komunikasi yang efektif yang dapat digunakan untuk memotivasi anggota mitra untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan, menentukan sasaran akhir dan usaha korporasi untuk menciptakan harapan yang sesuai. (Mohr dan Spekman, 1994).
b.      Resolusi konflik
Dampak dari penyelesaian suatu konflik dapat mengakibatkan peningkatan produktifitas tetapi kadang juga dapat merusak hubungan antar mitra dan semua itu tergantung pada teknik yang digunakan oleh masing-masing mitra dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. (Mohr dan Spekman 1994).
Dalam kemitraan penyelesaian konflik selalu mencari solusi yang saling menguntungkan dan memuaskan diantara kedua belah pihak. masing-masing mitra disarankan untuk mengadopsi teknik resolusi pemecahan konflik yang produktif seperti pemecahan masalah secara bersama-sama. Terutama dalam lingkungan yang tidak pasti dan dinamis, pemecahan masalah secara bersama-sama merupakan strategi yang harus dilakukan dalam kemitraan. Selama dalam pemecahan masalah secara bersama-sama mitra saling berbagi tentang pandangan mereka tentang isu konflik yang terjadi dan teknik penyelesaiannya. Tingkat partisipasi yang tinggi antar anggota mitra akan membantu dalam menciptakan komitmen pada solusi yang di setujui. Kerja sama yang baik antar mitra dalam penyelesaian konflik akan memberikan keuntungan dan kesuksesan jangka panjang dalam kemitraan. (Mohr dan Spekman,  1994). Keahlian konseptual yang terdiri dari sumber daya yang memadai, dukungan top manajemen, saling percaya, komitmen jangka panjang, koordinasi dan kreatifitas.
2)      Keahlian konseptual yang mencakup sumber daya  yang memadai dan dukungan top manajemen
a.       Sumber daya yang memadai
Sumber daya yang kompetitif merupakan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Pada umumnya sumber daya suatu perusahaan tidak dapat saling menggunakan atau berbagai antar perusahaan lain tetapi dengan kemitraan dalam proyek konstruksi sebuah perusahaan mungkin untuk saling berbagi sumber daya yang dimiliki dengan perusahaan lain. (Cheng et al. 2000). Dalam proyek konstruksi pada umumnya memerlukan berbagai teknologi dan ketrampilan sehingga perlu melibatkan mitra yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda (arsitek, mekanikal, elektrikal, struktur dan lain-lain). Jika keahlian yang dimiliki masing-masing mitra diatur secara efektif dalam sebuah hubungan kemitraan yang menekankan interaksi timbal balik maka hal tersebut dapat memperkuat daya saing dan meningkatkan kemampuan.
b.      Dukungan top manajemen.
Komitmen dan dukungan dari manajemen puncak merupakan hal yang sangat penting untuk memulai dan membentuk suatu hubungan kemitraan yang sukses dalam proyek konstruksi. Selain merumuskan aktifitas, arah dan strategi bisnis dari perusahaan, senior manajemen juga harus mempunyai komitmen dan dukungan penuh dalam memulai  dan memimpin kemitraan yang dirumuskannya. (Cheng et al. (2000).
Chan at et (2003) mengemukakan bahwa komitmen dan dukungan top manajemen merupakan prasyarat kesuksesan kemitraan dalam sebuah proyek.
c.       Saling percaya.
Suatu kemitraan tidak akan berhasil kecuali bila ada kepercayaan timbal balik antar anggota mitra dan kepercayaan timbal balik ini akan tercapai bila masing-masing mitra bertindak secara konsisten terhadap sasaran hasil yang dituju untuk mencapai kesuksesan kemitraan dalam proyek konstruksi anggota mitra lainnya. Dengan adanya kepercayan yang timbal balik dan saling terbuka antar mitra akan meningkatkan kemampuan beradaptasi dan saling tukar menukar informasi untuk memecahkan permasalahan secara bersama-sama untuk mencapai hasil yang lebih baik.  (Mohr dan Spekman, 1994).
d.      Komitmen jangka panjang.
Komitmen jangka panjang antar mitra dapat ditujukan dengan adanya kesediaan mitra untuk dilibatkan dan secara terus menerus bersama-sama dalam memecahkan masalah yang tidak diantisipasi sebelumnya. Dengan adanya komitmen dalam hubungan kemitraan diharapkan terjadi keseimbangan pencapaian sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang dari masing-masing mitra dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama tanpa adanya rasa takut akan perilaku oportunis (Mohr dan Speakman, 1994). Sedangkan Thomas et. al. (2007) mengemukakan bahwa tanpa adanya komitmen diantara mitra ada kemungkinan pelaksanaan proyek akan terjadi perselisihan, perdebatan yang berakhir pada pengadilan sehingga kalau hal tersebut terjadi maka semua yang terlibat dalam proyek akan rugi.
e.       Koordinasi
Koordinasi merupakan salah satu forum untuk melakukan komunikasi formal, pemecahan masalah, evaluasi kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dan direncana dan strategi yang akan dilakukan.
Menurut Mohr dan Spekman(1994), koordinasi mencerminkan harapan mitra dengan masing-masing mitra lain dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan Chan et al. (2003), mengemukakan bahwa koordinasi yang efektif akan menghasilkan stabilitas dalam lingkungan yang tidak pasti ini, meningkatkan hubungan serta meningkatkan pertukaran informasi antar mitra. Koordinasi yang buruk akan mengakibatkan hilangnya komitmen dan kepercayaan yang akan menimbulkan permusuhan dalam kemitraan.
f.       Kreatifitas.
 Dalam proyek konstruksi yang sangat kompleks, mitra harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan  strategi penyelesaian pekerjaan, mengusulkan ide-ide yang mendukung dalam pelaksanaan proyek serta kemampuan untuk memberikan solusi tentang pemecahan permasalahan baik dalam pelaksanaan maupun permasalahan hubungan kemitraan yang dilaksanakan sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai dengan mutu, waktu dan biaya yang telah ditentukan. Dengan adanya kreativitas dari masing-masing mitra akan dapat menghindari permusuhan dalam hubungan kemitraan dan menghindari adanya penyelesaian perselisihan di pengadilan. Apabila hubungan kemitraan sudah dapat dikembangkan menjadi fungsi strategis maka hal ini akan dapat membantu meningkatkan tujuan organisasi serta dapat meningkatkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Kreativitas menjadi bagian pokok yang dapat mendorong mitra menjadi lebih inovatif dalam melaksanakan pekerjaan dan praktek manajemen.
( Cheng et. al. 2000).
Keberhasilan upaya pengembangan kemitraan antara Pemerintah dan swasta dalam pelayanan publik sangat ditentukan oleh banyak faktor antara lain :
1)       Kemitraan hanya akan bisa berjalan secara efektif kalau diikuti oleh  perubahan sikap dan orientasi pejabat birokrasi pemerintah.
2)        Pemerintah perlu terus mengembangkan dan memberikan fasilitas untuk pengembangan sektor swasta.
3)        Pemerintah perlu mengurangi keterlibatannya dalam operasional pelayanan publik kalau sektor swasta sudah bisa melakukannya.
4)        Pengalihan peran Pemerintah kepada swasta hendaknya dilakukan secara transparan dan terbuka.
5)        Pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada sektor swasta perlu di ikuti oleh perbaikan efektifitas kontrol birokratik dan politik.
(Dwiyanto, 1995)
Selanjutnya Royat S. (1993) berpendapat bahwa kemitraan dapat mencapai pembangunan kota yang efisien, efektif dan berkelanjutan dengan syarat :
a.         Diperlukannya kebijaksanaan dan arah-arah pembangunan yang jelas dan terbuka.
b.        Penentuan prioritas pembangunan yang konsisten sehingga semua pihak dapat menentukan sampai seberapa besar tingkat investasinya pada mekanisme pasar yang ada.
c.         Pola kemitraan dalam pelaksanaan harus dengan mekanisme yang transparan/keterbukaan.
d.        Pola kemitraan atas dasar saling menguntungkan antara Pemerintah dan swasta.

Menurut Israel et al (1998), terdapat beberapa faktor yang menghambat dan faktor yang menunjang kemitraan. Faktor penghambat adalah hambatan dalam mengembangkan dan memelihara kemitraan yaitu :
1)      Ketidakpercayaan  dan kurangnya respek.
2)        Ketidak samaan distribusi kekuasaan dan kontrol.
3)        Konflik yang berhubungan dengan perbedaan perspektif, prioritas, asumsi,  nilai-­nilai dan bahasa.
4)        Konflik yang berhubungan dengan perbedaan tugas.
5)        Konflik keuangan.
Sedangkan faktor pendukung adalah faktor yang dapat digunakan untuk membentuk dan memelihara kemitraan yang efektif yaitu :
1)      Mengembangkan aturan operasional bersama.
2)        Identifikasi tujuan dan sasaran bersama.
3)        Kepemimpinan yang demokratis.
4)        Keterlibatan staf atau tim pendukung.
5)        Penelusuran peran, keahlian dan kompetensi.

Syarat bagi keberhasilan kemitraan antara pemerintah dengan swasta menurut Kouwenhoven seperti dijelaskan oleh Purwoko (2004) yaitu :
1.        Ada kepercayaan bersama (saling percaya).
2.        Ada penjelasan mengenai tujuan dan strategi kemitraan.
3.        Kejelasan biaya dan resiko.
4.        Kejelasan pada pembagian tanggung jawab dan kewenangan.
5.        Tahap-tahap pelaksanaan proyek yang jelas.
6.        Pengaturan konflik.
7.        Aspek legal.
8.        Perlindungan terhadap kepentingan dan hak pihak ketiga yang terlibat.
9.        Dukungan dan fasilitas kontrol yang cukup.
10.    Harus ada kesamaan konsep berfikir dan tindakan bahwa kerja sama tersebut komersial sehingga ada profesionalisme pengelolaan.
11.    Adanya koordinasi internal.
12.    Organisasi proyek yang memadai dan jelas.

Tidak ada komentar: