Sejumlah ayat al-Quran yang secara esensial mendorong etos kerja tinggi:
"Katakanlah : bekerjalah kamu, niscaya Allah
akan melihat pekerjaanmu serta RasulNya dan orang-orang beriman
...
" (QS At- Taubah/9:105).
" .... maka berjalanlah kamu di berbagai penjuru
bumi dan makanlah rizki Allah... " (QS al-Mulk/67:15).
Berjalan di sini tentunya mengandung arti
perintah untuk berusaha dan bekerja dalam rangka mencari rizki.
"Barang
siapa mengerjakan kebaikan baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia
beriman, niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan kami balas mereka dengan pahala lebih baik
dari apa yang telah mereka amalkan" (QS an-Nahl/16:97).
" .... dan
perbuatlah kebaikan, nicaya kamu akan sukses" (QS al- Hajj/22: 77).
" ... maka
berlomba-lombalah kamu berbuat kebaikan ... " (QS al-Maidah/5:48).
Maka, kalau mengacu pada alur berpikir 'Isa Abduh,
al-Fanjariy dan Rauf Syalabiy
berdasarkan maksud ayat-ayat di atas, mestinya orang Islam selalu terdorong untuk beretos kerja tinggi.
Akan tetapi mengapa realitas di lapangan jauh
dari kemestian itu? Apakah pengaruh paham Jabariyyah lebih dominan di kalangan mereka? Sebagai jawaban
tentatif mengapa yang demikian terjadi barangkali
dapat dikemukakan realitas dinamis dilatarbelakangi oleh sifat kompleksitas manusia yang begitu unik di
samping faktor pemahaman keagamaan.
Kinerja mereka selalu
dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti pembawaan,
kemampuan, ciri-ciri kepribadian, dan sebagainya, dan oleh faktor-faktor ekstrinsik
seperti keadaan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etos belajar Islami
adalah karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari
sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Aqidah
itu terbentuk oleh pemahaman yang diperoleh dari ajaran wahyu dan akal yang
bekerjasama secara proporsional. Maksud terpancar di sini mencakup arti dan
fungsi aqidah yang menjadi sumber motivasi serta sumber acuan dan nilai
sehubungan dengan belajar. Hal ini di dasarkan bahwa ajaran Islam hila dikaji
secara holistis-proporsional, niscaya menghasilkan pemahaman bahwa Islam
betul-betul agama amal dan kerja yakni, agama yang mengajarkan serta memberi
dorongan tidak tanggung-tanggung agar para pemeluknya beretos kerja tinggi
islami.
Karakteristik-karakteristik etos belajar islami digali
serta dirumuskan berdasarkan konsep iman dan amal saleh yang mensyaratkan ilmu,
yaitu :
1)
belajar
merupakan penjabaran aqidah;
2)
belajar
dilandasi ilmu; dan
3)
Belajar
dengan meneladani sifat-sifat Ilahi serta mengikuti petunjuk-petunjukNya. Dari
tiga karakteristik etos belajar islami itu, ternyata dapat ditemukan hampir seluruh
penampilan lahiriah ciri-ciri etos kerja tinggi pada umumnnya, seperti aktif,
disiplin, profesional, tekun, dan hemat. Keunikan etas belajar islami yang berbeda
dengan lainnya memang tidak pada penampilan lahir, tetapi pada sumber motivasi
dan sumber nilai yang dimiliki.
Ali (1987; Yousef, 2000) menyatakan bahwa nilai bekerja
dalam etos kerja islami lebih menekankan pada niat dari pada hasil dari
bekerja. Hal ini menggambarkan bahwa Islam mementingkan nilai sebuah proses
bukan hanya tertuju pada hasil akhir. Sehingga etos belajar islami menyetujui bahwa
hidup tanpa bekerja adalah tidak memiliki arti apa pun dan menjalankan kegiatan
ekonomi merupakan sebuah kewajiban. Nasr (1984) sepakat bahwa etos belajar Islami
merupakan hal yang serius karena ini merupakan karakteristik ideal seorang
muslim. Sebagai tambahan, seperti halnya Ali (1986) menyepakati bahwa Islam
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam sistem nilai kehidupan umat
Islam. Sementara itu, menurut Tasmara (2004) etos belajar muslim adalah
semangat untuk menapaki jalan lurus.
Berdasarkan uraian di atas maka etos belajar islam adalah
perubahan perilaku yang cendrung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju
pada sebuah peningkatan yang disesuaiakan dengan sifat, karakter, kualitas
hidup, moral dan etika yang disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat Islam.
Dalam hal ini maka etos belajar Islam tidak hanya menekankan hasil namun juga
proses termasuk diantaranya adalah adab dalam belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar