Selasa, 25 Desember 2018

Metode Perhitungan Tarif Taksi (skripsi dan tesis)

      Menurut Dirjen Hubdat Dephub RI, hasil operasional harian per unit taksi berdasarkan hasil argometer dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Hasil operasional harian =  { jarak tempuh perjalanan x tarif per km }
                                                +  { jumlah perjalanan isi x tarif buka pintu }
Hasil operasional harian merupakan biaya pokok kendaraan per hari ditambah dengan keuntungan operator taksi sebesar 5% dari biaya pokok kendaraan per hari
Jarak tempuh perjalanan merupakan jarak yang ditempuh taksi ketika mengangkut penumpang dalam waktu satu hari sedangkan jumlah perjalanan isi adalah jumlah perjalanan taksi dengan mengangkut penumpang dalam waktu satu hari. Tarif buka pintu adalah tarif awal yang dikenakan kepada penumpang ketika menngunakan taksi. Besar tarif buka pintu sama dengan dua kali tarif per km.


Biaya Operasional Kendaraan (skripsi dan tesis)


      Dalam sub bab sebelumnya dijelaskan bahwa biaya angkutan umum terbesar yang dikeluarkan oleh pihak operator adalah biaya operasional kendaraan (BOK). BOK adalah jumlah biaya yang dikeluarkan sebuah kendaraan sewaktu beroperasi pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan. BOK merupakan komponen biaya yang penting. Perbaikan atau peningkatan mutu sarana dan prasarana transportasi salah satu tujuannya adalah mengurangi jenis biaya ini.

1.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi BOK
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan atau pihak operator harus cermat dalam menghitung setiap biaya yang dikeluarkan. Sebagai komponen biaya yang penting dalam penyediaan angkutan umum, BOK harus senantiasa dianalisis dari waktu ke waktu. Hal ini untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya BOK. Perubahan itu dapat bersifat langsung, misalnya perubahan harga bahan bakar, atau pelumas. Namun juga dapat bersifat tidak langsung seperti turunnya kondisi mesin yang mengakibatkan naiknya konsumsi bahan bakar, atau perubahan permukaan jalan yang mengakibatkan cepat ausnya ban, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi, pihak operator dapat meminimalkan BOK yang terjadi.
Menurut Clarkson (1985), perhitungan BOK akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar kendaraan.
1)      Faktor dari dalam
   Faktor dari dalam kendaraan meliputi keadaan dan kondisi mesin kendaraan yang  akan sangat berpengaruh dalam menentukan besar kecilnya BOK tersebut. Keadaan itu antara lain berat total kendaraan, kecepatan kendaraan, tenaga penggerak mesin, umur kendaraan, dan harga kendaraan.
                                      i.            Berat kendaraan
Berat total kendaraan akan mempengaruhi jumlah pemakaian bahan bakar dan penggunaaan ban. Untuk kendaraan berat yang menggunakan penggerak hidrolis, berat total kendaraan akan mempengaruhi kebutuhan minyak pelumas. Dengan kata lain, semakin berat kendaraan maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar.
                                    ii.      Kecepatan kendaraan
            Kecepatan berpengaruh besar pada BOK karena hal ini berhubungan dengan energi yang diperlukan untuk menggerakkan mesin. Penambahan kecepatan dan permulaan kecepatan akan memerlukan energi yang lebih besar dan menaikkan BOK. Di sisi lain pengurangan kecepatan juga akan berpengaruh pada segi penggunaan ban. Dengan demikian kecepatan yang stabil akan menghasilkan BOK yang lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan yang fluktuatif atau berubah-ubah.
                                  iii.      Tenaga penggerak mesin
Besar tenaga penggerak mesin akan menentukan kekuatan dari kendaraan. Kendaraan dengan tenaga penggerak hidrolis yang besar memiliki daya angkat dan daya gerak yang lebih besar sehingga membutuhkan energi yang besar pula. Jika kondisi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal tentunya akan merugikan.
                            iv.            Umur kendaraan
Umur kendaraan yang telah tua menyebabkan kondisi kendaraan menurun dan harus diservis. Hal ini mempengaruhi unsur BOK. Harga jual kendaraan pun akan menurun yang tentunya mengurangi nilai investasi.
                              v.            Harga kendaraan
Harga suku cadang kendaraan, biaya pemasangan, dan berbagai unsur BOK lainnya tergantung dari harga kendaraan tersebut. Semakin tinggi harga suatu kendaraan maka harga suku cadangnya pun akan semakin tinggi dan peralatan yang dibutuhkan pun semakin mahal disebabkan kualitas suku cadang yang lebih baik. Harga kendaraan juga akan berpengaruh pada laju penyusutan harga.
2)      Faktor dari luar
Faktor dari luar kendaraan adalah situasi dan kondisi diluar kendaraan yang juga sedikit banyak berpengaruh pada BOK. Faktor ini meliputi kondisi geometris, kondis perkerasan, dan situasi lalu lintas yang ada. Faktor tersebut dirinci menjadi kelandaian naik dan kelandaian turun, sudut belokan, keadaan permukaan jalan, kekasaran, kekompakkan, kelembaban permukaan, situasi dan kondisi lalu lintas. 
                                i.            Kelandaian
Tambahan energi diperlukan dalam perjalanan mendaki. Jumlah tambahan energi terbesar adalah pada kebutuhan bahan bakar. Sedangkan pada kelandain turun, energi dan kebutuhan bahan bakar cenderung lebih sedkit. Pengaruh ini akan sangat kentara pada operasional kendaraan di daerah pegunungan dimana kondisi kemiringan yang besar dan panjang. Apalagi ditambah dengan kondisi geometri  jalan yang berkelok-kelok.
                              ii.            Sudut belokan
Perjalanan pada kecepatan tinggi di tikungan yang tajam akan menaikkan BOK disebabkan pada saat berbelok kendaraan akan mengalami hambatan akibat super elevasi permukaan jalan, kesulitan ini yang menyebabkan dilakukannya pengereman. Pengereman pada kecepatan tinggi akan memakan biaya yang dilakukan cukup mahal. Penambahan biaya pada suatu tikungan juga disebabkan oleh perubahan kecepatan, perubahan ini disamping akan menaikkan konsumsi bahan bakar juga berpengaruh pada kondisi ban akibat kemiringan dan gesekan tepi (side resistant).
                            iii.            Ketinggian permukaan
Ketinggian permukaan dari air laut menyebabkan kenaikan suhu dan tipisnya udara, sehingga terkadang mesin sukar dihidupkan untuk pertama kalinya. Selain itu dibutuhkan energi yang relatif lebih besar untuk tetap menjaga kondisi mesin tetap hidup. Fenomena ini terutama banyak ditemui pada kendaraan berbahan bakar diesel atau kendaraan berat.
                            iv.            Keadaan permukaan
Keadaan permukaan akan sangat mempengaruhi baik dari operasional maupun pemeliharaan kendaraan. Kekasaran permukaan terutama pada jalan yang belum diperkeras, akan sangat mempengaruhi biaya operasional kendaraan, baik saat mulai bergerak, berhenti, maupun pengereman.
                              v.            Kondisi lalu lintas
Kemacetan lalu lintas akan sangat berpengaruh pada besarnya BOK. Pada kondisi macet dimana kendaraan harus berhenti atau berjalan pelan, jumlah bahan bakar yang dikeluarkan akan bertambah
2.      Metode Perhitungan BOK
                                            Pada penelitian ini, metode perhitungan BOK yang ditampilkan adalah metode perhitungan yang dikeluarkan oleh Dephub Republik Indonesia.
                                            Rumus perhitungan ini membagi komponen BOK dalam dua kategori yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Model perhitungan ini merupakan hasil pendekatan empiris di lapangan.
Biaya langsung merupakan penjumlahan dari komponen biaya yang  terdiri dari beberapa komponen yaitu biaya penyusutan, biaya bunga modal, biaya konsumsi bahan bakar, biaya konsumsi oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya tenaga pemeliharaan, dan biaya konsumsi ban. Berikut penjabaran rumus untuk perhitungan biaya langsung yang akan digunakan :
1
Biaya penyusutan


2
Biaya bunga modal
3
Biaya BBM




4
Biaya Ban



5
Biaya pemeliharaan kendaraan








6
Biaya PKB (STNK)


PKB = Biaya pajak kendaraan per tahun,

KIR = Biaya KIR kendaraan, 
            Sedangkan biaya tidak langsung meliputi seluruh komponen biaya yang secara tidak langsung mendukung operasional kendaraan, seperti biaya ijin, administrasi, biaya sewa kantor, biaya pegawai, biaya terra argo, dsb.
                     Penjumlahan antara biaya tidak langsung dan langsung biasa disebut sebagai biaya pokok kendaraan per km.
            Biaya pokok kendaraan / hari = biaya pokok kendaraan / km x KMhari          

BIAYA ANGKUTAN UMUM (skripsi dan tesis)


Menurut Woodward (1986) menyatakan bahwa dalam membicarakan suatu biaya, tidak lepas dari membahas dua hal pokok yaitu sumber yang harus menanggung biaya dan jumlah biaya yang harus ditanggung.
Di pandang dari sumbernya, biaya dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.  dari sudut pandang penyedia, biaya adalah segala sesuatu dan konsekuensi yang harus dikeluarkan agar mendapatkan imbalan yang diharapkan
2.  dari sudut pandang pengguna, biaya adalah segala konsekuensi dan resiko yang harus diterima setelah mendapatkan fasilitas yang dipakai.
Morlok (1985) mengatakan bahwa kelompok yang harus menanggung biaya adalah sebagai berikut :
1.      pemilik kendaraan selaku produsen atau operator, meliputi biaya pembelian kendaraan, biaya operasional maupun biaya pemeliharaan
2.      pengguna kendaraan selaku konsumen meliputri ongkos angkutan, waktu tunggu, kemanan, dan kenyamanan
3.      lingkungan sekitar meliputi polusi, kebisingan, dan aksesbilitas kendaraan
4.      pemerintah selaku regulator meliputi sarana jalan, jembatan, sistem pengaturan lalu lintas, dan operasional angkutan.
Selanjutnya Woodward (1986) menjelaskan bahwa secara garis besar biaya angkutan umum dibedakan menjadi dua yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pihak operator dan biaya penumpang.
Biaya yang dikeluarkan operator terdiri atas biaya operasi kendaraan dan biaya pendukung. Biaya pendukung adalah biaya yang mutlak dan relatif tetap pada setiap operasional kendaraan sehingga biaya ini tergolong sebagai fixed cost. Biaya ini diantaranya meliputi biaya sewa kantor, gaji pegawai, biaya manajemen operasional, dan biaya garasi. Meskipun bersifat mendukung namun biaya ini tetap dibutuhkan dalam menunjang kelancaran operasional kendaraan. Untuk angkutan umum lainnya seperti kapal laut dan pesawat terbang, biaya pendukung juga meliputi biaya keselamatan (safety cost) dan juga biaya promosi (promotion cost), Sedangkan biaya operasional kendaraan adalah biaya yang bersifat variabel cost artinya sangat tergantung pada kondisi operasional kendaraan itu sendiri. Dari kedua biaya tersebut, biaya operasional kendaraan (vehicle operating cost) sangat mendominasi dan menentukan. Biaya tersebut meliputi antara lain:
a.       biaya modal kendaraan
b.      biaya konsumsi bahan bakar
c.       biaya minyak pelumas
d.      biaya penggunaan ban
e.       biaya pemeliharaan
f.        biaya ijin dan administrasi
g.      biaya penyusutan
Selain biaya yang dikeluarkan oleh pihak operator, Woodward (1986) juga menjelaskan tentang biaya penumpang, yang meliputi harga tarif yang harus dibayar, lama waktu perjalanan, dan tingkat pelayanan. Dari ketiga biaya tersebut harga tarif relatif selalu tetap untuk  suatu perjalanan yang sama sehingga digolongkan sebagai fixed cost, sedangkan waktu perjalanan dan tingkat pelayanan yang diperoleh merupakan variable cost yang selalu dapat berubah dan sulit untuk dihitung secara matematis.
Harga tarif merupakan faktor biaya yang paling banyak diperhitungkan oleh pengguna angkutan umum sehingga berperan cukup besar. Tarif inilah yang menjadi fokus dalam penelitian tugas akhir ini. Sedangkan waktu perjalanan adalah waktu yang ditempuh oleh penumpang untuk bergerak dari tempat asal ke lokasi tujuan. Biaya untuk waktu ini tidak dapat dianalisis tersendiri namun dibandingkan dengan waktu yang diperlukan jika menggunakan moda lain, sehingga harga ekstrim waktu penumpang dapat diperhitungkan. Selain harga tarif dan waktu perjalanan, biaya penumpang juga meliputi tingkat pelayanan dari moda angkutan yang digunakan. Pelayanan yang dimaksud yaitu ketersediaan moda angkutan, kecepatan perjalanan, kenyamanan perjalanan, dan bagasi.

Pengertian Taksi (skripsi dan tesis)


Menurut Papacostas (1987), taksi, persewaan mobil dan pelayanan individual lainnya termasuk dalam kategori angkutan umum dengan kontrak. Taksi merupakan kendaraan milik operator atau pribadi yang disediakan untuk masyarakat umum dengan sifat pelayanan yang pribadi sehingga pengguna dapat menggunakannya kapan saja dan kemana saja. Selain itu moda angkutan ini tidak memerlukan tempat parkir khusus, dan memiliki bagasi yang cukup nyaman. Namun demikian, biaya atau tarif yang harus dikeluarkan oleh penumpang cukup tinggi dan tingkat kehandalannya rendah (tidak tersedia pada jam dan tempat tertentu) dibandingkan moda angkutan lainnya..
Menurut Dephub (2002), taksi digolongkan ke dalam angkutan tidak dalam trayek dengan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas meliputi daerah kota atau perkotaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelayanan angkutan taksi diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.       tidak berjadwal
b.      dilayanai dengan mobil penumpang umum jenis sedan atau station wagon dan van yang memiliki konstruksi seperti sedan, sesuai standar teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal
c.       tarif angkutan berdasarkan argometer
d.      pelayanan dari pintu ke pintu.
Kendaraan yang digunakan pun harus dilengkapi dengan beberapa kelengkapan sebagai berikut :
a.       tulisan “TAKSI” yang ditempatkan di atas atap bagian luar kendaran dan harus menyala dengan warna lampu kuning atau putih apabila dalam keadaan kosong dan padam apabila argometer dihidupkan
b.      alat pendingin udara
c.       logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah, dengan susunan sebelah atas adalah logo perusahaan dan sebelah bawah adalah nama perusahaan
d.      lampu bahaya berwarna kuning yang ditempatkan di samping kanan tanda taksi
e.       tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan taksi
f.        radio komunikasi yang bergungsi sebagai alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan atau sebaliknya
g.      keterangan tentang biaya awal, kilometer, waktu dan biaya tambahan yang ditempatkan pada sisi bagian dalam pintu belakang
h.      nomor urut kendaraan dari setiap perusahaan angkutan yang ditempatkan pada bagian depan, belakang, kanan dan kiri kendaraan dan bagian dalam kendaraan
i.        argometer yang disegel oleh instansi yang berwenang dan dapat berfungsi dengan baik serta ditera ulang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.   
Karakteristik pengguna jasa taksi pun sangat bervariasi jika dilihat dari kondisi sosial ekonominya. Secara garis besar mereka dapat dikelompokkan menjadi 2 (Levinson & Weant, 1982), yaitu :
1.      Mereka yang tidak punya pilihan lain kecuali taksi, misal orang tua, orang cacat, ibu rumah tangga dan sebagainya
2.      Mereka yang memilih taksi untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang tinggi, misal pebisnis, eksekutif dan penduduk berpenghasilan tinggi.
Menurut Black (1995) ada 3 cara dalam menentukan tarif taksi, yaitu :
a.       dihitung dengan meter (argometer). Ada tarif awal saat buka pintu/argo dinyalakan, lalu tarif bertambah sejalan dengan bertambahnya jarak perjalanan. Di kota-kota besar yang sering terjadi kemacetan, tarif juga akan bertambah pada saat kendaraan terhambat (tidak bergerak) akibat kemacetan yang terjadi
b.      cara kedua adalah dengan sistem zona. Tarif didasarkan pada zona tertentu dan akan bertambah pada saat taksi memasuki zona baru. Peta yang menunjukkan batas zona-zona tersebut dipasang di dalam taksi sehingga penumpang dapat mengetahui ongkos yang harus dibayar. Keuntungan dari sistem ini adalah pengemudi tidak bisa mengambil rute yang jauh untuk mencapai tujuan
c.       Ongkos rata-rata (flat rate), dimana harga tidak berubah sejalan dengan jarak perjalanan yang bertambah. Cara ini biasanya digunakan daerah-daerah kecil yang sebagaian besar perjalanannya berjarak pendek. Sistem ini dapat kita temui pada perjalanan dari bandara udara ke pusat kota.
Dalam  PP No 41 tahun 1993, dijelaskan bahwa struktur taksi terdiri atas :
                          i.      tarif awal yaitu tarif yang dikenakan saat penumpang mulai membuka pintu taksi (flag fall) atau angka awal saat pengaktifan argo. Angka yang tertera di argo meter menunjukkan biaya awal sebagai biaya minimum yang tidak berubah untuk jangka waktu atau jarak tertentu
                        ii.      tarif dasar yaitu tarif yang dikenakan kepada penumpang tiap satu kilometer perjalanan taksi
                      iii.      tarif waktu yaitu besarnya biaya tambahan tarif yang dikenakan atas dasar penggunan waktu, misal taksi harus menunggu atau terjebak dalam kemacetan lalu lintas 
                      iv.      tarif jarak yaitu tarif yang tertera dalam argometer yang harus dibayar penumpang dengan berdasarkan tarif awal ditambah tarif dasar dikalikan jarak tempuh dan tarif waktu.
Semua tarif tersebut ditunjukkan dengan argometer. Besarnya tarif taksi itu sendiri ditetapkan oleh Gubernur dengan persetujuan Menteri perhubungan. Sehingga dengan demikian, persaingan antar perusahaan taksi yang terjadi dalam meraih penumpang sebanyak-banyaknya diutamakan pada sisi pelyanan kepada konsumen.
Sistem penetapan tarif yang digunakan di Yogyakarta adalah sistem pertama yakni menggunakan argometer. Namun dalam kenyataannya sering dijumpai taksi yang tidak mau menggunakan sistem ini tetapi menggunakan sistem borongan. Hal ini dilakukan oleh pengemudi taksi dalam upaya memperoleh setoran dan pendapatan sebanyak-banyaknya, sehingga melupakan pelayanan yang baik, yang seharusnya dilakukan oleh pengemudi taksi selaku penyedia jasa kepada penumpang sebagai pengguna jasa.

Struktur Persoalan Persediaan (skripsi dan tesis)


Untuk mengklasifikasikan persoalan persediaan, persoalan ini dapat ditinjau dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu aspek permintaan bahan baku untuk sekarang atau untuk waktu yang akan datang dan aspek yang kedua adalah untuk mengadakan persediaan agar permintaan tersebut dapat dipenuhi.
                 Pengetahuan mengenai kebutuhan dimasa yang akan datang dapat dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1.    Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang diketahui dengan    pasti, disebut dengan persoalan persediaan denga kepastian (inventory problem under certainly).
2.    Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi hanya dapat diketahui distribusi kemungkinannya, disebut persoalan dengan resiko (inventory problem under risk).
3.    Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang tidak dapat diketahui, baik jumlahnya maupun kemungkinannya disebut dengan persoalan persediaan dengan ketidakpastian (inventory problem under-uncertainty).
                        Ada empat unsur utama yang harus diperhatikan dengan baik dalam melakukan analisis dalam system persediaan, yaitu:
1.    Permintaan, adalah suatu yang dibtuhkan oleh pemakai yang perlu dikeluarkan dari persediaan. Ukuran permintaan ada yang bersifat tetap dan ada yang berubah-ubah (bervariasi).
2.    Penambahan persediaan adalah penambahan pada persediaan yang ada pada umumnya dapat dikendalikan. Sifat penambahan pada persediaan ini ukurannya dapat tetap atau bervariasi, dapat dengan atau tanpa waktu ancang-ancang (lead time).
3.    Biaya-biaya persediaan, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan persediaan.
4.    Faktor-faktor pembatas jumlah persediaan. Seperti keterangan pada unit keterbatasan tempat penyimpanan karena penambahan, keterbatasan pada penjadwalan dan tingkat persediaan. Keterbatasan permintaan seperti terjadinya kekurangan persediaan serta keterbatasan dana.
                        Dari uraian diatas, jelas terlihat semua itu adalah kendala yang hampir dialami oleh semua perusahaan, baik itu perusahaan yang kecil maupun yang besar sekalipun. Sebagai landasan utama dalam memecahkan masalah tersebut, perlu ditetapkan suatu kebijakan perusahaan terutama dalam persediaan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut ada empat kebijakan yang perlu dilakukan dengan standar kualitas:
1.    Persediaan Minimum (Minimum Point)
                 Persdiaan minimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling rendah atau kecil yang harus ada untuk suatu jenis bahan atau barang untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan/persediaan (stock out). Untuk mengatasi hal tersebut persediaan minimum ini merupakan cadangan untuk menjamin keselamatan operasi atau kelancaran produksi perusahaan, oleh karena itu persediaan ini persediaan penyelamat (safety stock). Jadi besarnya persediaan minimum hendaknya sama besarnya persediaan penyelamat.
2.    Besar Standar Pesanan (standar Order)
                 Yang dimaksud dengan pesanan standar adalah banyaknya bahan yang dipesan dalam jumlah yang tetap dalam satu periode yang telah ditetapkan, misalnya satu tahun. Pemesanan ini sering disebut juga dengan jumlah pemesanan yang ekonomis (economic order quantity), dimana hal ini dimaksudkan untuk meminimumkan yang terkandung dalam persediaan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost). Untuk meminimumkan biaya persediaan, maka idealnya adalah biaya pemesanan tersebut sama dengan biaya penyimpanan.
3.    Persediaan maksimum (maximum Points/Stock)
                 Persediaan maksimum merupakan batas jumlah persdiaan yang paling besar yang sebaiknya dapat diadakan oleh perusahaan. Batas persediaan maksimum tidak didasarkan pada pertimbangan efektifitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Adapun maksud dari persediaan ini adalah agar perusahaan dapat menghindari kerugian-kerugian karena kekurangan bahan (stock out) dan tidak melakukan pengadaan yang berlebihan, yang dapat menimbulkan pengeluaran biaya banyak. Adapun besarnya persediaan maksimum yang sebaiknya dimilki oleh perusahaan adalah jumlah dari pesanan standar (standar order) ditambah dengan besranya biaya penyelamat (safety order). Dengan diketahui besarnya biaya maksimum, maka akan dapat membantu pimpinan perusahaan dalam menentukan besarnya investasi maksimum yang perlu disediakan untuk bahan-bahan tertentu yang dibutuhkan.
4.    Titik pemesanan Kembali ( Reorder Point/Level)
                 Titik pemesana kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Dalam menentukan titik ini harus diperhatikan besarnya penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya penggunaan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima ditentukan oleh dua factor, yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-rata.

Pengertian Pengawasan Persediaan (skripsi dan tesis)


Pengawasan persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposits dari parts atau bagian., bahan baku dan barang hasil poduksi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan yang efektif dan efisien.
Pengawasan persedian dengan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
2.    Tujuan Pengawasan Persediaan
a.         Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b.         Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak telalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
c.         Menjaga agar pembeliaan secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan (skripsi dan tesis)


Ada beberapa macam faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan persediaan untuk kepentingan proses produksi dalam suatu perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan tersebut saling berkaitan, sehingga faktor-faktor ini akan mempengaruhi persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan tersebut adalah:
1.    Perkiraan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum perusahaan yang bersangkutan ini melakukan pembelian bahan baku, sebaiknya manajemen perusahaan ini dapat memperkirakan pemakaian bahan baku tersebut untuk keperluan proses produksi tersebut dalam perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyaknya bahan baku tiap unit yang akan dipergunakan untuk untuk setiap kali produksi ataupun tiap periode produksi. Dengan demikian maka manajemen akan mempunyai gambaran tentang pemakaian bahan baku untuk melaksanakan proses produksi pada produksi atau periode produksi yang akan datang, baik dalam jenis bahan baku maupun jumlah bahan baku dari masing-masing jenis tersebut.
Supaya dapat memperhitungkan pembelian bahan baku dari tiap-tiap jenis bahan baku yang dipergunakan tersebut, maka manajemen perusahaan tersebut akan mempunyai gambaran tentang pemakaian bahan baku untuk melaksanakan proses produksi pada periode yang akan datang, baik dalam jenis bahan baku maupun jumlah bahan baku dari masing-masing jenis produk.
2.    Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi terhadap persediaan bahan baku yang dilakukan dalam perusahaan  akan menjadi factor penentu seberapa besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan apabila akan melakukan persediaan atau pembelian bahan baku.
3.    Biaya-Biaya Persediaan
Dalam pelaksanaan penyediaan bahan baku di perusahaan, tidak akan lepas dari adanya biaya-biaya persediaan bahan baku yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka dikenal 3 macam biaya persediaan yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap.

4.    Kebijaksanaan Pembelanjaan
Kebijakan pambelanjaan di dalam perusahaan akan mempengaruhi kebijakan pembelian dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Demikian pula dalam pelaksanaan persediaan bahan baku di “WL” akan dipengaruhi oleh kebijaksanaan pembelanjaannya.
5.    Pemakaian Bahan
Pemakaain bahan baku perusahaan di periode-periode yang telah berlalu untuk keperluan proses produksi akan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam penyediaan bahan baku tersebut.
6.    Waktu Tunggu
Yang dimaksud waktu tunggu atau lead time disini adalah waktu tunggu bahan baku dari mulai dipesan sampai bahan baku tersebut datang. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan, karena sangagat berpengaruh pada proses produksi.
7.    Model Pembeliaan Bahan Baku
Model pembeliaan bahan baku di perusahaan akan menentukan besar kecilnya persediaan bahan baku yang dilakukan dalam perusahaan. Pemilihan model pembelian bahan baku, tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dalam intern perusahaan.
8.    Persediaan Pengaman
     Pada umumnya untuk menanggulangi adanya kehabisan bahan baku dalam perusahaan maka perusahaan yang bersangkutan akan mengadakan persediaan pengamanan (safety stock). Persediaan pengaman ini akan digunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibeli oleh perusahaan sehingga proses produksi yang berlangsung dalam perusahaan tidak terganggu karena kekurangan bahan baku. Persediaan pengaman ini jumlahnya tertentu, dimana jumlah ini akan merupakan suatu jumlah yang tetap pada periode yang telah ditentukan sebelumnya.
9.    Pembelian Kembali
Persediaan bahan baku dalam suatu perusahaan tidak akan memadai jika dilaksanakan dlam sekali pembelian. Hal ini berkaitan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bahan baku, bahan pembantu, maupun untuk fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan perusahaan. Dalam melaksanakan pembelian kembali (reorder Point) perusahaan akan memperhatikan waktu tunggu (lead time) yang diperlukan dalam pembelian bahan baku tersebut sehingga bahan baku yang dibeli dapat sampai kegudang dengan waktu yang tepat. [2]

Jenis Persediaan (skripsi dan tesis)


1.    Persediaan menurut fungsinya.
Persediaan dapat dibedakan menurut fungsinya sebagai berikut:
a.     Batch stock atau Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak dari yang dibutuhkan.
b.     Fluctuation Stock
Persediaan yang yang disediakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukan keadaan yang tidak beraturan atau fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan.


c.     Antisipation Stock
Persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak menggangu jalannya produksi atau menghindari kemacetan produksi.
2.    Jenis Persediaan Secara Fisik
Jenis persedian secara fisik dapat dibedakan atas:
a.         Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persedian barang-barang berwujud seperti kayu, besi, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dari supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
b.         Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
c.         Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplier), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d.         Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
e.         Persediaan Barang jadi ( Finished goods ), yaitu persediaan barang – barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.[ 3 ]

Arti Perencanaan Dan Persediaan (skripsi dan tesis)


Perencanaan merupakan usaha menentukan tujuan, sedangkan pengawasan diperlukan pada tiap-tiap kegiatan yang diadakan agar tindakan-tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan selalu dihubungkan dengan perencanaan. Pengawasan tidak dapat diadakan tanpa adanya perencanaan, sebaliknya perencanaan dapat dilakukan tanpa pengawasan.
Istilah persediaan sendiri adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya yang disimpan untuk memenuhi atau mengantisipasi terhadap permintaan. Persediaan ini meliputi bahan mentah, barang setengah jadi, ataupun barang-barang jadi yang menjadi kebutuhan dari perusahaan.
Banyak dari organisasi-organisasi lain yang menyimpan jenis-jenis persediaan dalam bentuk yang lain seperti uang, peralatan kerja, dan lain-lain untuk memenuhi permintaan akan produk ataupun jasa. Sumber daya-sumber daya ini sering dapat dikendalikan lebih efektif melalui penggunaan berbagai system dan model manajemen persediaan.
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat. Sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal.

Biaya.(skripsi dan tesis)


Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin akan terjadi untuk maksud tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan pengorbanan ekonomis untuk memperoleh aktiva (Moelyadi, 1992)
Biaya merupakan pengorbanan ekonomi yang dibuat untuk memperoelh barang atau jasa. Dengan kata lain biaya merupakan harga perolehan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi. Besarnya diukur dalam satuan moneter (Supriyono, 1999).
Dari ke dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah :
  1. Merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
  2. Pengorbanan dimaksudkan untuk tujuan tertentu.
  3. Pengorbanan menyangkut masa depan dan masa lalu.
  4. Besarnya pengornbanana diukur dalam satuan moneter.
  5. Pengorbanana dilakukan secara sengaja.

III.3. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegaiatan pengolahan bahan baku menjadi produksi selesai. Biaya produksi dapat digolongkan menjadi :

  1. Biaya bahan baku
Adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk.
Bahan adalah barang yang akan diproses atau diolah menjadi produk selesai atau barang yang akan merupakan produk selesai.
Bahan dapat digolongkna ke dalam bahan baku (direct material) dan bahan penolong atau bahan pembantu (indirect material).Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi produk selesai dan pemakaianannya dapat diidentifikasi atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu. Baiaya abhan penolong adalah perolehan bahan penolong yang dipakai dalam pengolahan produk. Bahan penolong adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai tetapi pemakaiannya tidak dapat diikuti jejak atau manfaatnya pada produk selesai tertentu atau nilai relatif kecil sehingga meskipun dapat diikuti jejak pemakaiannya tidak praktis atau bermanfaat. Dalam perhitungan harga pokok produk, biaya penolong  diperlakukan sebagai elemen baiaya overhead pabrik.
  1. Biaya tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang memberikan jasa kepada perusahaan. Dalam melaksanakan karyanya dapt diglongkan sesuai dengan fungsi di mana karyawan bekerja yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum serta fungsi keuangan (apabila dianggap perlu dipisahkan).
Baiay tenaga kerja langsung adalah semua balas jasa yang diberikan perusahaan kepada semua karyawan, dapat digolongkan menjadi biaya tenaga kerja langsung (direct labor) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikiti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Baiaya tenaga tidak langsung (indirect labor) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada produk tertentu yang dihasilken perusahaan.
  1. Biaya Overhead Pabrik
Baiaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi selain bahan baku dan baiaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan ke dalam :
1.      Biaya bahan penolong.
2.      Baiya tenaga kerja tidak langsung.
3.      Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik.
4.      reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik.
5.      Biaya listrik dan biaya air.
6.      Biaya asuransi pabrik.
7.      Biaya overhead lainnya.
Apabila perusahaan mempunyai departemen pembantu di dalam pabrik semua biaya departemnen pembntu merupakan elemen biaya overhead pabrik (Supriyono, 1999 dan Sutrino, 2000).
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut prime cost. Biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik disebut conversion cost (baiya konversi).
Berdasarkan pengertian masing-masing elemen biaya produksi dapat diperoleh kesimpulan, biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi dari suatu produk mulai dari saat pembelian bahan baku sampai produk selesai dan siap dijual.