Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan
kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya
(Jhingan, 1999). Definisi ini memiliki tiga komponen yaitu (1) pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan
barang; (2) teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka barang kepada
penduduk; (3) penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan secara tepat.
Menurut Solow dan Swan, bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada
pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan
akumulasi modal) serta tingkat kemajuan teknologi. Dengan kata lain, sampai
dimana perekonomian akan berkembang bergantung pertambahan penduduk, akumulasi
modal dan kemajuan teknologi (Arsyad, 1999).
Selanjutnya menurut teori ini, rasio
modal-output (capital-output ratio = COR) bisa berubah (bersifat
dinamis), untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah
modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda
pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Model Solow mendasarkan pada fungsi
produksi Cobb-Douglas yaitu :
Q
= A.Kα. L β . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . .(2.11)
Dimana
Q adalah output, A adalah teknologi, K adalah modal fisik, L adalah tenaga
kerja, α dan β adalah proporsi (share) input. Model Solow dapat menunjukan
arah pertumbuhan keadaan mantap serta situasi pertumbuhan jangka panjang yang
ditentukan oleh peranan tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang semakin luas. Seperti
yang telah disebutkan di atas, bahwa model pertumbuhan Solow menunjukan
bagaimana pertumbuhan dalam capital stock, pertumbuhan tenaga kerja dan
perkembangan teknologi mempengaruhi tingkat output.
Untuk menjelaskan teori pertumbuhan Solow maka pertama akan dianalisis
bagaimana peranan stok modal dalam pertumbuhan ekonomi dengan asumsi tanpa
adanya perkembangan. Apabila dimisalkan suatu proses pertumbuhan ekonomi dalam keadaan
dimana teknologi tidak berkembang, maka tingkat pertumbuhan yang telah dicapai
hanya karena adanya perubahan jumlah modal (K) dan jumlah tenaga kerja (L).
Hubungan kedua faktor tersebut dengan pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan
sebagai fungsi produksi :
Y
= f (K,L). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .(2.8)
Dimana
Y adalah tingkat pendapatan nasional, K adalah jumlah stok modal dan L adalah
jumlah tenaga kerja. Jika jumlah modal naik sebesar ΔK unit, jumlah output
akan meningkat sebesar marginal product of capital (MPK)
dikalikan dengan ΔK, dimana :
MPK
= f (K + 1, L) – f (K,L). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.(2.9)
Jika
tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka jumlah output akan meningkat
sebesar marginal product of labour (MPL) dikalikan ΔL, dimana :
MPL
= f (K,L +1) – f (K,L). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.(2.10)
Perubahan
ini akan lebih realistis apabila kedua faktor produksi ini berubah, yaitu
terjadi perubahan modal sebesar ΔK serta terjadi perubahan jumlah tenaga
kerja sebesar ΔL. Kita dapat membagi perubahan ini dalam dua sumber penggunaan
marginal products dari dua input :
ΔY
= (MPK x ΔK) + (MPL x ΔL) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.(2.11)
Dalam
kurung pertama adalah perubahan output yang dihasilkan dari perubahan kapital,
dan dalam kurung yang kedua adalah perubahan output yang disebabkan oleh
adanya perubahan tenaga kerja. Untuk mempermudah interprestasi dan penerapan,
maka persamaan kemudian diubah menjadi :
ΔY/Y
= (MPK x K/Y) ΔK/K + (MPL x L/Y) ΔL/L . . .
. . . . . . . . . . .(2.12)
Dimana
ΔY/Y adalah laju pertumbuhan output, MPK x K adalah total
return to capital, (MPK x K/Y) adalah share dari modal pada output,
ΔK/K adalah tingkat pertumbuhan dari modal, MPL x L adalah total
kompensasi yang diterima oleh tenaga kerja, (MPL x L/Y) adalah share dari
tenaga kerja pada output, dan ΔL/L adalah tingkat pertumbuhan
dari tenaga kerja. Dengan asumsi bahwa fungsi produksi dalam keadaan skala hasil
tetap, maka teorema Euler menyatakan bahwa kedua share tersebut apabila
dijumlahkan akan sama dengan 1 (satu) (Mankiw). Persamaan ini kemudian dapat
ditulis :
ΔY/Y
= α ΔK/K + (1 – α) ΔL/L. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.13)
Dimana
α adalah share dari modal dan (1 – α) adalah share dari tenaga
kerja. Telah dikemukakan bahwa pembahasan di atas diasumsikan tidak mengalami
perubahan teknologi, tetapi dalam praktiknya akan selalu terjadi perkembangan
dari teknologi. Oleh karenanya akan dimasukkan perubahan teknologi dalam fungsi
produksi menjadi :
Y
= A f (K,L). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . (2.14)
Dimana
A adalah tingkat teknologi pada saat sekarang atau yang disebut sebagai total
factor productivity. Sekararang output meningkat bukan hanya karena adanya
peningkatan dari modal dan tenagta kerja, tetapi juga karena adanya kenaikan
dari total factor productivity. Dengan memasukkan total factor
productivity pada persamaan (2.14), maka akan menjadi :
ΔY/Y
= α ΔK/K + (1 – α) ΔL/L + ΔA/A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.15)
Dimana
ΔA/A adalah pertumbuhan dari total factor productivity atau juga
sering disebut sebagai Solow residual (Mankiw, 1997). Karena pertumbuhan
total factor productivity tidak bisa dilihat secara langsung, maka
diukur secara tidak langsung dihitung dengan cara :
ΔA/A
= ΔY/Y – α ΔK/K – (1 – α) ΔL/L. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.16)
Total
factor productivity dapat berubah dengan
beberapa alasan. Perubahan sering dikaitkan dengan kenaikan pengetahuan pada
metode produksi. Solow residual sering juga digunakan untuk mengukur
perkembangan teknologi. Faktor-faktor produksi seperti pendidikan, regulasi
pemerintah dapat mempengaruhi total factor productivity. Sebagai contoh,
jika pengeluaran pemerintah meningkat maka akan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan, para pekerja akan menjadi lebih produktif, dan output juga
akan meningkat, yang mengimplikasikan total factor productivity yang
lebih besar. (Mankiw, 1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar