Rabu, 14 Desember 2016

Perlakuan Akuntansi (skripsi dan tesis)


1.      Persediaan
Persediaan (inventory) adalah pos-pos yang dimiliki oleh perusahann untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang digunakan atau barang yang dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual. Perusahaan manufaktur biasanya mempunyai 3 akun persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (Baridwan, 2004).
a.       Persediaan Bahan Baku (Raw Material Inventory)
Biaya yang dibebankan kebarang dan bahan baku yang ada ditangan tetapi belum dialihkan ke produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan baku.
b.      Persediaan Barang Dalam Proses (Work in Process Inventory)
Pada setiap titik dalam proses produksi yang berkelanjutan, ada sejumlah unit yang belum selesai diproses sepenuhnya. Biaya bahan baku untuk produk yang telah dibuat tetapi belum selesai, ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung yang diaplikasikan secara khusus ke bahan baku ini dan biaya overhead yang diaplikasikan, merupakan persediaan dalam proses.
c.       Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory)
Biaya yang berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum terjual pada akhir periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi.
            Metode Pencatatan Persediaan Barang (Baridwan, 2004):
a.       Metode Fisik
Penggunaan metode ini mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyususnan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam akun pembelian.
b.      Metode Buku (Perpetual)
Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuat akun sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Akun yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam akun persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam akun persediaan.
            Metode Pencatatan Harga Pokok Persediaan (Baridwan, 2004):
Untuk menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir bisa menggunakan berbagai cara yaitu:
a.       Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui.
b.      Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan kejadiannya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.
c.       Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya.
d.      Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.
2.      Depresiasi
Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aset tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi beban setiap periode akuntansi. Aset tetap yang dapat disusutkan adalah aset yang (Baridwan, 2004):
a)      Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
b)      Memiliki masa manfaat yang terbatas.
c)      Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau pemasok barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
Metode Perhitungan Depresiasi:
1)      Metode Garis Lurus (Straght Line Method)
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali bila ada penyesuaian-penyesuaian).
Depresiasi =   
2)      Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).
Depresiasi =  
3)       Metode Hasil Produksi (Productive Outout Method)
Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.
Depresiasi =  
4)      Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Methods)
Ada empat cara meghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun, yaitu:
a.       Metode Angka Tahun (Sam of Years Digits Methods)
Didalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi residu. Bagian pengurangan ini dihitung sebagai berikut:
            Pembilang  =  Bobot untuk tahun yang bersangkutan
Penyebut    =  Jumlah angka tahun selama umur ekonomis   aset atau jumlah angka bobot
b.      Metode Saldo Menurun
Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aset karena nilai buku aset ini setiap tahun selalu menurun maka beban depresiasinya setiap tahunnya juga selalu menurun.
c.       Double Declining Balance Method
Dalam metode ini beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang dugunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aset tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
d.      Metode Tarif Menurun (Declining Rate on Cost Method)
Tarif (%) setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarifnya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
e.       Metode-metode Khusus
Pembebanan depresiasi bisa dilakukan tidak dengan dasar alokasi harga perolehan, tetapi dengan menggunakan dasar-dasar yang lain. Metode ini dapat diterima jika terdapat kesulitan-kesulitan untuk menghitung depresiasi dengan cara yang biasa. Biasanya metode-metode khusus ini dipakai untuk membebankan depresiasi alat-alat kerja yang dimiliki dalam jumlah yang besar. Metode penghitungan depresiasi yang khusus adalah sebagai berikut:
1)      Sistem Penilaian Persediaan
Dalam cara ini akun aset didebit dengan harga perolehan (cost) aset. Setiap periode aset tersebut dinilai dan akun aset dikurangi sampai jumlah penilaian tersebut. Pengurangannya dibebankan sebagai depresiasi.
2)      Sistem Pemberhentian
Dalam cara ini akun aset didebit dengan harga perolehan (cost) aset. Pada akhir periode akun aset itu dikredit dengan jumlah harga perolehan aset yang dihentikan penggunaaanya selama periode tersebut dan dibebankan sebagai beban depresiasi.
3)      Sistem Penggantian
Dalam cara ini akun aset didebit dengan harga perolehan (cost) aset. Pembebanan sebagai biaya dilakukan apabila aset tersebut diganti. Jadi harga perolehan aset baru dikurangi nilai sisa aset lama dibebankan sebagai depresiasi.
3.      Metode Harga Pokok Produksi (Process Cost Method)
Process Cost Method adalah metode pengumpulan harga pokok produksi dimana biaya dikumpulkan dalam satuan waktu atau periode tertentu. Metode ini digunakan oleh perusahaan yang menggunakan karakteristik sebagai berikut (Mulyadi, 2001):
a.       Produk yang dihasilkan dalam jumlah relatif besar (produk masal) dan pada umumnya berupa produk standar dengan variasi produk relatif kecil.
b.      Proses produksi berlangsung terus menerus, tidak tergantung pada ada atau tidak pesanan dari pembeli, karena tujuannya adalah untuk menghasilkan produk yang siap dijual.
 Karakteristik Metode Harga Pokok Produksi (Muladi, 2001):
a.       Biaya produksi dikumpulkan dan dicatat dalam setiap departemen produksi yang ada untuk jangka waktu tetentu.
b.      Harga pokok produk dihitung pada akhir periode tertentu.
c.       Produk yang belum selesai pada akhir periode dicatat kedalam akun persediaan produk dalam proses.
d.      Pada akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi, yang berisi harga pokok produk yang telah selesai dan masih dalam proses.
e.       Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak perlu dipisahkan.
 Elemen-elemen yang membentuk harga pokok produksi yaitu:
a.       Biaya Bahan Baku: adalah harga perolehan dari seluruh bahan baku yang akhirnya menjadi produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
b.      Biaya Tenaga Kerja Langsung: adalah harga yang dibebankan atau terjadi untuk digunakan membayar upah pekerja dibagian produksi.
c.       Biaya Overhead Pabrik: adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau biaya produksi yang tidak ada hubungannya langsung dengan proses produksi.

Tidak ada komentar: