Sabtu, 12 November 2016

Pembelajaran Kooperatif


Suarsini dalam Rahmawati (2005) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan mengajar dimana siswa dan tingkat kemampuan yang berbeda dikelompokkan dalam kelompok kecil, menggunakan aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu obyek. Tanggung jawab anggota kelompok kecil ini tidak hanya untuk belajar yang diajarkan, tetapi juga untuk membantu kawan sekelompok belajar, sehingga dapat menciptakan suatu atmosfer prestasi. Para siswa bekerja membahas tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahami sepenuhnya.
Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin 1995 (dalam Rahayu, 1998:156) pembelajaran kooperatif mengandung pengertian siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Selain definisi tersebut Cohen, 1994 (dalam Rahayu, 1998:156) mengemukakan pembelajaran kooperatif meliputi belajar berkolaborasi, belajar secara kooperatif, dan kerja kelompok. Hal itu menunjukkan arti sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan secara kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi tugas. Arends dalam Setjo (2006:8) menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan materi belajar.
2.      Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang dan rendah.
3.      Bila memungkinkan, anggota tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin.
4.      Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu.
Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999:50) belajar kooperatif adalah strategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
1.      meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok.
2.      memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan kemampuannya.
3.      mengembangkan ketrampilan untuk memecahkan masalah melalui kelompok.
4.      mendorong proses demokrasi di kelas.
Dari beberapa definisi tentang kooperatif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus, dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi harus mempelajari ketrampilan kooperatif.
Nurhadi dkk. (2004:63), menyebutkan bahwa ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan karena memiliki keunggulan sebagaimana terurai sebagai berikut.
Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan, memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen, meningkatkan ketrampilan metakognitif, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris, meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan, dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian.yang sehat dan terintegrasi, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa, mencegah timbulnya gangguan kejiwaan, mencegah terjadinya kenakalan di masa remaja, menimbulkan perilaku rasional di masa remaja, dan berbagai ketrampilan sosial diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.

Di dalam Nurhadi dkk. (2004:61) dinyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait, adapun elemen-elemen tersebut adalah adanya.
1.      Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terdorong untuk saling membutuhkan dalam hal positif diantaranya dalam hal mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, ketergantungan sumber, ketergantungan peran dan ketergantungan hadiah. Saling ketergantungan positif ini akan memungkinkan siswa untuk saling memotivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2.      Interaksi tatap muka
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan dituntut untuk saling bertatap muka baik dengan guru maupun sesama siswa untuk berdialog. Dalam interaksi ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi ini  penting karena ada beberapa siswa yang merasa lebih mudah belajar dari temannya.
3.      Akuntabilitas Individual
Penilaian dalam pembelajaran kelompok tetap penilaian individual yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual akan disampaikan kepada kelompok untuk mengetahui siswa anggota kelompok yang membutuhkan bantuan dan siswa yang dapat memberi bantuan. Nilai kelompok diambil dari rerata hasil belajar seluruh anggotanya.
4.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Tidak ada komentar: