Sabtu, 12 November 2016

Latihan dan Tes

Latihan adalah yang menjadi ciri dalam belajar matematika. Latihan adalah kegiatan belajar secara teratur, berulangkali dengan maksud untuk menguasai keterampilan atau pengalaman tertentu (Abdul Ghofur, 1981 : 17). Salah satu cara penting dalam pengajaran matematika adalah pemberian latihan berulang kali. Dengan cara ini maka pengertian tentang materi yang terdahulu diperkuat, sementara yang baru dengan mengerjakan banyak soal yang ada kaitannya dengan yang terdahulu dapat berkembang. Hal ini juga akan menyempurnakan pengertian siswa tentang teori yang telah dipelajarinya (Sujono, 1988 : 63). Dengan adanya latihan, peserta didik diharapkan tidak mudah melupakan konsep dan teorema yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat (Herman Handoyo, 1988 : 172) yang mengatakan bahwa dengan latihan dapat menguatkan memori terhadap konsep dan teorema yang telah dipelajari.
Interaksi guru dengan siswa melibatkan pesan. Interaksi ini terjadi pula pada saat guru memberikan latihan kepada siswa. Menurut Peter Galperin yang dikutip Tjipto Utomo (1985 : 36 – 39), proses belajar terdiri dari empat langkah, yaitu: orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. 
Berdasarkan teori pembelajaran, sasaran belajar akan tercapai bila siswa memperhatikan penjelasan guru, berlatih dan melanjutkan proses belajar berdasarkan umpan balik. Sehubungan dengan hal tersebut, ada empat fungsi guru:
1.      Mengajarkan bahan pelajaran (orientasi).
2.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan menerapkan ilmu yang didapat (latihan).
3.      Memberikan umpan balik kepada siswa (umpan balik).
4.      Memberikan kesimpulan kepada siswa untuk memahami supaya kesalahan tidak terulang lagi (lanjutan).
Setelah materi pelajaran disampaikan dengan jelas, guru memberikan kesempatan untuk berlatih. Latihan dapat berupa pemahaman teori (tanya jawab), tugas dan soal.
Sedangkan tes atau tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu pelajaran atau program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes proses.
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa tes formatif mempunyai manfaat baik bagi siswa, bagi guru, serta bagi program itu sendiri, yaitu:
1.      Manfaat bagi siswa:
a)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b)      Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru. Ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat.
c)      Usaha perbaikan, dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes tersebut siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.
d)     Sebagai diagnose, dengan mengetahui tes formatif siswa lebih jelas mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasa sulit.
2.      Manfaat bagi guru:
a)      Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
b)      Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa.
c)      Dapat meramalka sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
3.      Manfaat bagi program:
a)      Mengetahui apakah yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b)      Mengetahui apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.
c)      Mengetahui apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d)     Mengetahui apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
(Suharsimi Arikunto, 1987 : 33 – 35)   

Tidak ada komentar: