Dalam mengajar, guru dihadapkan dengan sekelompok
siswa yang mempunyai taraf kemampuan yang berbeda-beda mengenai daya serap terhadap
pelajaran yang diberikan. Mengingat adanya keragaman antara individu yang satu
dengan yang lainnya, maka hal ini akan mengakibatkan proses belajar yang
berbeda. Jadi seorang guru dalam melaksanakan pengajaran mutlak harus
memperhatikan perbedaan individu. Oleh karena itu guru hendaknya memaklumi jika
ada siswa yang cepat menerima dan memahami terhadap pelajaran yang diberikannya
atau bahkan sebaliknya. Sehingga tidak cukup dengan sekali menerangkan tetapi
harus diberikan bimbingan khusus.
Ruseffendi mengatakan: “Setelah siswa menjawab sebuah
pertanyaan ia bisa memeriksanya apakah jawabannya itu benar atau tidak melalui
jawaban benarnya yang sudah disediakan” (Ruseffendi, 1988 : 27). Selain itu
siswa dapat melihat kesalahan yang diperbuat, juga kesalahan yang serupa
cenderung tidak akan terulang kembali dengan adanya arahan jawaban pada lembar
jawab siswa.
Balnadi Sutadipura mengemukakan:
“Besar
kemungkinan, bahwa kita akan menghindari diri dari suatu kesalahan jika
sebelumnya kita telah mengetahui kesalahan itu. Oleh karena itu, yang penting
sekali untuk anak didik kita ialah menunjukan kepada mereka bukan saja apa
kesalahannya itu, melainkan pula apa sebabnya hal itu salah” (Balnadi
Sutadipura, 1985 : 140).
Mengenai kesulitan dan kekeliruan siswa dalam pengajaran matematika di
sekolah, terutama di Sekolah Menengah Pertama, Movhovits-Hazard, Zaslausky dan
Imbar mengatakan:
“Terdapat enam kategori kekeliruan siswa dalam
pengajaran matematika, yaitu: menggunakan data yang salah, salah menafsirkan
bahasa, menarik kesimpulan yang salah, penyimpangan teori atau definisi, tidak
meneliti kebenaran jawaban akhir, dan kesalahan teknis” (Rosnawati, 1991 : 15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar