Senin, 26 Oktober 2015

Jenis-Jenis Sample Design

Sample Design
Sample design adalah suatu rencana mengenai cara pengambilan sampel dari populasi yang ditentukan. Sampel design seyogianya ditentukan dengan lengkap sebelum data yang diperlukan dikumpulkan.
Macamnya:
a. Systematic sampling
Setiap individu yang akan diselidiki diambil berdasarkan urutan tertentu dari populasi yang telah disusun secara teratur. Urutan pengambilan tiap individu dibuat sedemikian rupa sehingga setiap dua individu yang diambil mempunyai perbedaan nomor yang tetap sesuai dengan banyak anggota subpopulasi yang dibuat. Banyaknya subpopulasi adalah suara sesuai dengan ukuran sampel yang dikehendaki.
Misalnya kita menghendaki sebuah sampel berukuran 85 dari sebuah populasi yang berukuran 850. Setelah setiap individu dari populasi itu diberi nomor urut 001 sampai dengan 850, maka bagilah individu itu menjadi 85 kumpulan (subpopulasi) di mana setiap kumpulan terdiri dari 10 individu. Subpopulasi pertama berisi individu  bernomor 001 sampai dengan 010, subpopulasi kedua berisi individu dengan nomor 011 sampai dengan 020, dan seterusnya sampai sub populasi yang ke-85 berisi individu dengan nomor 841 sampai dengan 850.
            Dari subpopulasi pertama, kita gunakan “Tabel Bilangan Random” untuk mendapatkan sebuah anggota dari sampel yang dikehendaki. Misalkan jatuh pada nomor 005, maka dari subpopulasi kedua tinggal diambil individu bernomor 005 + 010 = 015, dari kumpulan ketiga individu bernomor = 015 + 010 = 025 dan seterusnya.
            Jika dari subpopulasi pertama, individu yang diambil secara random jatuh pada nomor 003, maka individu berikutnya yang perlu diselidiki untuk sampel itu adalah yang bernomor 013, 023, 033 ...... dan seterusnya.
            Metode “systematic sampling” dapat digunakan dalam keadaan (Teken, 1965: 71):
  1. Apabila nama atau identifikasi dari satuan- satuan individu dalam populasi itu terdapat dalam suatu daftar, sehingga satuan-satuan tersebut dapat diberi nomor urut.
  2. Apabila populasi itu mempunyai pola beraturan, seperti blok- blok dalam kota atau rumah- rumah pada suatu jalan. Blok- blok dalam kota itu dapat diberi nomor urut, sedang rumah- rumah pada suatu jalan biasanya sudah mempunyai nomor urut.
b. Stratified Random Sampling
            Populasinya dibagi- bagi menjadi beberapa bagian/ subpopulasi/ stratum. Anggota- anggota dari subpopulasi (stratum) dipilih secara random, kemudian dijumlahkan, jumlah ini membentuk anggota sampel.
            Penggunaan metode “ Stratified Random Sampling” harus memenuhi tiga syarat yaitu (Teken, 1965: 78-79).
  1. Harus ada kriteria yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasikan populasi itu kedalam  stratum- stratum (misalnya variabel yang akan diteliti).
  2. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang akan dipergunakan untuk stratifikasi.
  3. Harus dapat diketahui dengan tepat jumlah satuan- satuan individu dari setiap stratum dalam populasi itu.
c. Quota Sampling
            Sampel diambil berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu dari penyelidik. Dalam quota sampling, para pencacah diminta untuk berwawancara dengan sejumlah individu yang mempunyai karakteristik (sifat- sifat) tertentu. Misalnya untuk mengetahui pendapat umum tentang sesuatu hal yang sedang diselidiki, si peneliti dapat berwawancara dengan 18 orang pedagang keturunan Cina yang mempunyai rumah sendiri, 25 orang India yang tinggal di Indonesia dan yang mempunyai toko tekstil, 76 orang Indonesia pensiunan dari pegawai negeri, dan lain- lain yang semacam.
            Penentuan kelompok- kelompok yang diteliti tersebut biasanya ditentukan atas dasar pertimbangan- pertimbangan dari si peneliti.
d. Cluster Sampling
            Didalam cluster sampling (sampling kelompok), populasinya dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian dari kelompok- kelompok tersebut dipilih secara random sejumlah kelompok.
            Sampel yang diperlukan terdiri atas individu- individu (anggota) yang berada dalam kelompok- kelompok yang telah dipilih secara random tersebut.
            Dalam cluster sampling kita tidak langsung memilih individu, melainkan memilih kelompok. Yang termasuk sebagai anggota sampel adalah anggota yang berada dalam kelompok yang terpilih itu. Jika kelompok- kelompok tersebut merupakan pembagian daerah- daerah geografis, maka cluster sampling ini disebut juga area sampling.
            Misalkan kita ingin memilih sebuah sampel berukuran 100 kepala keluarga dengan cara cluster sampling dari populasi tentang perumahan disuatu desa yang mempunyai 1.000 kepala keluarga. Dari 1.000 kepala keluarga tersebut kita bagi menjadi 200 kelompok yang masing- masing terdiri atas 5 kepala keluarga yang berdekatan. Jika dari 200 kelompok itu kita mengambil sebuah sampel random yang terdiri atas 20 kelompok, maka dengan cara ini kita telah memperoleh sebuah sampel dengan cara cluster sampling yang terdiri dari 20 x 5 kepala keluarga atau 100 kepala keluarga.
e. Double Sampling
            Dalam double sampling, penelitian dimulai dengan sebuah sampel yang relatif berukuran kecil. Jika hasilnya tidak dapat memberikan kepastian, maka sampel yang kedua perlu diambil dan berdasarkan tambahan sampel kedua  inilah sesuatu kesimpulan baru dibuat.
            Misalkan kita ingin meneliti sejumlah barang hasil produksi dengan rencana (ketentuan) sebagai berikut:
            Sebuah sampel random berukuran 40 diambil dengan ketentuan, kita nyatakan produksi berhasil baik jika terdapat yang rusak paling banyak satu, dan kita nyatakan produksi jelek jika terdapat yang rusak 5 atau lebih. Jika dari sampel tersebut yang rusak terdapat 2, 3 atau 4 buah, maka perlu diselidiki sebuah sampel lain yang berukuran 70. Dalam hal sampel yang kedua diperlukan, maka kedua sampel itu kita gabungkan dan dibuat keputusan, produksi dinyatakan baik jika terdapat yang rusak maksimum 4 buah barang, dan produksi dinyatakan jelek jika terdapat yang rusak 5 buah barang atau lebih.

Tidak ada komentar: